Mohon tunggu...
Dirham Rizaldi
Dirham Rizaldi Mohon Tunggu... -

Selain diKompasiana, tulisan saya terdapat pula di Longlifemagz.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Film "G30S/PKI" ala "Kids Zaman Now"

29 September 2017   23:08 Diperbarui: 30 September 2017   00:40 3278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila butuh musik yang tidak terlalu bising, Risa Saraswati, Efek Rumah Kaca, The Trees And The Wild sampai Jason Ranti bisa pula dipertimbangkan. Banyak lagu bermakna, kadang satir, enak didengar, dan tentunya band-band indie-nya kids zaman now.

Lagu-lagu daerah dalam soundtrack, haruslah pula di-cover ulang. Entah ditambah arransementnada ataupun irama vocalnya. Musikimia bolehlah , atau kalau mau terkesan lebih seru lekat dengan intonasi bahasa Jawa yang khas, namun tetap kekinian. Pilihan bisa dijatuhkan pada Jogja Hip-Hop Foundation atau NDX A.K.A.

Gaya Bahasa, Mudah Dipahami, Kekinian Tidak terlalu baku

Adalah masalah kesepakatan, ataupun simbol untuk dapat berkomunikasi antar sesama. Bagaimana pesan dapat tersampaikan, bila tidak melihat kondisi sekarang, para generasi zaman sekarang. Bumbuhkan gaya bahasa yang lebih sedikit santai, yogs, sekut, cuk, kuy atau wolesdibeberapa adegan.

Modifikasi Narasi, Lihat Dari Perspektif Lain

Sumber: gramedia.com
Sumber: gramedia.com
Sudah berat, serius, berisi adegan pembunuhan, durasi lama pula, kurang alasan untuk membuatnya bosan. Masa konflik, segenting gentingnya kondisi, kurang tepat bila diantara orang-orangnya tidak ada fase bercanda atau lawakan atau apalah yang bisa mencairkan suasana.

Sang Pencerah, dalam scene kala K.H. Ahmad Dahlan menjelaskan perihal manusia harus kentut, atau film Soekarno, kala scene penculikan dimana Soekarni agaknya digambarkan bertingkah sedikit lucu kepada Soekarno Hatta. Adalah diantara film sejarah yang  disusupi pemanis cerita didalam film.

Bumbuilah sedikit, ibarat sayur asem, untuk membuatnya jadi enak tetaplah harus sedikit ditambahkan gula. Bila keberatan menambahkannya, ya sudahlah. Yang terpenting bagi remake total film G30S PKI, sejarah haruslah benar-benar diluruskan. Perlunya penyegaran riset-riset tambahan apakah para jendral sebelum dibunuh disiksa, atau bahkan dicongkel matanya sembari menyanyikan lagu Genjer-Genjer. Menurut tim ahli forensic tidak ditemukan hal itu.

Rujuk pula Literatur Buku karya Ben Anderson dan Ruth McVey, Kudeta 1 Oktober 1965 : Sebuah Analisis Awal. Atau John Roosa, Dalih Pembunuhan Masal. Bila membaca membuat pening, mungkin film documenter Jagal dan Senyapbisa pula dijadikan masukan.

Interpretasi mesti seimbang, data sejarah, wawancara korban dan pelaku kalau bisa untuk menghasilkan film sejarah yang benar. Generasi penerus jangan sampai menanggung dosa ataupula propaganda rezim tua. Bila bermaksud untuk memberi pengetahuan, ataupun sebagai pena sejarah generasi muda, maka lakukanlah dengan baik dan bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun