Mohon tunggu...
Dira Nursyahida
Dira Nursyahida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya merupakan mahasiswi jurusan bahasa dan sastra Arab, saya hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tingkatkan Regulasi Diri Mahasiswa Introvert

13 Juni 2023   20:30 Diperbarui: 13 Juni 2023   20:31 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Regulasi diri terutama bagi kalangan mahasiswa yang memiliki kepribadian cenderung introvert sangatlah perlu. Ketika seorang introvert sudah memasuki jenjang perkuliahan, ia cenderung lebih sulit berinteraksi sosial, kepribadian introvert berfokus dan senang dengan dunia mereka sendiri dan tertutup dengan orang lain. Lebih suka berpikir kritis tetapi tidak mampu menyuarakan ide yang termaktub dalam pikirannya. Ia lebih senang melakukan pekerjaan sendiri tanpa diusik oleh orang lain, bukan berarti semua pekerjaan dilakukan sendiri. Ada suatu kondisi dimana seorang introvert butuh pada bantuan orang lain. Mustahil jika manusia hidup tanpa bantuan dari orang lain. Karena manusia adalah makhluk sosial, yang memiliki keseimbangan antara kehidupan individu dan masyarakat. Keseimbangan hubungan tersebut menggambarkan keselarasan hubungan antara manusia dengan dirinya, antar sesama, lingkungan sekitarnya, dan penciptanya. Di dalam kedudukannya, manusia yang berkepribadian introvert juga harus menempatkan dirinya sebagai pribadi utuh. Mereka lebih banyak berpikir daripada bertindak. Berbeda dengan ekstrovert yang lebih banyak bertindak daripada berpikir. (Nurhidayah dkk, 2017)

Sejumlah penelitian tentang adaptasi dan kesiapan kuliah menunjukkan bahwa mahasiswa baru introvert merupakan kelompok yang dapat mengalami kesulitan dalam menghadapi transisi, adaptasi, dan bahkan bertahan di universitas. Rendahnya kemampuan adaptasi terhadap kehidupan kampus dapat berdampak pada kegagalan menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi ataupun lulus tidak tepat waktu. Sebaliknya, keberhasilan transisi dari sekolah menengah ke perguruan tinggi ditentukan oleh kemampuan, persepsi, sikap, dan tingkah laku yang memandu mahasiswa beradaptasi dengan lingkungan baru, baik secara akademik maupun sosial. Kecenderungan mahasiswa untuk mencapai keberhasilan transisi ke lingkungan perguruan tinggi, menurut Conley (2008) merupakan fungsi dari kesiapan kuliah.

Bagi mahasiswa baru yang introvert, ia akan kesulitan dalam bersosial. Mereka akan menjajaki kehidupan kampus yang tentu saja berbeda dengan kehidupan sekolah sebelumnya. Perbedaan yang sangat signifikan adalah kemandirian dalam kegiatan belajar. Jika di sekolah, guru bertugas mengingatkan, memandu dan menjelaskan secara detail maka di perguruan tinggi hal tersebut menjadi tanggung jawab mahasiswa atas belajar diri sendiri. Dari segi kehidupan sosial, mahasiswa akan menjalin interaksi yang beragam, baik sesama mahasiswa, dosen, staf akademik lainnya. Mahasiswa perlu menguasai keterampilan berbicara, dimana hal ini merupakan kelemahan yang selalu menghantui kehidupan introvert. 

Berbicara adalah kemampuan seseorang untuk mengekspresikan dirinya secara lisan dalam konteks makna tertentu. Secara umum, keterampilan berbicara membutuhkan beberapa komponen. Ini lebih dari sekadar mengetahui kosa kata dan tata bahasanya. Seseorang harus memahami bahasa itu sendiri setelah itu belajar bagaimana menggunakan bahasa itu dengan lancar datepat. Dengan demikian, keterampilan berbicara sangatlah perlu ketika di jenjang perkuliahan dan merupakan skill yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa. 

Mengaitkan kedua kepribadian antara ekstrovert dan introvert memiliki respon yang berbeda dalam keterampilan berkomunikasi. ekstrovert melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan berbicara di kelas. Extrovert adalah kepribadian yang lebih nyaman menghabiskan energi sehari-harinya dengan melakukan kegiatan yang aktif. Sedangkan introvert adalah tipe kepribadian mengutamakan pemikiran, suasana hati, dan perasaan internal. ( Amir Ubaidillah, 2021). Hal ini sejalan dengan pendapat Omar (2015), bahwa ekstrovert memiliki lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi sewaktu perkuliahan. Ini bisa terjadi karena ekstrovert adalah orang yang mudah bergaul. Mereka mungkin terlibat dalam kegiatan lisan dan meningkatkan peluang berkomunikasi (public speaking). Sedangkan introvert cenderung memiliki masalah dalam hal kepercayaan diri dan interaksi sosial. Introvert secara progresif tertarik pada pertimbangan atau emosi mereka sendiri daripada hal-hal di luar diri mereka. Sering merasa malu dan berbicara lebih sedikit selama kegiatan kelas. Merasa cemas dan tidak percaya diri untuk berbagi ide ketika perkuliahan berlangsung. Mereka lebih suka menjadi pendengar yang budiman.

Meskipun introvert memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi, mereka lebih unggul dalam hal tulis menulis seperti tugas makalah, artikel, essay. Penyelesaian tugas-tugas tingkat kuliah membutuhkan keterampilan berpikir, menganalisis serta pemecahan masalah, hal tersebut akan lebih mudah dituntaskan oleh introvert. Karena mereka cenderung berpikir kritis dan suka menuangkan gagasan dan idenya di dalam tulisan. Hal ini bertolak belakang dengan ekstrovert, mereka dominan menuangkan ide secara lisan dan langsung. Menurut Carl Jung (Dokter Psikologi dari Swiss), tidak ada kepribadian yang terbaik dan terburuk antara ekstovert dan introvert, Keduanya memiliki keunggulan yang dapat ditonjolkan.

 Kepribadian Introvert biasanya menentukan tujuan atau planning sebagai standar yang mengatur tindakannya. Seorang introvert biasanya akan membuat catatan kecil yang berisi planning sebagai alarm baginya. Sehingga tidak ada pekerjaan yang terlewat dan harapan yang direncanakan dapat dituntaskan tepat pada waktunya. Disamping itu, introvert juga akan memotivasi dan mencari kesenangan sendiri agar tidak jenuh dalam melakukan suatu pekerjaan. 

Motivasi sebagai daya penggerak di dalam diri seseorang yang menjamin kelangsungan dan memberikan arahan sehingga diharapkan tujuan kegiatan seorang akan tercapai (Sardiman, 2001). Tahapan selanjutnya mengobservasi diri. Observasi merupakan tahapan penting dalam proses regulasi diri karena dalam tahapan ini, individu akan memuhasabah dirinya mengenai perbuatan apa yang telah dilakukannya. Apakah tindakan nya tersebut menuai hasil/tidak. Hal ini bertujuan agar seseorang dapat mengevaluasinya kembali dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang telah berlalu. 

Seorang introvert harus menanamkan rasa percaya diri (self confidence). Ini menjadi kelemahan dan harus dibasmi. Kepercayaan diri menjadi faktor penting yang membantu mahasiswa dalam perkembangan pengetahuan dan keterampilan. Dengan adanya kepercayaan diri, mahasiswa yakin bahwa apa yang dilakukan dapat mencapai target tertentu sesuai dengan harapan. Dengan kata lain, percaya diri merupakan kunci keberhasilan dan kesusksesan mahasiswa baik dalam studinya maupun dalam interaksi dengan lingkungannya. Jika percaya diri sudah tertanam dalam diri seseorang, ia akan jauh dari perasaan dan prasangka takut gagal dalam melakukan sesuatu. 

Pada dasarnya introvert memiliki kecemasan dan ketakutan ketika berbicara di depan publik. Dalam kajian psikologi komunikasi, keadaan seperti ini dikenal sebagai glossophobia. Mereka yang mengalami kondisi glossophobia cenderung akan menghindar dari berbagai kesempatan berbicara di depan publik. Namun, seorang introvert tidak bisa dikaitkan dengan kondisi ini. Mereka cemas karena belum terbiasa berbicara di depan umum, karena kepribadian yang tertutup. Mereka merasa terasingkan jika berada di keramaian, dan suka menyendiri. Lebih nyaman dengan kesunyian. Tetapi, bukan berarti mereka terjerat dalam kesedirian. Secarik kertas dan pena menjadi pilihan. Mengungkapkan segala keluh kesah. Menulislah yang akan membuat perasaannya lebih tenang. Meski memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi, tapi kebanyakan mereka adalah seorang penulis yang handal.

Semua orang memiliki kesempatan yang sama dalam meraih sebuah kesuksesan tanpa memandang karakter kepribadian dan latar belakang keluarga. Meningkatkan rasa percaya diri merupakan salah satu cara dalam memperbaiki karakter diri sehingga memudahkan seseorang dalam mencari relasi pertemanan tanpa merasa minder. Menjadi Introvert bukanlah faktor penghalang untuk seseorang berani dalam berbicara, meskipun pada dasarnya kepribadian seperti ini akan lebih sulit berkomunikasi secara lantang dibanding ekstovert yang terbuka dan lebih percaya diri. Keterampilan berbicara merupakan tahapan yang harus ditingkatkan bagi mahasiswa intovert. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun