Mohon tunggu...
Raditya Disa Henintyar
Raditya Disa Henintyar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Hobi bernyanyi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aimai Hyougen, Pedang Bermata Dua di Jepang

11 Oktober 2024   01:30 Diperbarui: 11 Oktober 2024   01:38 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konsep Wa () mengacu pada harmoni dan kesatuan. Aimai Hyougen membantu menciptakan suasana yang harmonis dalam interaksi sosial dengan menghindari perbedebatan terbuka. Giri () merujuk pada kewajiban moral dan tanggung jawab sosial. Penggunaan Aimai Hyougen dapat menjadi cara untuk memenuhi kewajiban sosial tanpa secara langsung memaksakan kehendak pada orang lain. 

Hajime () mengacu pada rasa malu atau kehilangan muka. Aimai Hyougen dapat digunakan untuk menghindari situasi yang memalukan bagi diri sendiri ataupun orang lain.

Pengaruh sejarah Jepang yang panjang dan kompleks juga memberikan kontribusi pada perkembangan Aimai Hyougen. Jepang memiliki sejarah bahwa mereka pernah mengisolasi diri dari dunia luar, yang menyebabkan terbentuknya budaya yang unik dan khas.Selama periode isolasi, masyarakat Jepang mengembangkan cara berkomunikasi yang halus dan tidak langsung sebagai bentuk adaptasi terhadap kehidupan sosial yang snagat terstruktur.

Fungsi utama Aimai Hyougen adalah untuk menjaga harmonisasi dalam hubungan sosial. Dengan menggunakan bahasa yang tidak terlalu eksplisit, individu dapat menghindari konflik terbuka dan menjaga hubungan yang baik dengan orang lain. Penggunaan Aimai Hyougen mencerminkan kesopanan dan hormat terhadap lawan bicara. 

Dengan tidak mengungkapkan pendapat secara langsung, individu dapat menunjukkan bahwa mereka menghargai pandangan orang lain. Aimai dapat digunakan untuk melindungi diri dari konsekuensi negatif yang mungkin timbul akibat pernyataan yang terlalu terbuka. 

Misalnya, jika seseorang tidak ingin menerima permintaan, mereka dapat menggunakan bahasa yang ambigu untuk menolak secara halus. Aimai hyougen membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang konteks sosial dan budaya untuk dapat ditafsirkan dengan benar. Hal ini menciptakan ikatan sosial yang kuat diantara orang-orang yang dapat memahami nuansa bahasa yang digunakan.

Implikasi Aimai Hyougen sangat luas dalam berbagai aspek kehidupan orang Jepang. Dalam hubungan interpersonal, Aimai Hyougen berperan dalam menjaga hubungan yang harmonis. 

Namun penggunaan Aimai secara berlebihan dapat menyebabkan kesalahpahaman dan konflik. Dalam dunia kerja, Aimai Hyougen dapat digunakan untuk menghindari konfrontasi terbuka, penggunaan Aimai Hyougen yang berlebihan dapat menghambat proses negosiasi dan pengambilan keputusan Kerjasama. 

Di lingkungan pendidikan, Aimai Hyougen dapat digunakan untuk memberikan umpan balik kepada siswa tanpa menyinggung perasaan mereka. Namun, apabila Aimai digunakan secara berlebihan dalam dunia pendidikan, hal ini dapat menghambat perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa.

Contoh penggunaan ekspresi Aimai Hyougen yakni penggunaan kata Chotto () jika menurut arti kamus ini adalah "sedikit". Namun kata ini umum digunakan orang Jepang saat berkomunikasi sebagai salah satu ekspresi Aimai. 

Dalam kata bisa berarti "sebentar, tidak terlalu, ekspresi penolakan, agak, permisi, maaf dll." Banyak makna yang dapat tersirat hanya dengan kata apabila tidak dipahami dengan konteks dan situasi kondisi. Hal ini bergantung dengan situasi, ekspresi pembicara dan intonasi yang digunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun