Mohon tunggu...
Pohon Kata
Pohon Kata Mohon Tunggu... Freelancer - Going where the wind blows

Ketika kau terjatuh segeralah berdiri, tak ada waktu untuk menangis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Damar Nusantara #5 (Turun Gunung)

24 April 2020   21:22 Diperbarui: 24 April 2020   21:24 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejurus kami berjalan melewati route menuju warung, dari kejauhan... pelawat ketinggian banyak terlihat disekitaran warung. Waduh...mbok Yem pasti butuh bantuan melayani mereka. Dengan sedikit lari kecil untuk menghilangkan rasa dingin aku dan bang Jenggo menuju kesana.

Sesampainya didepan warung, dengan terengah kuletakkan tas carier.

" Mbok... maaf baru datang." aku meminta maaf ke simbok

" Gak masalah Damar, sarapan dulu sana sebelum membantu simbok."

" Gak apa-apa, nanti saja mbok sarapannya." jawabku.

Saatnya melanjutkan perjalanan...

Begitulah hari - hariku, bersama simbok di pegunungan Lawu. Melayani para pendaki, menyiapkan makan, minum, bahkan jadi porter membawa belanjaan dari kaki Lawu untuk stok warung Mbok Yem pun kujalani.

Banyak cerita, banyak pribadi yang kutemui. Dua minggu waktu tlah berlalu, tak terasa selama itu pula aku memeluk kabut yang datang dan pergi, menyambut mentari yang selalu membawa senyum dan mendampingi simbok...sosok perempuan yang penuh kegigihan, ketulusan dan kesederhanaan. Di sini, di puncak Lawu...banyak pelajaran yang kudapat. Hidup tak semerta harus berlari, kadang kita harus menepi tapi bukan berarti untuk berhenti.

Kita manusia diciptakan, tak hanya untuk hidup, makan, dan berakhir. Selain untuk menyembahNya...berbuat baik untuk sesama, alam dan apapun disekitar...sebisa kita walaupun itu hanya senyum tulus kepada sesama.

Menghargai kegagalan, menikmati perjalanan hidup dan bersyukur akan rasa nikmat.

Tibalah saatnya untuk pamit, "Mbok...Damar mengucapkan rasa terima kasih yang dalam, simbok disini telah menganggapku sebagai seorang anak. Wejangan tentang kehidupan yang simbok berikan ke saya tiap hari telah mengisi ruang - ruang kosong disanubariku mbok. Damar mohon pamit...melanjutkan perjalanan berikutnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun