Mohon tunggu...
Dira Nursyahida
Dira Nursyahida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya merupakan mahasiswi jurusan bahasa dan sastra Arab, saya hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tahapan Maqamat: Esensi Tawakal dalam Proses Bertasawuf

3 Desember 2023   12:00 Diperbarui: 3 Desember 2023   12:04 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buya Hamka, merumuskan tasawuf sebagai upaya seorang hamba dalam mengisi dirinya dengan sifat- sifat yang ada pada tuhan, maksudnya sifat allah dapat kita jadikan sifat kita menurut kesanggupan diri kita. Menurutnya, tasawuf bukanlah menolak atau menjauhi hidup, akan tetapi tetap melibatkan diri dan berbaur dalam kehidupan masyararakat bagaimana semestinya. Oleh karena itu, salah satu tahapan yang harus ditempuh seseorang dalam proses bertasawuf adalah dengan melalui Maqamat.

 Maqamat adalah bentuk jamak dari kata maqam yang berarti pangkat atau derajat. Sedangkan secara istilah ilmu tasawuf , maqamat di maknai sebagai kedudukan seorang hamba di hadapan Allah yang diperoleh melalui peribadatan, mujahadah ataupun riyadhah yang bersifat spiritual dengan tujuan agar tidak terputusnya hubungan seorang hamba dengan penciptanya. 

Perjalanan menuju kesempurnaan untuk selalu menghambakan diri kepada Allah dilakukan oleh seorang salik dengan melewati tahapan spiritual, memiliki jalan dan cara menuju Allah. Dengan kata lain, maqamat berarti proses atau fase panjang yang harus ditempuh seorang salik untuk berada sedekat mungkin dengan Allah. Maqam yang dilalui harus melalui usaha yang sungguh dalam melakukan setiap amalan yang sudah diwajibkan atasnya. Tingkatan (Maqam) adalah tingkatan seorang hamba di hadapan Allah tidak lain merupakan kualitas kejiwaan yang bersifat menetap, inilah yang membedakannya dengan keadaan spiritual (ahwal) yang bersifat sementara (Hanum, 2015: 47). 

Mengenai jumlah dan formasi maqamat terdapat perbedaan pendapat dikalangan sufi, akan tetapi yang menjadi pokok pembahasan penulis kali ini adalah mengenai esensi tawakkal dalam proses bertasawuf seorang hamba. Tawakkal secara bahasa bermakna pasrah, percaya, bersandar dan bergantung. Atau dengan kata lain, mempercayakan sesuatu kepada Allah secara utuh setelah melaksanakannya sesuai rencana dan mengusahakannya secara maksimal. Sikap tawakal memberikan ketenangan jiwa bagi seorang mukmin yang memandang bahwa setiap yang terjadi dan apa yang terjadi di dalamnya tidak akan luput dari kuasa Allah. 

Pada hakikatnya, orang yang bertawakal sebelumnya telah melalui tahapan yang terurut dari taubat, wara, zuhud dan sabar. Tingkatan tersebut harus dilakukan seorang salik untuk dapat lanjut ketingkatan selanjutnya. Buya Hamka menjelaskan bahwa tawakal adalah menyerahkan keputusan setiap perkara, ikhtiar kepada allah. Apabila datang bahaya mengancam, terdapat tiga jalan dalam menghadapinya (Hamka, 1996: 231 ). Yaitu sabar, mengelakkan diri, kemudian bertawakal dengan mengusahakan terlebih dahulu, agar lepas dari bahaya tersebut. 

Adapun maksud tawakkal yang diperintahkan oleh agama adalah menyerahkan diri kepada allah sesudah berdaya upaya dan berusaha dengan sungguh-sungguh. Hal sederhana saja, jika kita lihat dari kehidupan seorang pelajar. Kita telah berusaha semaksimal mungkin, belajar dengan tekun, kemudian berdoa sebelum ujian, kemudian hasil yang didapatkan kita serahkan sepenuhnya kepada Allah. Artinya, seseorang yang bertawakal, mereka tidak akan pernah merasa kecewa terhadap apa yang akan terjadi kepadanya kemudian hari. Apakah sesuai dengan yang diingikan atau tidak, mereka percaya atas apa yang ditakdirkan adalah suatu hal yang terbaik, tidak semestinya mereka menyalahkan diri sendiri ataupun merasa bahwa Allah tidak adil.

Ringkasnya, tawakal tanpa usaha lebih dulu adalah salah dan keliru menurut pandangan islam. Sebab pada akhirnya, semua usaha yang kita kerahkan akan kembali kepada kita sendiri. Usaha yang telah kita maksimalkan akan menghadiahkan kebahagiaan yang seiring waktu akan kita rasakan. Untuk itu tidak perlu gusar dan risau, sebab allah tau kita sungguh dan jerih payah kita. Allah punya cara terbaik dalam mengatur dan menetukan alur hidup yang bagaimana untuk hambanya. Wallahu alam

Daftar Pustaka 

Hanum, Rayani dan Ahmad Bangun. 2015. Akhlak Tasawuf : Pengenalan, Pemahaman, dan Pengaplikasiannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 

Buya Hamka, 1996. Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun