Adalah ia berambut panjang sebahu. Adalah ia wajahnya ditumbuhi kumis dan jenggot yang lumayan lebat itu. Adalah ia sendiri dipanggung dengan harmonika dimulut dan gitar ditangan. Adalah ia memainkan musik folk, Blues kadang ballads dengan suara lengking yang selalu terngiang. Adalah selebihnya ia sederhana, slengean, kritis nan Jujur dalam setiap lirik yang dinyanyikan.
Semarang - Jason Ranti, solois yang mulai marak dibicarakan belakangan ini di-scenemusik Indonesia, mendarat juga di Semarang. Tidak dipungkiri memang di Semarang ia belum terlalu familiardibandingkan dengan Bandung dan Jakarta. Namun tak apa, ia tetap adil. Penampilannya selalu maksimal, memukau dengan kesederhaan, kejujuran lagu dan liriknya.
Bicara tentang Jason Ranti -Jeje-, maka sungguh naf bila tidak menyinggung Iwan Fals, pemusik senior, terkenal kritis dalam baitnya. Tampak beberapa kemiripan bila kita ingin melebihkan. Iwan fals bermain gitar dan harmonika, begitupun Jason Ranti jua. Iwan mahir dalam skill folk, Blues,dan ballads, Jason pun tidak kalah. Iwan kritis dalam bait lagunya, Jason pun menyamainya.
Jason tetaplah Jason, Iwan pun begitu, bukan seperti pribahasa "bagai pinang dibelah dua". Karena memang pada dasarnya ia tak mau disamakan dengan Iwan. Lihat saja, Jason tampil solois, Iwan dengan format band. Jason jalan disceane indie, Iwan di-mayor label. Terlebih Jason lebih ketema realitas sosial yang sedang viral sekarang ini, Iwan dalam lirik lebih komplek dan krtis lagi.
Namun jangan langsung di judge saya ingin membandingkan, sungguh tiada maksud! Karena memang mereka dilahirkan digenerasi yang tidak sama, terlebih fenomena realitas keadaan, politik, sosial, maupun lingkungannya berbeda juga.
Waktu menunjukan pukul 9.30 malam, kurang lebih tepatnya kalau tidak salah. Yang jelas setelah performance dari Figura Renata -duo folk asal Semarang- ia mulai prepare on stage. Maklum kala itu saya sedang menikmati malam, mencicipi buah tangan yang disuguhkan oleh beberapa kawan, jadi mohon dimaafkan. Yang jelas ketika MC mulai mengaba-aba sedikit lagi giliran Jeje perform, saya langsung bersiap dan berjalan mendekati stage.
Sampai akhirnya MC benar-benar mempersilahkan Jason Ranti untuk on stage, maka lekas dimulailah. Tanpa banyak basa-basi lagu pertama dimainkan, Stephanie Anak Senie.Opening disambut dengan suara harmonic harmonika. Beatsarat blues, ballads kian membuat saya menggoyangkan kepala mengikuti, terhipnotis menikmati .
Sering kali terlihat penonton terkekeh merespon lirik yang terkandung dalam bait. Lihat saja saat Jeje dengan lantang menyanyikan bait, "Mobil lewat, tronton lewat, Presiden lewat, Prabowo lewat, FPI lewat, MUI lewat",dengan lepas dan lantangnya. Padahal dibelakang stage venue ada kantor partai Gerindra dan pemenangan pilpres Prabowo kala 2014 lalu.
Stephanie Anak Senie ialah salah satu kejujuran Jeje kala menggambarkan realitas anak muda yang bergelut didunia seni, atau mungkin pula untuk semua anak muda. Walau tidak bisa dibenarkan secara universal, tetapi tersentil dibeberapa orang yang tutut melakukan.
Lihat saja kritik yang terkandung dalam bait "Stephanie resah hobinya resah, Segala cara pernah ia coba, Coba pantai, coba santai, coba tobat, coba obat, Segala obat pernah ia coba".Seperti ia sedang menyindir, atau sekiranya ia sedang bertutur personal seseorang, yang jelas ia sangat jujur dalam menyampaikannya.
Lanjut lagu kedua, Kafir. Seolah menyiratkan ia ingin selalu bernyanyi, tanpa banyak basa-basi ia melakukannya lagi. Dimulai dengan petikan gitar, menghantarkan Kafir untuk dipersembahkan. Terhipnotis dengan sadar penonton dibuatnya, seolah menyetujui sing along bersama. Makin tiba di refrain makin lantang dinyanyikan bersama "Hei ia katakan, hei Kafir sedang apa kau mondar-mandir, hei Kafir jangan ajak ku beli bir".