Dewasa ini muncul banyak diskusi di kalangan para psikolog kualitatif mengenai bagaimana cara menilai kualitas riset kualitatif. Diskusi-diskusi tersebut dilatarbelakangi oleh rasa tidak puas karena selama ini penilaian tersebut dilatarbelakangi oleh rasa tidak puas karena selama ini penilaian riset kualitatif dilakukan menurut ketentuan validitas dan reliabilitas tradisional yang berlaku dalam riset kuantitatif. Gejala itu misalnya berlangsung ketika jurnal-jurnal tertentu menolak paper kualitatif karena dipandang tidak memenuhi persyaratan seperti yang diharuskan untuk karya-karya kuantitatif. Para peneliti kualitatif memandang bahwa validitas dan kualitas adalah persoalan yang penting, namun riset kualitatif pun harus dinilai menurut kriteria yang tepat.
Lucy Yardley megemukakan tiga prinsip umum untuk menilai kualitas riset kualitatif. Prinsip pertama adalah kepekaan terhadap konteks. Ia menyatakan bahwa suatu riset kualitatif yang baik semestinya memperlihatkan adanya kepekaan terhadap konteks di mana studi tersebut berlangsung. Meskipun demikian, ia menawarkan sejumlah cara yang berbeda agar kita bisa menghasilkan kepekaan semacam itu. Para peneliti bisa menunjukkan familiaritas mereka terhadap literatur yang ada, dan hal ini pada gilirannya bisa terkait dengan substansi atau teori yang ada; yang pertama terkait dengan topik investigasi dan yang kemudian terkait dengan landasan metode riset itu sendiri. Selain itu kita bisa mempertimbangkan sejauh mana kepekaan studi tersebut terhadap datanya sendiri. Sebagai contoh, terkait dengan bagaimana argumennya dikemukakan beserta dengan materi-materi yang diambil dari para partisipan.
Prinsip umum yang kedua adalah komitmen, keketatan, transparansi, dan koherasi. Komitmen bisa dilihat dari sejauh mana keterlibatan peneliti dalam pelaksanaan penelitian. Komitmen ini sendiri terwujud melalui berbagai cara, sejak dar konsistensi penggunaan pendekatan kualitatif dalam jangka panjang hingga pengamatan mendalam dan terperinci atas bidang tertentu. Keketatan mengandung arti kelengkapan dari studi yang dilaksanakan, terkait dengan ketepatan antara sampel dengan persoalan yang dihadapi dan analisis yang dibuat.
Prinsip umum yang ketika adalahdampak dan arti penting. Ia mengemukakan bahwa sebaik apapun sebuah riset, kita harus menguji validitasnya dengan satu hal yakni dengan menanyakan apakah riset tersebut benar-benar menyampaikan sesuatu yang bermanfaat, penting, atau hal-hal baru. Degan demikian pembaca bisa mempertanyakan apakah sebuah studi menghasilkan hal-hal baru terkait karya-karya terdahul yang sudah ada dalam bidang terkait. Yang juga valid atau penting artinya adalah kontribusi studi tersebut secara praktis atau dalam bentuk perubahan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H