Teologi Islam modern mengacu pada pendekatan pemahaman terhadap ajaran Islam yang mempertimbangkan konteks zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam konteks ini, para ulama dan pemikir Islam modern cenderung mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan pemikiran rasional dan ilmiah. Mereka berupaya menyelaraskan ajaran Islam dengan tuntutan kemajuan zaman, menjembatani kesenjangan antara tradisi dan perkembangan sosial serta teknologi.
Pendekatan teologi Islam modern sering kali mencerminkan inklusivitas dan toleransi terhadap perbedaan, dengan fokus pada pesan-pesan universal Islam yang dapat diaplikasikan dalam konteks kontemporer. Pemikiran ini sering menekankan
pentingnya keterbukaan terhadap perbedaan pendapat, sejalan dengan semangat dialog dan interaksi positif antara umat beragama.
Selain itu, teologi Islam modern juga dapat mencakup kajian terhadap isu-isu kontemporer seperti hak asasi manusia, demokrasi, dan perubahan sosial. Pendekatan ini mengakui perlunya respons kreatif terhadap tantangan zaman, sambil tetap berpegang pada nilai-nilai inti Islam. Dengan demikian, teologi Islam modern menjadi upaya untuk menjaga relevansi ajaran agama dalam menghadapi kompleksitas dunia modern.
Definisi teologi berdasarkan kata penyusunnya ini dapat ditemukan pada beberapa definisi dari para ahli. William L Reese  mendefinisikan teologi sebagai discourse of reason concerning God atau wacana atau pemikiran tentang Tuhan. Pada definisi ini Reese membatasi teologi pada apapun pemikiran tentang Tuhan. Lebih jelas lagi Reese mendefinisikan theology sebagai "disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan (Theology to be discipline resting on revealed truth and independent of both philosophy and science (teologi).
Teologi didefinisikan lebih spesifik lagi, yakni wahyu dan kebenarannya. Pada buku-buku Teologi Islam seperti ditulis Harun Nasution, kita menemukan pembicaraan mengenai tema iman, dosa, kehendak, kenabian, hari akhir, sifat dan nama Tuhan, dan sejenisnya. Di sini dapat disimpulkan bahwa Tuhan merupakan "penanda" utama teologi. Tuhan merupakan titik berangkat (alpha) dan titik akhir (omega) dari teologi. Jadi teologi niscaya membicarakan Tuhan, dengan tujuan untuk lebih mengenali Tuhan.
Beberapa faktor kunci yang mempengaruhi perkembangan teologi Islam modern termasuk:
1.Kolonialisme:
Penjajahan Eropa di banyak negara Islam memicu reaksi terhadap nilai-nilai Barat. Beberapa cendekiawan Muslim merasa perlu untuk menyesuaikan pemikiran Islam dengan nilai dan konsep-konsep modern.
2.Reformasi Islam (Islah):
Gerakan reformasi Islam pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, seperti gerakan Wahabi di Arab Saudi, bertujuan untuk membersihkan dan mereformasi praktik keagamaan. Hal ini memicu diskusi dan refleksi lebih lanjut terhadap ajaran
Islam.
3.Pergeseran Pendidikan:
Adanya sistem pendidikan Barat di negara-negara Muslim membuat banyak cendekiawan Muslim terpapar pada pemikiran-pemikiran modern. Mereka mulai mengintegrasikan konsep-konsep ilmu pengetahuan dan filsafat Barat ke dalam
pemahaman mereka tentang Islam.
4.Globalisasi:
Perkembangan teknologi dan komunikasi mempercepat globalisasi, yang membawa masukan dan pengaruh dari berbagai tradisi keagamaan dan kebudayaan. Hal ini mendorong refleksi lebih lanjut dalam mencari keselarasan antara nilai-nilai. Islam dan realitas global.
5.Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Modern:
Berkembangnya ilmu pengetahuan modern mendorong para cendekiawan. Muslim untuk menafsir ulang ajaran-ajaran agama dengan menggunakan pendekatan ilmiah dan filsafat yang lebih kontemporer.
Teologi Islam Modern, Globalization and the Spread of Islamic Theology:
1. Pandangan Kreatif terhadap Teks Keagamaan:
Dalam menghadapi isu-isu kontemporer, teologi Islam modern menonjol melalui pendekatan kreatif terhadap teks-teks keagamaan. Para pemikir Islam modern berusaha menginterpretasi ajaran-ajaran agama dengan relevan dan responsif terhadap dinamika masyarakat global.
2. Pendekatan Inklusif dan Toleran:
Teologi Islam modern menawarkan panduan yang inklusif dan toleran dalam mengatasi konflik antaragama dan keragaman budaya. Dengan menekankan nilai-nilai persatuan, keadilan, dan kemanusiaan, teologi ini berperan sebagai mediator yang dapat
memfasilitasi dialog antarumat beragama.
3. Konsep Ekonomi Berkeadilan dan Keberlanjutan:
Dalam konteks ekonomi dan lingkungan, teologi Islam modern menawarkan konsep ekonomi berkeadilan dan keberlanjutan. Prinsip-prinsip zakat, keadilan distributif, dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan menjadi bagian integral dari solusi-solusi yang diajukan.
4. Teologi Islam Modern sebagai Penyebaran Terhadap Tantangan Zaman:
Teologi Islam modern muncul sebagai upaya untuk merespons dan menyesuaikan ajaran Islam dengan dinamika zaman yang terus berkembang. Pendekatan ini menunjukkan keberanian dalam menghadapi tantangan sosial, politik, dan teknologi,
sambil tetap mempertahankan nilai-nilai inti agama.
Kesimpulan, teologi Islam modern mengacu pada pendekatan pemahaman terhadap ajaran
Islam yang mempertimbangkan konteks zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam konteks ini, para ulama dan pemikir Islam modern cenderung mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan pemikiran rasional dan ilmiah.beberapa tokoh dan gerakan muncul dengan tujuan untuk menyatukan prinsip-prinsip Islam dengan pemikiran dan nilai-nilai modern. Contohnya, pemikiran Muhammad Abduh dari Mesir dan Sir Sayyid Ahmad Khan dari India adalah representasi dari upaya tersebut. Mereka berusaha mempertahankan esensi ajaran Islam sambil menyesuaikannya dengan perkembangan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H