Di tengah hening, air mataku meronta,
Tertumpah deras, tak terbendung lagi.
Buruk nasibku, kutelanjangkan hati,
Seorang tunawisma, kesepian mengembara.
Langit menjadi atap, bumi jadi alas,
Kupendam derita, langkah tanpa henti.
Menyusuri jalanan, mencari sisa harap,
Dalam sunyi, seakan dunia terbelah.
Tiada rumah untukku, jembatan pun teman,
Terik dan hujan, hadapinya kudapat.
Nasib takdirku, menjadi pengembara,
Entah sampai kapan, hidup begini terus.
Ku renungkan langit, kutatap bumi,
Bukan pilihan, inilah realitaku.
Dalam setiap langkah, aku meniti,
Di antara kesunyian, hati berharap.
Teriring doa dan keyakinan,
Ku tembus segala duka dan nestapa.
Tetap berjalan, kuatkan tekad dan langkah,
Gelandangan takkan pudar pesonanya.
Meski tak lagi berteduh di bawah rindang,
Kekuatan di dadaku takkan pudar.