Mohon tunggu...
Nadira Aliya
Nadira Aliya Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk tetap menghidupkan pikiran

Halo! Saya Diraliya, seorang penulis lepas yang cerewet ketika menulis namun kalem ketika berbicara. Selamat membaca tulisan-tulisan saya, semoga ada yang bisa diambil darinya :)

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

5 Bukti Cinta Ibu yang Tak Mungkin Terbalas Selama Ramadan

23 Mei 2018   13:10 Diperbarui: 23 Mei 2018   13:18 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berapa lama waktu yang ia habiskan untuk kerja ganda ini? (Sumber: Pixabay)

"Karena surga letaknya di bawah kaki ibu."

Wanita yang telah menikah dan memiliki anak, alias berubah status menjadi ibu, memang patut disayangi dan dihormati setinggi-tingginya. Sebab perannya tidak kecil. Di tangan seorang ibu, seorang anak bisa tumbuh menjadi apapun yang ia inginkan melalui pendidikan semenjak kecil.

Adalah ibu yang pertama kali mengajari kita memegang sendok dan garpu untuk makan. Adalah sosok wanita tangguh tersebut yang mengajarkan anak-anaknya sopan santun, etika, cara berpikir, hingga membentuk kepribadian anak.

Maka sungguh, tak berlebihan jika dikatakan surga ada di telapak kakinya.

Walau begitu, seringkali hadirnya ibu di kehidupan kita dianggap enteng. Padahal, jika tidak ada sosok yang kuat sekaligus lembut ini, bukan tak berarti keberjalanan ibadah Ramadan keluarga bisa tetap berjalan lancar.

Inilah peran-peran ibu yang penuh cinta, namun seringkali terlupa oleh anggota keluarga lainnya.

1. Saat Mengandung dan Menyusui

Sadarkah kita bahwa seorang ibu yang dahulu mengandung diri ini di dalam rahimnya kebanyakan memilih untuk tidak berpuasa demi menjaga kesehatan sang janin? Semua dilakukannya demi kecintaan dan kekhawatiran pada anak yang sedang dikandungnya.

Walaupun tentu ada beberapa ibu yang benar-benar bugar dan diperbolehkan berpuasa setelah berkonsultasi dengan dokter. Namun tetap saja, perjuangan ibu yang sedang hamil di bulan Ramadan tak bisa dianggap remeh.

Tak sedikit tantangan ibu hamil dan menyusui (Sumber: Pixabay)
Tak sedikit tantangan ibu hamil dan menyusui (Sumber: Pixabay)
Di samping membawa kelebihan satu nyawa dalam tubuhnya, seorang ibu tentu memiliki tanggung jawab lainnya terhadap suami, atau bahkan untuk anak-anaknya yang lain. Badan yang seharusnya lebih banyak beristirahat terkadang harus rela sedikit sibuk agar suami dan anak-anaknya dapat beribadah dengan tenang.

Begitu pula halnya dengan ibu yang sedang menyusui. Kebutuhan nutrisi agar ASI kian lancar juga membuat banyak ibu muda tidak berpuasa.  Dari saat-saat mengandung dan menyusui inilah sebetulnya cinta seorang ibu betul-betul terasa untuk kehangatan keluarga.

2. Beribadah Sambil Menjaga Anak

Setelah lahir, peran ibu dituntut lebih banyak lagi. Kini ia tidak lagi bisa bebas melakukan apa-apa. Ada seorang anak yang harus dijaganya, sementara ibadah Ramadan terus menumpuk untuk dikerjakan. Pernah melihat seorang ibu yang shalat Tarawih membawa anaknya? Kira-kira seperti itulah pengorbanan ibu saat kita masih dalam usia balita.

Setiap ibu pasti pernah merasakan bimbangnya membawa atau meninggal anak ketika melaksanakan ibadah. Jika ditinggal, khawatir terjadi sesuatu pada anak. Sementara jika dibawa ke masjid misalnya, tak menutup kemungkinan anak akan mengganggu jamaah lainnya. Disinilah kemudian ibu sebagai penenang anak dan diri sendiri mulai banyak belajar.

Berapa lama waktu yang ia habiskan untuk kerja ganda ini? (Sumber: Pixabay)
Berapa lama waktu yang ia habiskan untuk kerja ganda ini? (Sumber: Pixabay)
Tak hanya ibadah sunnah yang sedikit terganggu kekhusyukannya, anak-anak yang memang belum baligh juga belum diwajibkan berpuasa. Sehingga walaupun sedang berpuasa dan menahan lapar, seorang ibu yang memiliki anak biasanya harus bersabar tetap memasak untuk anak-anaknya.

Belum lagi, seorang ibu tentu juga adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya. Ia kemudian yang mengajarkan buah hatinya untuk mulai berpuasa. Dari yang awalnya setengah hari, hingga mampu dan sanggup berpuasa satu hari penuh.

3. Tidur Lebih Larut, Bangun Lebih Pagi

Di bulan Ramadan, jika ditanya siapa yang tidur paling malam dan bangun paling pagi, mungkin kebanyakan jawabannya adalah ibu.

Jika waktu bisa dibeli dan diperpanjang lebih dari 24 jam, maka yang paling cepat membelinya adalah para ibu. Tidur 6-7 jam hanya tinggal kenangan masa remaja.

Coba tengoklah ibu kita pada malam hari. Mungkin saat Anda sedang asyik memainkan gawai, ibu justru masih sibuk di dapur, entah membereskan perkakas yang digunakan saat makan malam, atau bahkan menyiapkan bahan-bahan untuk sahur nanti.

Masakan ibu pasti yang terbaik (Sumber: Pixabay)
Masakan ibu pasti yang terbaik (Sumber: Pixabay)
Lalu coba hitung seberapa sering Anda bangun lebih pagi dari ibu. Mungkin bisa dihitung dengan jari. Sementara ibu selalu bangun lebih pagi, khawatir seluruh anggota keluarganya tidak makan sahur dan tidak berenergi menjalani hari. Walau baru tidur sekitar 3-4 jam, seperti sudah tertanam alarm dalam dirinya untuk sekeluarga.

4. Atur Keuangan Keluarga Sampai Hari Raya

Mengatur kondisi finansial keluarga di saat Ramadan bisa jadi sebuah hal yang menantang. Memang betul bahwa bisa jadi ada tambahan rezeki melalui jatah tunjangan hari raya, namun hasrat untuk menghabiskannya juga meninggi.

Walau begitu, sebagai bendahara keluarga, seorang ibu tentunya harus cerdas membagi-bagi pengeluaran menjadi efektif, sehingga keuangan keluarga tetap bisa dinilai sehat.

Hemat pangkal berkecukupan (Sumber: Pixabay)
Hemat pangkal berkecukupan (Sumber: Pixabay)
Apalagi untuk kalangan menengah ke bawah, ibu adalah orang yang paling dipusingkan ketika Hari Raya hampir tiba. Ia harus cermat mengatur budget untuk zakat, untuk memasak hidangan spesial di hari raya, budget untuk membeli pakaian baru untuk sekeluarga, dan sebagainya.

5. Membangun Suasana Hangat di Rumah 

Ibu adalah orang pertama yang selalu mengetahui kabar semua orang di rumah. Ingat ketika Anda pulang terlalu malam, siapa yang dahulu selalu menelepon sambil menunjukkan rasa khawatirnya, dan selalu marah ketika tidak dikabari?

Begitu pula saat Ramadan tiba. Ibulah yang paling berperan dalam membangun suasana hangat di rumah. Tidak ada ibu, tentu suasana berbuka puasa dan sahur akan sedikit lebih dingin. Tanpa cerita-ceritanya, tak ada lagi Ramadan yang ceria dan rumah yang membuat rindu.

Bayangkan Anda sedang berada dalam perantauan atau pergi beberapa waktu dari rumah. Tentu ketika pulang kembali, yang dirindukan adalah masakan ibu yang penuh cinta dan kehangatan.

Seorang ibu memang sosok yang penuh sisi kelembutan sekaligus ketegasan demi mendidik anak-anaknya menjadi pribadi terbaik. Romantisme keluarga mustahil timbul tanpa sosok ibu di dalamnya.

Kalau Anda, sudah berucap terima kasih pada ibu dan meminta maaf di bulan Ramadan ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun