Sopron juga kota yang memiliki budaya yang sangat menarik. Penduduk disana setiap hari-nya berbahasa Jerman, namun sejatinya kota ini terletak di negara Hungaria.Â
Tidak hanya itu, university of Sopron juga menyelenggarakan pesta rakyat setiap tahun, bayangin, betapa menarik belajar di universitas yang menyatu dengan budaya dan kota seperti ini.Â
Tapi, takdir mungkin berkata lain, di tahun yang bersamaan, Istanbul juga memanggilku untuk datang ke pangkuannya. Melalui beasiswa Turkey Government Scholarship (YTB) aku berhasil mendapatkan program beasiswa sarjana reguler dan katagore sarjana luar biasa.Â
Tentu-lah berat melepas Sopron begitu saja. Aku yang telah mabuk cinta dengan kota ini sebisa mungkin menulis surat cinta-ku setiap malam. Buku-buku yang basah dengan coretan cost-benefit antara study di Turki atau Hungaria menjadi perbincangan malam sehari-hari.Â
Asin makanan masih belum bisa menenangkan pikiran yang memimpikan keindahan Sopron, di lain sisi, universitas yang menerima-ku di Turki bulanlah universitas sembarangan.Â
Koc University adalah universitas riset teratas di Turki dan selama sepuluh tahun menjadi universitas nomor satu di Turki versi QS University Ranking.
Akhirnya, setelah istikharah tiap malam, juga nasehat sana-sini, aku lebih memilih Turki. Malam itu juga, ku putuskan untuk mengirimkan surat cinta terakhir ke Sopron. Segera juga ku simpan nama kota itu jauh-jauh, sangat jauh dan ia tenggelam di hati yang paling dalam.Â
Di salju pertama ini, Istanbul mungkin jodoh yang Allah berikan kepada-ku. Aku hanya termenung sejenak, memikirkan Sopron yang mungkin juga kedinginan dan menantikan surat cinta dariku, mungkin tentang bagaimana aku dan Istanbul sekarang memadu cinta di pangkuannya.Â
Cerita tentang bagaimana aku bertahan dengan makanan Turki yang sangat asing di lidah, guru-guru yang berasal dari universitas-universitas ternama di Amerika, bagaimana Istanbul menjamuku untuk pertama kali dan cerita tentang anak-anak santri yang melepaskan kepergian-ku saat hari terakhir di Indonesia.
Bismillah, Dear Sopron. Istanbul memperlakukan-ku dengan cara terbaik yang aku ekspektasikan. Dan di sebalik rembulan utuh yang setiap malam timbul di atas Bosporus ini, juga tentang perjuangan ku untuk mewujudkan cinta yang sampai sekarang belum terwujud, aku masih mencintai-mu.Â