Kepercayaan di zaman sekarang sangat berkembang pesat. Setiap manusia dan individu bebas memilih kepercayaan yang diyakininya masing-masing, karena setiap manusia pasti mempunyai cara pandang yang berbeda-beda dalam mencari kesejahteraan dan keselamatan di Bumi. Perspektif yang berbeda-beda ini dapat terjadi karena adanya perkembangan zaman dimana akal budi manusia juga berkembang dalam berpikir mana yang benar dan mana yang salah. Perkembangan zaman sudah menjadi suatu hal yang tidak bisa lagi untuk dihindari.
Kita merupakan manusia yang turut serta dan yang turut berpartisipasi dan berperan di dalam perkembangan zaman tersebut. Akal budi dan pemikiran lah yang berperan aktif di dalam diri manusia dalam menjalani perkembangan zaman yang berjalan. Kepercayaan yang ada di zaman yang modern ini sangat beragam di kalangan masyarakat dunia. Terlepas dari dari mana orang itu berasal, setiap orang pasti mempunyai kepercayaan dan keyakinan masing-masing.Â
Sebelum keberagaman keyakinan dan kepercayaan ini mulai berkembang menjadi agama satu dan agama lain di zaman ini, ternyata kepercayaan yang berkembang ini sudah ada atau sudah lahir pada masa dimana manusia belum mengenal tulisan yaitu masa praaksara. Perkembangan terjadi tidak sekedar hanya terjadi di zaman sekarang saja, namun pada zaman praaksara juga sudah terjadi perkembangan zaman.Â
Masa praaksara merupakan sebutan dari masa dimana manusia yang hidup di zaman tersebut masih belum mengenal tulisan ataupun masih belum mengenal huruf. Masa praaksara ini disebut juga dengan istilah masa prasejarah atau masa sebelum sejarah. Sedangkan ketika manusia sudah mengenal huruf atau tulisan, maka masa tersebut sudah dikategorikan sebagai zaman sejarah. Periodisasi pada masa praaksara dibagi menjadi zaman batu dan zaman logam. Di dalam zaman batu, zaman terbagi atas paleolitikum, mesolitikum, neolitikum, megalitikum.Â
Dan di dalam zaman logam, terdapat zaman perunggu, besi, dan tembaga. Perkembangan di masa praaksara dapat dilihat dari corak hidup manusia yang hidup pada zaman tersebut yang semakin berkembangnya akal budi dan semakin berkembang juga cara masyarakat untuk bertahan hidup pada masa tersebut. Perkembangan yang berjalan di tengah-tengah kehidupan manusia pada zaman dahulu dilakukan guna untuk meninggalkan cara lama untuk bertahan hidup, dan mencari cara-cara yang baru yang lebih efisien untuk bertahan hidup.Â
Perkembangan ini tidak hanya dapat dilihat dari cara manusia bertahan hidup, namun bisa dilihat juga dari cara Manusia menunjukkan rasa hormat dan percaya nya kepada sesuatu yang disembah.Â
Dugaan awal mula mengapa manusia pada masa praaksara sudah mulai mempunyai keyakinan dan kepercayaan karena, manusia pada praaksara sering menghadapi berbagai rintangan alam untuk bertahan hidup seperti hujan deras badai yang turun dan akhirnya menyebabkan banjir, bahkan kemarau yang berkepanjangan yang menyebabkan masyarakat pada masa tersebut harus gagal panen dan ketika semua yang ditanam gagal panen, akan terjadi kelaparan di kalangan manusia purba dan berakhir pada kematian. Selain terkait dengan kondisi alam, manusia purba sering kali mengalami berbagai sakit penyakit yang menyerang tubuh mereka dan tak jarang dari mereka pun ada yang menghadapi kematian karena serangan sakit penyakit ini.Â
Dalam menghadapi berbagai rintangan untuk bertahan hidup ini, manusia purba pun tak tahu dan tak mengerti sebenarnya apa yang terjadi. Secara impulsif, sebenarnya manusia pada masa tersebut sudah mengerti bahwa ketika mereka kekurangan makanan akibat cuaca buruk mereka akan kelaparan, namun mereka tidak tahu mengapa makanan itu berkurang. Dan mereka tahu jika mereka terkena sakit penyakit mereka akan mati, namun mereka tak tahu mengapa penyakit bisa menyerang.Â
Untuk memberi pencerahan atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul itu sendiri, manusia purba mulai untuk menginterpretasikan atau menafsirkan segala fenomena yang terjadi dengan menggunakan daya berpikirnya pada masa itu. Dari usaha untuk menafsirkan apa yang terjadi ini lah lahirlah kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
Manusia pada masa praaksara percaya bahwa adanya campur tangan roh-roh leluhur atas segala rintangan yang mereka hadapi. Pada kepercayaan Dinamisme, manusia pada masa praaksara percaya bahwa kekuatan alam dan benda-benda alam lah yang memiliki kekuatan supranatural. Tak jauh berbeda dengan kepercayaan dinamisme, manusia yang menganut kepercayaan animisme percaya kepada eksistensi roh-roh yang dapat berdampak baik atau buruk bagi kehidupan mereka.Â
Eksistensi roh-roh tersebut dapat melalui perantara benda-benda alam, karena roh-roh tersebut tidak dapat menunjukkan eksistensinya secara langsung. Roh-roh yang dimaksud oleh manusia purba ini dipercayai juga dapat mempengaruhi hati dan pikiran manusia. Terkait dengan Bencana alam dan penyakit, manusia purba percaya bahwa roh-roh tersebutlah yang menjadi penyebab dari munculnya berbagai rintangan dalam bertahan hidup.
Masyarakat pada masa praaksara memberikan banyak sesajen atau semacam makanan kepada roh-roh sembari melakukan upacara ritual dengan tujuan agar roh-roh leluhur ini tidak lagi menyebabkan berbagai kerugian bagi manusia, namun sebaliknya kiranya roh-roh ini bisa memberikan kesejahteraan pada kehidupan masyarakat.Â
Dengan percaya kepada roh-roh ini juga, manusia berharap agar mereka dapat mempunyai tanah yang subur supaya mereka mempunyai persediaan makanan yang melimpah, dan juga kiranya mereka dapat diberikan kesehatan dan kesembuhan dari segala sakit-penyakit. Di sisi lain, dengan mereka menyembah roh-roh, mereka percaya bahwa mereka bisa dijauhkan dari kuasa roh jahat.
Pada masa paleolitikum, manusia bertahan hidup dengan cara berburu berbagai macam sumber makanan seperti hewan-hewan dan tumbuhan. Di masa ini manusia sudah mulai mempunyai insting. Hal ini dibuktikan oleh corak hidup mereka yang ketika sumber daya makanan utama mereka sudah habis diburu, maka mereka akan berpindah tempat guna untuk mencari sumber makanan baru yang tersedia.Â
Oleh sebab itu lah manusia pada masa ini berpindah-pindah tempat tinggal atau biasanya dikenal dengan istilah nomaden. Terlepas dari cara bertahan hidup nya, beberapa kelompok masyarakat di zaman paleolitikum ini sudah mulai mempunyai kepercayaan. Kepercayaan pada masa paleolitikum tidak dianut oleh setiap manusia purba karena mungkin ada nya kesenjangan di dalam konteks dimulainya periodisasi yang baru.
Karena perbedaan penerimaan kepercayaan oleh setiap orang ini lah mengapa ada kelompok masyarakat yang belum memiliki keyakinan karena masih lebih fokus di dalam berburu dan ada kelompok masyarakat lainnya yang sudah mulai masuk di keyakinan tingkat awal (Nita, 2022).Â
Kepercayaan yang muncul pada zaman paleolitikum adalah animisme dan dinamisme tingkat awal yaitu kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang, tetapi pada zaman paleolitikum ini kepercayaan tidak sepenuhnya menjadi patokan dalam keselamatan dan kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat, karena masyarakat yang ada pada masa itu lebih mementingkan tentang bagaimana mereka bertahan hidup dengan cara berburu makanan dan berpindah-pindah tempat tinggal.
Pada zaman mesolitikum, manusia sudah tidak tinggal secara berpindah-pindah atau nomaden lagi seperti masa sebelumnya karena pada zaman ini, karena akal budi manusia sudah mulai berkembang. Akal budi yang berkembang ini dapat dilihat dari manusia-manusia yang mempunyai kecenderungan untuk menetap di satu daerah tempat tinggal saja.Â
Hal ini membuktikan bahwa setiap perkembangan yang terjadi pada manusia pasti mempunyai tujuan agar mempermudah cara bertahan hidup. Corak kehidupan manusia yang menetap di satu daerah tempat tinggal saja ini dapat didukung dengan peninggalan-peninggalan sejarah berupa temuan Abris Sous Roche yaitu gua yang digunakan oleh masyarakat masa mesolitikum untuk tinggal dan bertahan dari rintangan cuaca.
Manusia pada masa mesolitikum mulai menerapkan kepercayaan animisme dan dinamisme yaitu kepercayaan dan keyakinan mereka terhadap roh nenek moyang, bahkan kepercayaan animisme dan dinamisme pada zaman tersebut pun bisa terbilang cukup kental.Â
Hal ini ditunjukkan dengan keberadaannya lukisan-lukisan pada dinding-dinding goa. Lukisan yang dibuat pun beragam mulai dari lukisan cap tangan hingga lukisan hewan di gambar di dinding gua dimana mereka tinggal. Kepercayaan yang kian mengental ini didasari dengan pembahasan awal kita terkait dengan kondisi alam atau cuaca yang tak menentu dan terkait dengan sakit penyakit.Â
anusia yakin dengan menyembah roh nenek moyang, mereka akan mendapat jawaban dan mendapat kesejahteraan terhadap segala permasalahan dalam hidup mereka. Setiap manusia bebas untuk tidak mempunyai kepercayaan di masa ini karena corak hidup manusia di zaman ini cenderung bebas, dan tidak ada peraturan yang mengatur mereka.Â
Zaman neolitikum atau zaman batu muda adalah zaman dimana perkembangan akal budi manusia sudah mulai membuahkan hasil.
Dari periodisasi masa sebelumnya kita tahu bahwa manusia bertahan hidup dengan cara berburu berbagai macam hewan, namun sekarang di masa neolitikum, manusia sudah mempunyai ilmu dan akal budi terkait dengan bagaimana mereka bertahan hidup dengan menggunakan teknik baru yaitu dengan cara bercocok tanam. Selain itu, manusia sudah mulai mengembangkan penemuan alat-alat dalam menunjang mereka dalam bertahan hidup, yaitu mereka mengembangkan kemampuan mereka dalam pembuatan alat-alat dengan cara mengasah.Â
Pada zaman neolitikum ini, kepercayaan animisme dan dinamisme semakin berkembang di kalangan masyarakat yang hidup pada zaman tersebut, tetapi kepercayaan yang sudah bekembang di zaman ini, bukanlah menjadi suatu hal yang harus diprioritaskan oleh setiap manusia, karena manusia di zaman neolitikum ini lebih berfokus untuk mengembangkan teknik bercocok tanam mereka terlebih dahulu karena dengan bercocok tanam ini lah mereka bisa bertahan hidup.
Zaman megalitikum atau zaman batu besar merupakan masa periodisasi terakhir pada zaman batu. Megalitikum disebut dengan Zaman batu besar, Karena pada zaman ini manusia sudah dapat mengembangkan berbagai peninggalan kebudayaan yang terbuat dari batu besar (Darwin,2011).Â
Pada zaman megalitikum ini, budaya pembuatan alat-alat dari batu yang berukuran besar ini telah beralih fungsi menjadi perantara dalam pemujaan terhadap roh nenek Moyang. Pada masa ini, perkembangan kepercayaan dan keyakinan di kalangan masyarakat lebih dominan kepada penyembahan terhadap roh nenek moyang.Â
Rasa hormat kepada roh nenek moyang yang dilakukan manusia zaman megalitikum ini dapat dilihat dari kebiasaan manusia purba masa tersebut yang melakukan pemujaan terhadap roh nenek moyang yang dengan melalui perantara bangunan yang menyerupai monumen yang seringkali dibuat dari batu-batu besar. Monumen-monumen atau bangunan-bangunan yang terbuat dari batu besar ini pun masih dapat kita lihat dan jumpai di beberapa tempat di Indonesia.
Contohnya adalah Menhir yang banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Dolmen, Sarkofagus yang banyak ditemukan di daerah Bali dan Nusa tenggara, dan masih banyak lagi peninggalan-peninggalan dari zaman megalitikum ini yang perlu kita lestarikan agar generasi-generasi setelah kita dapat tahu bagaimana corak hidup masyarakat pada zaman dahulu dan bagaimana adanya perkembangan yang terjadi.Â
Setelah berakhirnya masa megalitikum, begitu pula berakhirlah Periodisasi dalam zaman batu dan selanjutnya dilanjutkan dengan zaman logam yaitu zaman perunggu. Zaman logam biasanya disebut juga dengan istilah zaman Perundagian. Mengapa disebut zaman perundagian karena Menurut R.P. Soejono kata perundagian berasal dari bahasa Bali yaitu "undagi" yang berarti seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu.Â
Mengapa disebut orang  yang mempunyai keterampilan, karena manusia pada zaman Logam ini sudah mulai mempunyai keahlian dan keterampilan terkait dengan teknik membuat berbagai peralatan yang berbahan baku dari logam. Pada periodisasi zaman perunggu, manusia Peralatan hidup yang terbuat dari perunggu dan biasa teknik yang digunakan adalah teknik berupa pengecoran. Pada zaman perunggu, kepercayaan animisme dan dinamisme masih berkembang di kalangan masyarakat.Â
Perkembangan yang terjadi di kalangan masyarakat ini tidak terlalu menjadi prioritas utama bagi manusia, karena pada zaman ini, manusia lebih berfokus kepada pekerjaannya masing-masing, karena pada zaman perunggu manusia sudah mengenal pekerjaan-pekerjaan dasar dan setiap manusia sudah mulai tahu akan pembagian tugas dan pekerjaan mereka.
Di zaman yang modern ini, ritual dari kepercayaan animisme dan dinamisme cenderung masih dilakukan oleh beberapa kelompok masyarakat di Indonesia. Beberapa masyarakat ini masih cenderung percaya terhadap pengaruh dan eksistensi roh-roh nenek moyang atau leluhur di sekitar mereka.
Salah satu contoh dari pelestarian tradisi kepercayaan animisme di Indonesia adalah suku Toraja yang melakukan ajaran Aluk Todolo yang artinya agama nenek moyang kita secara turun temurun (Umar, 2004). Masyarakat Toraja percaya bahwa nenek moyang mereka adalah manusia yang berasal dari surga, dan para nenek moyang ini turun ke atas bumi dengan menggunakan tangga yang terhubung dengan langit. Rambu solok adalah salah satu contoh tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Toraja untuk mengantarkan roh orang yang mati agar bisa hidup dengan tenang di alam sana.
Di dalam upacara tradisi rambu solok ini, orang yang sudah meninggal dikuburkan di dalam goa-goa pada batu yang sangat besar yang merupakan peninggalan dari zaman megalitikum. Ada pula peninggalan zaman megalitikum yang masih ada di daerah Toraja lainnya adalah Rante Simbuang yang berupa Batu besar yang digunakan untuk memuja Puang Matua atau Tuhan yang maha esa.Â
Kepercayaan yang berkembang pada saat ini di kalangan masyarakat umum, merupakan hasil perkembangan pola pikir manusia dari masa lalu. Terlepas dari kepercayaan animisme dan dinamisme kepada roh nenek moyang, di Indonesia sendiri mempunyai berbagai macam bentuk kepercayaan yang lainnya. Mengingat akan Indonesia yang mempunyai wilayah yang sangat luas membentang dari Sabang hingga Merauke, Indonesia memiliki kekayaan yang tak terhingga di dalamnya.Â
Mulai dari kekayaan SDA, Keindahan alam, dan kekayaan akan kebudayaannya. Karena kebudayaan yang beragam ini, Indonesia pun memiliki berbagai macam tradisi dan kepercayaan yang beragam di antara masyarakatnya. Masyarakat di Indonesia diberi kebebasan untuk memilih kepercayaan yang dianutnya berdasarkan dengan enam agama yang telah diresmikan oleh pemerintah  yaitu Kristen, Katolik, Islam, Hindu, dan Konghucu. Undang-undang pasal 28E ayat (1) menyatakan "Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya".
Dan didukung dengan Undang-undang pasal 28E ayat (2) menyatakan "Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya". Dengan mempertimbangkan pasal-pasal ini, pemerintah tidak berhak untuk memaksakan rakyatnya harus memeluk agama tertentu, karena kebebasan beragama sudah dimuat dalam undang-undang.Â
Kebebasan untuk memeluk agama tanpa paksaan ini juga terkandung di dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) Pasal 18 yang menyangkut tentang kebebasan beragama atau berkeyakinan yaitu bahwa setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama, yang dalam hal ini termasuk kebebasan untuk berganti agama atau kepercayaan, dengan kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaan dengan cara mengajarkannya, melakukannya, beribadah dan mentaatinya, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, di muka umum maupun sendiri.Â
Setiap orang wajib untuk memiliki agama karena dimuat di dalam landasan hukum yang paling utama dan menjadi dasar dari berdirinya Indonesia adalah Pancasila sila pertama "Ketuhanan yang maha esa". Dari pasal-pasal di dalam undang-undang dan sila pertama pancasila ini lah yang menjadi pedoman dan jaminan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk memiliki agamanya sendiri dan dengan tanpa paksaan. Hak kebebasan untuk memeluk agamanya sendiri ini menjadikan masyarakat indonesia menjadi masyarakat yang beragama agama.Â
Keberagaman agama di kalangan masyarakat ini kerap kali memicu terjadinya perselisihan antar umat beragama. Contoh dari perselisihan umat beragama di Indonesia adalah kesenjangan antara umat mayoritas dengan umat yang minoritas. Dilansir dari kemenkumham.go.id, Komite Penyelamat Kearifan Lokal, hingga perangkat daerah kota Cilegon menolak adanya pembangunan rumah ibadah yaitu gereja milik sinode HKBP di Cilegon.Â
Undang-undang pasal 28E ayat 1 dan 2, DUHAM pasal 18, serta pancasila sila ke-1 memberi kebebasan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk memeluk agama yang diyakininya sendiri dengan tanpa paksaan, tetapi jika ada oknum pemerintah yang tidak mengindahkan hak-hak tersebut, maka Indonesia masih belum bisa disebut negara yang bebas beragama.Â
Menurut observasi saya di jejaring media sosial, Perselisihan antar keyakinan juga kerap kali terjadi di platform tiktok, dimana ada beberapa oknum yang menggunakan fitur live tiktok untuk mengadu argumen antar keyakinan satu dan keyakinan yang lainnya.
Dan adu argumen yang dilakukan ini tak jarang memberi kesan meremehkan agama lain. Dari perselisihan-perselisihan yang terjadi di masyarakat ini, kita bisa mengambil langkah yang pasti dalam menjaga kerukunan antar umat beragama yaitu yang pertama, kita harus memahami ajaran agama masing-masing secara utuh dengan tujuan agar tidak terjadinya kesalahpahaman di dalam pola pikir.
Selain itu, kita juga harus menghormati dan menghargai pluralisme yang ada di Indonesia. Kita tidak boleh menjadi orang yang egois karena merasa mempunyai agama yang mayoritas, namun pola pikir kita juga harus dikembangkan bahwa kita juga mempunyai saudara yang berbeda iman. Tak apa jika menganggap mereka bukan saudara karena tak seiman, namun setidaknya kita harus menghargai apa yang sudah menjadi keyakinan mereka karena setiap orang pasti mempunyai cara berfikir yang berbeda-beda tentang keselamatan, dan biarlah orang itu mencari jalan keselamatan dengan caranya sendiri.
Kesimpulan yang dapat saya tarik dari perkembangan kepercayaan dari masa praaksara hingga masa sekarang yaitu setiap keyakinan di setiap zaman pastinya mempunyai perbedaan yang sangat signifikan. Hal ini dapat terjadi karena adanya perkembangan pola pikir dari setiap manusia dalam menanggapi perubahan dan perkembangan zaman yang berjalan.Â
Saya dapat menyimpulkan bahwa kepercayaan manusia dari zaman batu hingga zaman logam belum sesuai dengan kehendak dan keinginan Tuhan. Hal ini didasari dengan perintah Allah yang pertama dan yang kedua di dalam 10 Hukum taurat. Tuhan berfirman di dalam Keluaran 20:3-4 "Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi".Â
Corak hidup keyakinan manusia pada masa praaksara dapat terbiang berkontradiksi dengan perkataan dan keinginan Tuhan, karena manusia pada masa praaksara memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme yang menyembah roh nenek moyang dan bukan menyembah Tuhan. Dengan mereka melakukan penyembahan ini, mereka mempunyai dosa penyembahan berhala yang sangat menyakiti hati Tuhan.Â
Roma 11:36 "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" Segala yang ada di bumi adalah karya ciptaan Tuhan dan milik Tuhan, hendaklah setiap umat manusia menyembah dia dan memuliakan namanya yang agung dan tidak menyembah Tuhan yang lain.Â
Penyertaan Tuhan sudah ada sejak ia menciptakan segala isi alam semesta. Bukti penyertaan Tuhan bagi manusia pada zaman praaksara adalah Tuhan memberi mereka perkembangan pola pikir dan akal budi terkait dengan bagaimana cara mereka supaya bertahan hidup dengan cara yang lebih efisien. Perkembangan ini dapat dilihat dari corak hidup manusia purba yang semakin mencari cara agar mereka bisa bertahan hidup dengan lebih efektif dan efisien.Â
Contohnya adalah manusia yang menemukan cara baru untuk mengumpulkan makanan, dari awalnya mereka berburu dan akhirnya mereka menemukan teknik bercocok tanam. Penyertaan Tuhan pun terus berjalan di sepanjang peradaban dunia.Â
Di zaman sekarang ini, penyertaan Tuhan dengan perantara roh kudus kepada kita umatnya yang percaya di dalam kehidupan sehari-hari. Roh kudus Juga berperan aktif dalam pertumbuhan Iman rohani kita dan iman percaya kita kepada Tuhan Yesus Kristus.Â
Yohanes 14:26 "Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.".Â
Di dalam ayat ini kita diingatkan bahwa roh kudus senantiasa menuntun jalan hidup kita dan mengembalikan kita ke jalan yang dikehendaki Tuhan. Roh kudus menolong kita untuk Memahami segala maksud dari perkataan yang dikatakan Tuhan di dalam firmannya, dan roh kudus berperan juga dalam mengingatkan kita akan mana yang baik dan mana yang buruk.Â
Dampak dari pertumbuhan rohani kita dalam kehidupan sehari-hari yaitu kita sadar akan keinginan dan kehendak Tuhan untuk memberkati sesama manusia baik dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan kita. Langkah yang dapat kita lakukan untuk merestorasi hati kita kembali adalah, kita meninggalkan cara hidup kita yang lama, dan di hidup kita yang baru ini kiranya bisa menjadi perantara berkat Tuhan kepada sesama makhluk hidup di dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Agama, Kementrian. "Mengurai Polemik Penolakan Pendirian Gereja Di Cilegon." Kemenag.go.id, 9 Sept. 2022,Â
Bible, Holy. "Sepuluh Perintah." Www.churchofjesuschrist.org,Â
Budiana, I Dewa. SENI DAN KONSEPSI KEPERCAYAAN PADA MASA PRAAKSARA.
Duli, Akin. Peninggalan Megalitik Di Sillanan, Kabupaten Tana Toraja, Propinsi Sulawesi Selatan, Suatu Rekonstruksi Masyarakat Atas Dasar Kajian Etnoarkeologi".
Handayani, Yeni. "Artikel Hukum - Badan Pembinaan Hukum Nasional." Rechtsvinding.bphn.go.id, 15 Aug. 2015,Â
Hapsari, Ratna, and M. Adil. SEJARAH INDONESIA. Kelompok Wajib ed., vol. 1, PENERBIT ERLANGGA, July 2016.
Indonesia.go.id. "Laman Resmi Republik Indonesia * Portal Informasi Indonesia." Indonesia.go.id, 2020, indonesia.go.id/profil/agama.
Komnasham. "Memahami Hak Beragama Dan Berkeyakinan." Komnasham.go.id, 21 Oct. 2021,Â
Purnomo, Arif. Pembelajaran 1.Kehidupan Masyarakat Indonesia Pada Masa Pra-Aksara.
Septiana, Tiyas. "Mengenal 4 Periode Pada Zaman Batu Di Masa Praaksara Dan Contoh Peninggalannya." PT. Kontan Grahanusa Mediatama, 15 June 2022,Â
Supriatna, Nana. Aktif Dan Kreatif Belajar Sejarah. Grafindo Media Pratama, Feb. 2017.
Tunggul, Fahrul, et al. PENGEMBANGAN SITUS MEGALITIKUM UNTUK WISATA BUDAYA DI LEMBAH BEHOA KECAMATAN LORE TENGAH KABUPATEN POSO
Wijaya, Rangga, and Putri Sofyana. MAKALAH "SUKU TORAJA." 2015.
Winarno, Dwi, and Yadika Mahendra. Sejarah Indonesia. untuk SMA kelas X ed., vol. 1, Quadra, Mar. 2014.
Zainuddin, HM. "SOLUSI MENCEGAH KONFLIK ANTARUMAT BERAGAMA."Â
Sumber dari Alkitab :Â
1). Keluaran 20:3-4
2). Roma 11:36
3). Yohanes 14:16
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI