Mohon tunggu...
Dirga N
Dirga N Mohon Tunggu... Wiraswasta - Traveller, Bali, Indonesia

Hobby jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pura Batu Belah Tempat Batu Lamben yang Jadi Pemantik Perang Tulamben

31 Oktober 2021   11:29 Diperbarui: 31 Oktober 2021   11:38 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari yang telah ditentukan tiba, sabungan ayam dimulai dengan ayam jantan putih mulus dengan sehelai bulu ekor warna hitam bertarung melawan ayam buwik milik penduduk desa tulamben. Ayam buwik ini merupakan ayam yang telah menang beberapa kali dan merupakan ayam asli desa tulamben sedangkan ayam putih merupakan ayam peranakandengan ayam dari lombok.

Pertarungan akhirnya digelar dan dalam pertarungan tersebut ayam wong perahu jerih kemudian dilanjutkan ke ronde pruput. Dalam ronde pruput ini, ayam milik desa tulamben tajinya nyangkut pada sangkar atau guungan sehingga tidak bisa menyerang. Karena kelelahan ayam milik desa tulamben terduduk sedangkan ayam milik wong perahu masih berdiri. Akan tetapi wasit tajen ( Saye ) mengatakan itu sapih ( seri / draw ), jadi tidak ada pemenang, padahal seharusnya ayam wong perahu yang menang. Merasa dicurangi oleh penduduk Desa Tulamben, wong perahu minta pertarungan diulang. Wong perahu minta ayam jantan berbulu biing brahma.

Ayam biing brahma ini dianggap memiliki keunggulan dan kelebihan tersendiri, dimana ayam ini juga berasal dari peranakan ayam dari lombok. Sebelum dijual ayam ini kembali lehernya digantungi uang kepeng dan disiksa dan kedua kakinya ditarik dengan tujuan agar tidak dapat bertarung sempurna pada sabungan nanti.

Kemudian pertarungan kembali digelar ayam biing brahma milik wong perahu melawan ayam buwik milik penduduk desa tulamben. Dalam pertarungan tersebut ayam milik wong perahu terluka dan jerih, kemudian lari menyembunyikan kepalanya pada kurungan dipinggir arena tajen, sementara kaki yang ada tajinya menghadap keatas. Ayam buwik milik penduduk tulamben kemudian menyerang dengan garang namun sayang justru terkena taji ayam biing brahma yang menghadap keatas dan mati. Dengan demikian wong perahu dinyatakan menang. 

Pura Batu Belah (Dokpri)
Pura Batu Belah (Dokpri)

Karena sudah menang wong perahu meminta taruhan yang sudah disepakati untuk diserahkan, akan tetapi penduduk tulamben ingkar janji dan tidak mau menyerahkan Batu Lamben ( Cili Kumalasa ) kepada wong perahu.

Orang-orang tulamben mengira wong perahu tidak akan berani melawan penduduk desa tulamben karena menang jumlah dibandingkan dengan wong perahu yang hanya beberapa orang disamping itu juga penduduk tulamben merasa punya pemimpin yang sangat sakti sehingga tidak mungkin bisa dikalahkan.

Walaupun begitu wong perahu punya persenjataan yang lebih canggih yaitu meriam yang ada di perahu atau kapal mereka. Karena merasa kalah jumlah wong perahu pergi dengan perasaan jengkel dan marah dan melanjutkan perjalanan, namun ditengah laut mereka mendengar suara gaib menyuruh mereka kembali dan melawan penduduk desa tulamben karena mereka sudah salah ( sisip ) yang berani menjadikan Batu Lamben sebagai taruhan judi dan juga tindakan curang dan ingkar janji. Maka, wong perahu kembali berlabuh untuk menyerang penduduk tulamben.

Maka sekitar tahun 1668 masehi terjadi perang antara penduduk desa tulamben melawan pelaut-pelaut bugis atau wong perahu sebutan yang diberi penduduk tulamben. Dibawah pemimpinnya Ki Pasek Tulamben, penduduk desa tulamben berperang melawan pelaut-pelaut bugis. Terjadilah pertempuran hebat antara penduduk tulamben melawan wong perahu.

Dalam perang itu penduduk tulamben masih menggunakan persenjataan tradisional berupa tombak dan keris, sedangkan wong perahu sudah bersenjatakan bedil dan meriam. Dalam peperangan itu bila wong perahu terdesak mereka mundur kembali ke tengah laut dan esoknya kembali menyerang. Perang tulamben ini berlangsung selama 5 hari. Karena sisip atau melakukan kesalahan pada Ida Bethara yang berstana di Pura Melanting dan juga kalah persenjataan makapenduduk tulamben mengalami kekalahan.

Pada masa itu penduduk tulamben tidak mendapat bantuan dari kerajaan karena dalam kerajaan juga sedang kacau balau akibat dari pemberontakan I Gusti Agung Maruti. Sehingga perang tulamben hanya melibatkan penduduk tulamben melawan pelaut-pelaut bugis.Dengan kekalahan penduduk tulamben maka hancurlah desa tulamben, kemudian wong perahu membelah Batu Lamben ( Cili Kumalasa ) pada Sukra Paing, Wuku Dungulan, Penanggal ping 13, Sasih Kasa, Tahun Caka 1602 ( Juli 1680 M).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun