Tak ada seorang pun dari kita yang ingin sakit. Semua orang akan senang jika tubuhnya sehat. Namun, secara alamiah, semua orang akan mengalami sakit, apa pun bentuknya. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindar dari kodrat alamiah karena manusia memang tinggal di dalam tubuh yang fana.Â
Soal penyebab sakit itu sendiri amatlah beragam. Ada yang sakit karena kesalahan sendiri misalnya kurang cermat dalam memilih asupan makanan sehingga jadi diare. Ada juga sakit karena mengalami kecelakaan yang menimbulkan luka. Ada pula sakit karena terkena wabah seperti demam berdarah. Dan ada sejuta penyebab kita jadi sakit secara fisik. Belum lagi soal sakit mental, wah pokoknya banyak deh. Hehe....
Lalu, jika sudah tidak dapat menghindar dan akhirnya kita jatuh sakit, ke manakah kita mencari pertolongan? Obat apa yang akan kita gunakan? Sederetan pertanyaan akan timbul di benak kita. Termasuk pertanyaan seperti yang tertera pada judul tulisan ini. Bila kita sakit, siapakah yang kita cari? Dokter atau rumah sakitnya? Mungkin ada pembaca yang bingung, apa perbedaan di antara keduanya.
Begini,Â
Menurut pengamatan saya sebagai orang yang bekerja di lingkungan rumah sakit, paling tidak ada dua tipe pasien, yaitu pasien yang mencari sosok dokter tertentu untuk mengobati sakitnya sebagai dokter favorit dan ada pasien yang mencari rumah sakit favorit tanpa peduli siapa pun dokternya. Yuk kita telaah satu per satu.Â
1. Pasien yang mencari dokter favorit
Pasien tipe ini adalah pasien yang "fanatik" terhadap satu orang dokter. Di mana pun dokter tersebut membuka praktik, akan dikejar seperti kata guyonan: kejarlah daku, kau kutangkap. Hehe.... Ke mana pun dokter itu pindah praktik, sampai ke ujung bumi pun akan dicari. Pokoknya sangat ngefans dan cinta mati sama dokter itu. Pasien tipe ini pun dengan senang hati akan mengajak dan promosi ke kerabatnya untuk berobat ke dokter favoritnya.
Tarif dokter tak akan pernah mengganggu pasien tipe ini. Berapa pun akan dibayar. Waiting list yang panjang di ruang praktik dokter tak menjadi masalah, bahkan ada yang rela mengantri sampai tengah malam demi berjumpa dan diobati oleh dokter idamannya. Saya pernah mendengar cerita dari seorang rekan yang dapat antrean berobat sampai pukul 12 malam. Wow! amazing! Luar biasa kharisma dokter itu ya. Kondisi seperti ini sampai hari ini masih banyak terjadi. Jika dokter favorit itu praktik di sebuah rumah sakit, pelayanan dari rumah sakit itu pun tak terlalu memengaruhi penilaian pasien tipe ini karena mereka hanya berfokus pada pelayanan sang dokter semata. Nah, itulah tipe pertama. Sangat unik.
2. Pasien yang mencari rumah sakit favorit
Pasien tipe ini adalah pasien yang ngefans berat kepada salah satu rumah sakit. Mereka biasanya merupakan pasien tetap dari rumah sakit tersebut. Tak peduli lokasi rumah sakit jauh dari tempat tinggalnya, tetap akan dijangkau. Pelayanan rumah sakit secara umumlah yang menjadi fokus perhatian mereka.
Misalnya pelayanan dokternya, susternya, apotiknya, makanannya, kebersihannya, sarana dan prasarananya dan lainnya. Pelayanan dokter tidak menjadi perhatian utama mereka. Ketika berobat, mereka akan menerima dokter yang mana saja seolah mereka percaya kepada kualitas semua dokter yang ada di rumah sakit itu.
Sering kali ada yang unik dari pasien tipe ini. Mereka sering kali betah berlama-lama di rumah sakit seperti layaknya sedang piknik. Hihi, seharian di rumah sakit. Namun tidak semua pasien tipe ini "anteng-anteng". Tak sedikit pasien yang begini komplain terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit favoritnya, misalnya soal lama menunggu obat dan lama menunggu dokter. Uniknya, meskipun seringkali menyampaikan keluhan (seolah tidak puas), pasien tipe ini akan kembali lagi ke rumah sakit yang sama. Mungkin seperti judul lagu, terlanjur sayang. haha!
Dari kedua tipe tersebut, tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar. Ini menyangkut kepercayaan. Kedua tipe ini seharusnya menjadi cambuk demi kemajuan untuk dokter dan rumah sakit. Karena biar bagaimanapun pasien tetap akan mencari kualitas pelayanan yang baik bagi kesehatannya. Dokter dan rumah sakit dapat bersinergi sehingga memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pasiennya, baik tipe pertama maupun kedua. Pasien berhak mendapatkan pelayanan terbaik. Â
Adanya dokter atau rumah sakit favorit sih sah-sah saja....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H