Mohon tunggu...
Mahendra Dilegant
Mahendra Dilegant Mohon Tunggu... Mahasiswa - Cerpenis, Catatan Perjalanan dan Filosofis Esai.

Membebaskan diri dari segala belenggu duniawi dengan menulis. Menyukai kebebasan tulisan yang mengandung sarkasme dan liberal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Pesantren ke Inggris, Sebuah Perjalanan Santri untuk Membanggakan Seorang Ayah

13 Februari 2022   18:25 Diperbarui: 13 Februari 2022   18:29 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkat cerita, ayah yang masih mempertahankan keputusan untuk mengirimkan barang kepada Lasut di pesantren malah menjadi belati tajam yang mengeruk emosi emak. 

Hubungan suami-isteri yang berlangsung selama 14 tahun ini retak tepat di depan bongkahan barang yang hendak dikelas untuk Lasut. Disana terlihat mie instan, kopi saset, kerupuk, sebungkus keripik dan empat buah buku bacaan yang dibelikan ayah di pasar barang bekas.

Dokpri
Dokpri

Akhir hikayat, Lasut adalah nama samar dari seseorang yang sekarang sedang mengenyam studi di Inggris. Pada tahun 2016, Lasut mendapatkan beasiswa S1 di Jurusan Biologi di UIN Jakarta dan sekarang melanjutkan pendidikan S2 di jurusan yang sama di University of Exeter, Inggris. Lasut bercerita bahwa keduanya, ayah dan emak-nya selalu menjenguknya di pesantren namun di waktu-waktu yang berbeda.

 Emak sekarang sudah mempunyai keluarga baru dan dikaruniai 2 orang anak lelaki dari suaminya sekarang, sementara ayah masih setia menunggu Lasut untuk menyelesaikan studinya. 

Ia gonta-ganti profesi untuk membiayai mimpi-mimpi Lasut di pesantren, mulai dari tukang ojek, juru parkir, jualan batagor, hingga sekarang berjualan pentol keliling.

Di mata ayah, Lasut masih sama, anaknya yang menjadi seorang santri dan selalu menelponnya sebulan sekali. Hanya untuk menanyakan kabar dan meminta kiriman beberapa barang, salah satunya, pasti, sebuah buku setiap bulan.

Ditulis di Istanbul, 13 Februari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun