Mohon tunggu...
Nadira Aliya
Nadira Aliya Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk tetap menghidupkan pikiran

Halo! Saya Diraliya, seorang penulis lepas yang cerewet ketika menulis namun kalem ketika berbicara. Selamat membaca tulisan-tulisan saya, semoga ada yang bisa diambil darinya :)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jalan-Jalan ke Toba Sebelum Viral

26 September 2021   20:50 Diperbarui: 26 September 2021   21:41 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang tahun 2022, tujuan wisata di Indonesia semakin beragam, tidak lagi terbatas pada pulau dewata. Pemerintah sepertinya juga semakin fokus mengembangkan daerah-daerah lain menjadi DSP (daerah super prioritas) Indonesia. 

Barangkali Anda sudah sering mendengar Labuan Bajo sebagai salah satu daerah yang kini sedang diminati habis-habisan untuk berwisata. 

Namun tak banyak yang tahu, seperti Labuan Bajo, Danau Toba sebetulnya juga menjadi salah satu dari lima daerah yang diproritaskan untuk berwisata.

Beberapa waktu lalu, saya melihat salah satu konten di Instagram yang menunjukkan pembangunan jalan di Pulau Samosir, pulau yang terletak di tengah-tengah Danau Toba. 

Gambar tersebut diambil menggunakan drone. Menarik karena jalan yang sepertinya baru dibangun tersebut berujung di danau, seakan-akan mobil yang melintas dapat langsung meluncur ke permukaan danau.


Satu yang terlintas di benak saya saat melihat gambar tersebut adalah infrastruktur DSP Toba yang sedang berbenah habis-habisan untuk menyambut wisatawan agar lebih nyaman saat mengelilingi Samosir di tahun mendatang.

Pemerintah Indonesia menargetkan pada tahun 2030, Toba dapat menjadi destinasi wisata yang ramah lingkungan berbasis alam dan budaya. 

Danau Toba sendiri saat ini sudah amat menawan dengan pemandangan hijaunya hamparan perbukitan dan biru air danau yang begitu tenang dan luas hingga menyerupai lautan. 

Jika ditambah dengan pembangunan infrastruktur dan pengembangan SDM yang memberdayakan masyarakat lokal, sepertinya memang beberapa tahun ke depan DSP Toba memang akan menjadi salah satu destinasi wisata favorit.

Ulos, Sumber Kehangatan di Tengah Sejuknya Udara Toba 

Dengan kondisi alam berbukit yang cenderung dingin, pada zaman dahulu nenek moyang Batak memakai tenun ulos untuk kegiatan sehari-hari. Ulos bagi masyarakat Batak pada zaman tersebut adalah salah satu dari 3 sumber kehangatan, selain matahari dan api.

Sumber: https://www.indonesia.travel/
Sumber: https://www.indonesia.travel/

Menurut sejarah, ulos adalah kain yang dapat mengayomi dan memberikan kehangatan bagi penggunanya. Proses membuat ulos pun seperti perjalanan spiritual. Para penenun kain ulos tidak sekedar bekerja hingga ulos dapat dikenakan. 

Menenun ulos dilakukan sambil mendoakan agar nantinya si pemakai ulos terhindar dari berbagai jenis marabahaya. 

Masyarakat Batak sendiri akrab dengan frasa ‘mengulosi’, yaitu memakaikan ulos dalam upacara penting seperti pernikahan. Orang tua yang mengulosi anaknya menyimbolkan doa restu agar kehidupan pernikahan anaknya selalu dipenuhi kehangatan dan kebahagiaan.

Satu lagi yang menarik dari proses pembuatan ulos adalah tahapannya yang menggunakan bahan-bahan alami. Tak seperti pakaian modern yang menggunakan pewarna buatan, proses mewarnai kain ulos yang asli dilakukan menggunakan bahan-bahan alami, utamanya dari daun-daunan yang telah difermentasi untuk menghasilkan warna yang diinginkan.

Warna dasar seperti warna  biru dihasilkan dari tumbuhan Indigofera tinctoria. Warna merah dihasilkan dari kayu secang dan mengkudu, warna kuning dihasilkan dari kunyit. 

Sementara itu, warna lain yang juga populer adalah hitam yang dihasilkan dari mencampurkan mengkudu dan Indigofera, dan warna hijau dari campuran Indigofera dan kunyit.

Sumber: https://kemenparekraf.go.id/
Sumber: https://kemenparekraf.go.id/

Mengembangkan Kawasan Toba sebagai daerah pariwisata tentu perlu melibatkan ulos sebagai salah satu warisan bangsa. Semakin banyak orang yang berwisata di DSP Toba, maka semakin besar pula peluang perputaran roda ekonomi untuk masyarakat Toba dan sekitarnya. 

Hal ini juga menjadi peluang bagi para pemudi asli Toba untuk melestarikan budaya pembuatan ulos yang ramah lingkungan. Jika permintaan meningkat karena jumlah wisatawan meningkat, tentu akan banyak pemudi yang lebih tertarik untuk membuat dan melestarikan ulos, Heritage of Toba.

Kisah Pilu Di Balik Pertunjukan Sigale-Gale 

Apabila Anda berkunjung ke Pulau Samosir, salah satu wisata budaya Toba yang tidak boleh dilewatkan adalah pertunjukan Sigale-gale. 

Pertunjukan ini sebetulnya adalah pertunjukan tari dengan boneka kayu berukuran sebesar manusia. Boneka akan dikelilingi oleh 8-10 orang penari Tor-Tor. 

Sepanjang pertunjukan, boneka akan bergerak-gerak menggunakan system penggerak mekanis, seakan-akan boneka juga turut menari.

Sumber: https://www.indonesia.travel/
Sumber: https://www.indonesia.travel/

Di balik pertunjukan budaya ini, ternyata ada kisah pilu yang melatari. Alkisah, dahulu kala Raja Rahat, salah satu raja di Pulau Samosir, kehilangan putra tunggalnya, Raja Manggale, yang gugur di medan perang dan jasadnya tidak dapat ditemukan. Raja Rahat pun mengalami kesedihan berlarut dan jatuh sakit. 

Demi menghibur sang raja, pada akhirnya para tetua membuat patung yang mirip dengan Manggale, lalu memanggil roh Manggale sehingga patung tersebut dapat bergerak. Raja Rahat pun pulih dari sakitnya setelah hal ini dilakukan.

Semenjak saat itulah masyarakat batak menyebut patung kayu tersebut sebagai Sigale-gale, yang diambil dari nama Manggale. Dahulu, Sigale-gale dipercaya dapat menjadi ‘wadah’ bagi roh orang-orang yang telah meninggal.

Namun tak perlu khawatir, pertunjukan Sigale-gale saat ini tidak lagi dilakukan dengan prosesi memanggil roh. Boneka juga digerakkan oleh mesin. Dengan latar belakang rumah bolon, pertunjukan Sigale-gale masih menarik banyak wisatawan.

Eco-Wisata di Daerah Sekitar Toba

Daerah sekitar Danau Toba merupakan daerah yang masih asri dan hijau. Karenanya, tidak heran terdapat cukup banyak pilihan eco-wisata yang dapat menyegarkan mata dan pikiran. Beberapa contohnya antara lain The Kaldera Toba, Geosite Sipinsur, dan Bukit Holbung.

The Kaldera Toba adalah lokasi eco-wisata DSP Toba yang paling baru. Diresmikan dan dibuka pada tahun 2019, lokasi wisata dengan konsep nomadic escape seluas 385 hektar ini menawarkan paket lengkap penginapan dan lokasi wisata. 

Kaldera adalah salah satu tempat terbaik melakukan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE di Indonesia Aja). Lokasi yang strategis membuat kawasan wisata ini juga cocok untuk turis internasional, terutama dari Malaysia dan Singapura.

Sumber: https://kemenparekraf.go.id/
Sumber: https://kemenparekraf.go.id/

Selain penginapan, fasilitas lain yang disediakan antara lain ampitheater yang berkapasitas 250 orang, amat cocok untuk gathering kantor atau family outing. Dari The Kaldera Toba yang letaknya strategis di tebing dan diapit oleh dua bukit tinggi, pemandangan Danau Toba dari lokasi ini sungguh amat menawan.

Jika Anda pernah mengunjungi Orchid Forest di Bandung, maka barangkali Geosite Sipinsur akan mengingatkan Anda pada tempat tersebut. Dikelilingi dengan pohon-pohon pinus, Geosite Sipinsur akan memanjakan Anda dengan udara yang sejuk dan pemandangan langsung ke Danau Toba dari atas bukit. 

Pak Jokowi dan Ibu Iriana selaku Bapak Presiden dan Ibu Negara pun sudah pernah mengunjungi tempat ini dan mengagumi keindahannya, lho.


Geosite  Sipinsur berhadapan langsung dengan Pulau Sibandang, pulau kecil di tengah Danau Toba selain Samosir. Wisatawan juga dapat menyebrang ke Pulau Sibandang dengan terlebih dahulu menuruni bukit di Geosite Sipinsur dan menyebrang dari Pelabuhan Muara selama 10-15 menit.

Bukit Holbung adalah salah satu lokasi eco-wisata lainnya di sekitar Toba. Masyarakat sekitar kerap pula menyebut bukit ini dengan nama “Bukit Teletubbies”, karena bentuknya yang hijau berkelok-kelok. Bukit ini banyak menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.


Walaupun akses ke tempat ini masih terbatas dan bisa dibilang memerlukan sedikit perjuangan untuk trekking, namun pemandangan di atasnya sungguh membayar semua kelelahan perjalanan. 

Pemandangan bukit yang hijau, jernihnya danau, amat berpadu Indah dengan luasnya padang sabana. Mitosnya, jika Anda mampu mendaki Bukit Holbung hingga ke puncaknya, perjalanan cinta akan berjalan mulus.

Mengunjungi alam terbuka barangkali adalah sebuah kebutuhan tersendiri di era digital ini. Sehari-hari, manusia terbiasa disajikan dengan gambar-gambar indah pemandangan alam di media sosial, namun mendatangi langsung bentangan hijau alam, menghirup udara segar, dan merasakan dingin menyentuh langsung kulit tentu berbeda sensasinya.

Toba yang Inklusif untuk Semua Kalangan

Bagi saya yang beragama muslim, salah satu hal yang menjadi concern saat berwisata adalah tersedianya makanan yang halal untuk dikonsumsi. 

Walaupun lebih dari 90% masyarakat Toba memeluk agama Kristen/Katolik, namun kawasan ini cukup ramah untuk wisatawan muslim. 

Beberapa hal yang ingin saya coba dan rasakan adalah nikmatnya kopi arabika toba, harum masakan dengan rempah andaliman, dan juga olahan ikan arsik dan naniura.  

Rempah andaliman adalah salah satu ciri khas masakan batak. Andaliman sendiri sebetulnya mirip dengan rempah lada. Orang di luar Sumatera juga sering menyebutnya merica Batak. 

Andaliman sendiri merupakan tumbuhan dari suku jeruk-jerukan, memiliki aroma jeruk yang lembut dan dapat menghilangkan aroma amis ikan. Walau begitu, andaliman akan membuat masakan sedikit pedas walaupun tidak sepedas jika menggunakan cabai atau lada.


Salah satu kegunaan andaliman adalah untuk memasak olahan ikan mas khas Toba, yaitu Arsik dan Naniura. Arsik sendiri merupakan ikan mas bumbu kuning, namun dilengkapi dengan andaliman dan asam cikala dari buah kecombrang khas wilayah Sumatera Utara. 

Sementara itu, naniura atau sushi khas Batak dibuat dari ikan mas mentah yang telah dibersihkan durinya, direndam air jeruk purut, dan disajikan dengan bumbu-bumbu rempah. 

Amat segar dan nikmat dimakan di tengah dinginnya udara Toba. Saya terbayang, rempah-rempah yang terkandung pun akan langsung menghangatkan badan.


Dengan pekatnya kebudayaan Batak, berbagai eco-wisata yang dapat dikunjungi, hingga makanan yang lezat dengan khas repah Sumatera Utara, tak heran Danau Toba menjadi salah satu tujuan penting wisata Indonesia. Tertarikkah Anda mengunjunginya dalam waktu dekat? Horas!

#Wonderful Indonesia #Heritage of Toba #MICE di Indonesia Aja #DSP Toba.

Sumber Tulisan:

  1. Wattimena, Samuel. Kain Ulos Danau Toba. Gramedia Pustaka Utama 
  2. Hardiman, Ima. 2020. Eksotika Toba, Kepingan Surga di Bumi Nusantara (halaman 66-67). Gramedia Pustaka Utama.  
  3. https://kemenparekraf.go.id/berita/Siaran-Pers%3A-Menparekraf-Gelar-Rakor-Bahas-Akselerasi-Pengembangan-DSP-Danau-Toba
  4. https://budaya-indonesia.org/Proses-Pembuatan-Ulos
  5. https://www.indonesia.travel/gb/en/trip-ideas/the-batak-ulos-handwoven-textile

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun