Mohon tunggu...
Diqna PS
Diqna PS Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

selalu andalkan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Rumah Perkara", Edukasi Anti Korupsi

28 Oktober 2020   12:35 Diperbarui: 28 Oktober 2020   12:49 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Petilan kisah ini mewakili korupsi yang terjadi di kalangan pejabat daerah. Yatna yang serakah telah membuatnya lupa akan janji-janjinya, dan lupa akan tanggung jawabnya, hingga pertanyaan pahit terlontar dari mulut istrinya, "kamu itu jadi lurah buat siapa, kang?".

FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

Film ini secara cerita bersumber dari kasus korupsi yang ada di Indonesia, yang sering melibatkan oknum pejabat daerah.Oleh karena itu, film dengan pendekatan realis tentang korupsi di daerah ini dapat dikategorikan dalam film edukasi.

Dalam buku Mengikis Mental Koruptor Sejak Dini, yang ditulis Oleh Nenden Rilla Artistiana.Tertulis teori dari Jack Bologne Gone, yang menyebutkan bahwa faktor penyebab korupsi adalah keserakahan, kesempatan, kebutuhan, dan pengungkapan.Keserakahan berpotensi dimiliki setiap orang dan berkaitan dengan individu pelaku korupsi.keempatfaktor, dari teori Gone sangat relevan diungkapkan untuk mengupas gambaran tokoh dan aksinya dalam film Rumah Perkara.

Pertama,keserakahan.Serakah merupakan perilaku potensial yang ada dalam diri setiap orang. Keserakahan timbul karena adanya sifat tidak puas dengan apa yang dimiliki. Keserakahan akan membuat seseorang terus-menerus merasa kurang, sehingga mendorongnya untuk memenuhi semua keinginannya, meskipun dengan cara yang tidak diperbolehkan, misalnya korupsi.

Kedua, kesempatan.Kesempatan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan seseorang melakukan korupsi.Ada peribahasa 'kesempatan dalam kesempitan', yang cocok disandang oleh para koruptor.Kesempatan itu datang karena adanya peluang.Misalnya peluang lemahnya peraturan, dan adanya wewenang atau kekuasaan yang dimilikinya.

Ketiga, kebutuhan.Korupsi bisa muncul karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.Desakan kebutuhan yang tidak diimbangi dengan nilai kejujuran di dalam diri, maka desakan kebutuhan dapat menyebabkan seseorang melakukan korupsi.

Keempat, pengungkapan. Pengungkapan berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang diterima oleh pelaku kecurangan apabila ia melakukan kecurangan, atau bisa disebut hukuman. Kekuatan penegak hukun dapat mempengaruhi banyaknya kasus korupsi.Hukum yang lemah membuat koruptor bebas melakukan aksinya, tanpa ada efek jera.Sedangkan, hukum yang berat, menimbulkan rasa takkut dalam diri seseorang untuk melakukan korupsi.

Keempat faktor tersebut bisa berdiri sendiri atau bisa juga menjadi faktor-faktor yang saling mendukung untuk mendorong seseorang melakukan perbuatan korupsi.Menonton film antikorupsi Emil Heradi, cukup membenarkan teori dari Jack Bologne Gone, bahwa keserahakan, kesempatan, kebutuhan, dan pengungkapan menjadi faktor pemicu korupsi.Karakter Yatna dalam Rumah Perkara memantulkan ciri warga Indonesia yang melalaikan tanggung jawab sebagai pemimpin.

Ketika dipercaya sebagai lurah, dia justru lalai dan malah memanfaatkan jabatannya untuk memperkaya diri. Tak mau ambil pusing karena kondisi pertanian yang sulit, iamenerima tawaran pak Jaya untuk membantu melancarkan rencana pembangunan real estatedengan menjual tanah warga. Perilaku Yatna seperti ini mengungkapkan mental korupsi yang di kalangan wakil rakyat, berbungkus kata-kata "semua untuk istri dan anaknya" sebagai bentuk sikap egois dan memikirkan diri sendiri.

Melalui gambaran setting lokasi rumah-rumah yang kosong diawal cerita, kemudian ada tanah bertuliskan "Tanah ini Milik PT. Jaya Bersama" diiringi dialog Jaya yang berencana membangun kawasan elit, hal ini menggambarkan salah satu bentuk keserakahan tokoh Yatna. Dimana Yatna sebagai lurah justru satu per satu menjual tanah warganya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun