Mohon tunggu...
Eddyson Roga
Eddyson Roga Mohon Tunggu... -

simple, enjoyable..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tribun Bisu

26 Juli 2014   05:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:12 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tribun Bisu

Saban menelaah pepatah, hendak kuberkata...
Saban mendengar, hendak kuberteriak...
Saban mengenang, hendak kumenindak...
Lepas...semuanya terlepas dalam diamnya suasana.
kian hari-kian tergerus oleh kelahiran sebuah semangat.
Pernah sekali saja berkehendak namun harus menepi
Apa yang seharusnya MENJADI berubah DIHILANGKAN.
Terang saja raga merana mengubur jiwa tersiksa diatas penglihatan.
Seandainya.......
Seandainya ada jalan menuju keruang kebohongan dan kebodohan, mungkin
Tidak seorangpun menginginkannya.
Petaka keretakan seakan-akan mengobrak-abrik setumpuk apel merah segar diatas bakul bambu.
Nelangsa penyair tiada orang yang tahu, perkara kesenangan tetangga siapa sangka akan berakar.
Berlumur kekosongan dan keluguan yang menggunung.
Kemarilah...

Lepaskan...

Lepaskan...

Lepaskan...

Genggamlah jemariku dengan erat, janganlah melepaskannya.

Mungkin...

Mungkin...

Mungkin ini adalah bukti KEHADIRANmu di dunia yang penuh fatamorgana.

Menggelitik, menjijikkan, memuakkan, menyusahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun