Singkat cerita, ayah yang masih mempertahankan keputusan untuk mengirimkan barang kepada Lasut di pesantren malah menjadi belati tajam yang mengeruk emosi emak.Â
Hubungan suami-isteri yang berlangsung selama 14 tahun ini retak tepat di depan bongkahan barang yang hendak dikelas untuk Lasut. Disana terlihat mie instan, kopi saset, kerupuk, sebungkus keripik dan empat buah buku bacaan yang dibelikan ayah di pasar barang bekas.
Akhir hikayat, Lasut adalah nama samar dari seseorang yang sekarang sedang mengenyam studi di Inggris. Pada tahun 2016, Lasut mendapatkan beasiswa S1 di Jurusan Biologi di UIN Jakarta dan sekarang melanjutkan pendidikan S2 di jurusan yang sama di University of Exeter, Inggris. Lasut bercerita bahwa keduanya, ayah dan emak-nya selalu menjenguknya di pesantren namun di waktu-waktu yang berbeda.
 Emak sekarang sudah mempunyai keluarga baru dan dikaruniai 2 orang anak lelaki dari suaminya sekarang, sementara ayah masih setia menunggu Lasut untuk menyelesaikan studinya.Â
Ia gonta-ganti profesi untuk membiayai mimpi-mimpi Lasut di pesantren, mulai dari tukang ojek, juru parkir, jualan batagor, hingga sekarang berjualan pentol keliling.
Di mata ayah, Lasut masih sama, anaknya yang menjadi seorang santri dan selalu menelponnya sebulan sekali. Hanya untuk menanyakan kabar dan meminta kiriman beberapa barang, salah satunya, pasti, sebuah buku setiap bulan.
Ditulis di Istanbul, 13 Februari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H