Inilah usia yang berantik di Ampera
Akhirnya berujung besi dalam sejarah
Membalut kisah dalam peristiwa
Bergeger bergurgur bergusur
Bagaikan mur-mur yang copot dimakan
Coba bapak berdongeng di pengisahan waktu
Melayang dengungan cerobong asap roda zaman
Melintasi aktivitas percikan cahaya sungai Musi
Fenomena apa yang digubah seksama
Mandala Sriwijaya mewangi ditelinga dan mata
Libatnya alam perbentangan hingga pertunjukkan ampera
Coba bapak berfaedah karena kronologis
Indahnya Palembang di atas jembatan Ampera
Terfokus titik sudut perspektif bangunan lama dan metropolitan
Ruas batang Ampera menjulang langit
Berpotret manusia sehari-hari
Bunyi klakson serta gemerisik sandal, ban tergesek aspal
Hipnotis warna natural menyelinap sebab ampera
Adapun nelayan memegang jagat sungainya
Beraninya angin membelai sebagian badan
Diperkarat tersirat kabel-kabel dan lampu menjejal makna
Jembatan Ampera persaksian sulaman Soekarno
Karena perhitungan matematika global di sriwijaya
Mulai beranjak sejurai kain usaha lepas Belanda
Wajah tak kusut berhambur di bumi keabuan
Perjalanan bis sekolah ataupun becak di tepian Ampera
Ilalang sajak berdebu tapi lalu lintas bersekutu dengan rakyat
Tak luput karena badannya lapuk
Tak berlubang tembus ingatan hingga bercecer sejarah
Hanya lembayung senja mengantar kakek dalam tepian masa
Bukan karena linglung namun inilah Ampera
Hingga anak cucumu bercipta nalam sang Ampera
Tergelitik mencatat tragedi sesaat
Walau tinta tergores kata mubazir
Dan bijaklah hati mereka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H