Berdiri sejak tahun 1912 Muhammadiyah telah tumbuh sebagai Organisasi Masyarakat (ORMAS) Islam Indonesia yang besar, mandiri, independent, dan professional.Â
Saat ini, Muhammadiyah baru saja menyelenggarakan miladnya yang ke-109 tahun, yang artinya telah 109 tahun Muhammadiyah hadir dan turut mewarnai wajah Indonesia, sejak masa perjuangan pra dan pasca kemerdekaan. Â
Muhammadiyah turut serta secara langsung dalam membagun kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai problem solver terhadap berbagai polemik-polemik yang muncul di Indonesia.Â
Kontribusi Muhammadiyah kemudian di-implementasikan dalam berbagai sektor dan amal-amal usaha, seperti; pendidikan, kesehatan, da'wah, sosial ekonomi, yang turut serta membangun kemajuan, kemandirian dan kebudayaan masyarakat Indonesia.
Keberhasilan Muhammadiyah dalam melakukan berbagai amal usaha untuk masyarakat luas, tidak terlepas dari berbagai strategi dan gagasan-gagasan yang di bangun oleh para founding father Muhammadiyah.Â
Gagasan Islam Moderat merupakan kunci dari keberhasilan Muhammadiyah dalam melakukan segala akitifitas amal-amal usaha Muhammadiyah sehingga mudah diterima dan diaplikasikan serta diduplikasi oleh para kader mulai ranting, cabang dan daerah.
Sebagaimana yang di sampaikan oleh Prof. Abdul Mu'ti dalam peringatan Milad Muhammadiyah ke 109 yang diselenggarakan Majlis Tarjih Dewan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, bawha landasan Gagasan Islam Modert yang diusung dan jadikan pedoman oleh Muhammadiyah, ialah berupa 10 (sepuluh) nilai-nilai universal dari ajaran islam itu sendiri, seperti;Â
Tawasut (mengambil jalan tengah, iaitu pemahaman dan pengamalan yang tidak ifrad (berlebihan) dan tafrid (mengurangi ajaran agama)), Tawazun (seimbang), I'tidal  (lurus dan tegas, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya, melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban secara proporsional), Tasamuh (toleran) Musawa (elagaliter), Syuro (musyawarah, setiap persoalan diselesaiakn dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat dengan prinsip menempatkan kemaslahatan diatas segalanya, Islah (reformasi, setiap persoalan di selesaikan dengan cara sebaik-baiknya dan berusaha untuk memperbaikinya), Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas kemampuan mengidentifikasi hal ihwal yang lebih penting harus di utamakan untuk di-implementasikan dibandingkan kepentingannya lebih rendah) dalam istilah yang lebih lugas adalah frist think, Tatowur (dinamis dan inovatif), Tahadur (senantiasa berperadaban, iaitu; senantiasa menjunjung tinggi akhlaqul karimah, karakter identitas, yang diditunjukan sebagai khairu ummah dalam kehidupan kemanusiaan dan peradaban).
Nilai-nilai universal tersebutlah yang menjadi pondasi Muhammadiyah dalam menjunjung tinggi Gagasan Islam Moderat dalam bermuamalah (interaksi sosial).Â
Sebagaimana contoh dalam amal usaha penyelenggaraan lembaga pendidikan, Universitas Muhammadiyah di-berbagai Daerah menerima mahasiswa dari latar belakang agama, suku, ras, budaya baik dalam maupun luar negeri yang berbeda tanpa tebang pilih atau bahkan mendapatkan pelayanan yang sama sebagaimana mahasiswa umumnya.Â
Hal ini kemudian di-manfaatkan Muhammadiyah sebagai wadah mengenalkan wajah islam sesungguhnya, yang sarat dengan nilai, indah, damai, dan toleran.
Din Syamsudin dalam satu kesempatan mengatakan bahwa apa yang dilakukan Muhammadiyah dengan Gagasan Islam Moderat sudah sesuai dengan nilai-nilai luhur yang di contohkan baginda Rasulullah Muhammad SAW, dalam membangun Kota Madinah, dimana kondisi saat Rasulullah hijrah ke Kota Madinah yang terkesan pedesaan, terbelakang, jauh dari peradaban, 10 tahun kemudian Kota madinah disulap menjadi kota madani sehingga mendapatkan julukan Al-Munawwarah, artinya kota yang memberikan cahaya, cahaya yang di maksud adalah peradaban yang maju dan berkembang ditengah masyarakat yang multi etnik.
Selain 10 nilai-nilai universalitas yang di-jadikan sebagai pedoman, Muhammadiyah memiliki 2 (dua) orientasi dalam membangun moderasi peradaban, iaitu; futureistic Orientation (QS. Al-Hashr (59) : 18) dan Quality Orientation (QS. Al-Mulk (67) : 2). Orientasi tersebut merupakan Orientasi Muhammadiyah dalam menyikapi perubahan zaman yang terus berkembang dari masa-kemasa.Â
Futureistic Orientation sebagaimana dimaksud adalah bagaimana kader-kader Muhammadiyah memiliki cita-cita, harapan di masa depan dengan terus melakukan perbaikan dan kebaikan dari hari ke hari, sehingga mereka siap dalam setiap kondisi dimanapun medannya. sedangkan Quality Orientation adalah upaya Muhammadiyah dalam meningkatkan kualitas kader melalui amal-amal usaha Muhammadiyah yang tersedia.
Nilai-nilai pondasi yang di-bangun dan dengan orientasi yang jelas, Muhammadiyah dapat selalu menghadirkan Al-hadharah (kemajuan) di setiap perubahan zaman khususnya di Indonesia umumnya di Dunia, hingga Muhammadiyah dapat bertahan dan terus berkembang di usia 109 tahun hingga saat 18 November 2021, sebagai ORMAS Islam Indonesia yang terus mengabdi dan berkontribusi nyata.
Dirga Septia Nugraha
Merupakan Mahasiswa PascasarjanaÂ
Universitas Muhammadiyah Malang
Prodi Magister Ilmu Hukum
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H