Mohon tunggu...
Dipuraayu
Dipuraayu Mohon Tunggu... Guru - Primary Teacher

Betapa berharganya setiap detik kehidupan. Belajar, Berkarya, Berdzikir!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

THR Membuat Anak Bermental Pengemis?

12 April 2024   12:00 Diperbarui: 12 April 2024   12:08 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meminta Tunjangan Hari Raya (THR) saat Lebaran adalah bagian dari tradisi di beberapa budaya, khususnya di Indonesia di mana orang-orang memberikan hadiah atau bonus kepada orang-orang yang bekerja untuk mereka atau kepada orang-orang yang mereka cintai. Jika anak-anak diminta untuk THR secara berlebihan tanpa pemahaman tentang nilainya atau tanpa upaya untuk memahami nilai uang dan kerja keras, itu bisa menjadi contoh perilaku yang memperkuat "mental pengemis".

"Mental pengemis" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sikap atau perilaku seseorang yang cenderung pasif, bergantung pada orang lain, dan kurang memiliki inisiatif atau keinginan untuk mandiri atau mencapai kesuksesan. Istilah ini sering digunakan secara metaforis untuk menyebut seseorang yang selalu mengharapkan bantuan atau belas kasihan orang lain tanpa berusaha untuk memperbaiki keadaan mereka sendiri.

Anak-anak perlu dipersiapkan untuk menjadi mandiri dan membangun kemampuan untuk mengatasi tantangan dalam hidup mereka. Memiliki "mental pengemis" di usia muda dapat menghambat perkembangan mereka karena mereka mungkin menjadi terlalu bergantung pada bantuan orang lain tanpa belajar untuk mencari solusi atau mengejar impian mereka sendiri. Ini dapat menghambat perkembangan kemandirian, ketekunan, dan rasa percaya diri yang diperlukan untuk menghadapi kehidupan dewasa. Sebaliknya, anak-anak perlu didorong untuk memiliki sikap proaktif, belajar dari kegagalan, dan berusaha untuk meraih tujuan mereka dengan usaha dan ketekunan.

Namun, jika orang tua menggunakan momen ini untuk mengajarkan anak-anak tentang nilai uang, kerja keras, dan sikap tulus, serta memberi contoh tentang cara memberikan dan menerima dengan rendah hati, maka itu bisa menjadi pengalaman pembelajaran yang positif bagi anak-anak. Jadi, penting untuk memahami konteks budaya dan pendidikan yang diberikan dalam tradisi meminta THR saat Lebaran. Tidak mengapa jika Lebaran menjadi momen saling berbagi kebaikan dan kemurahan hati. 

Contohkan Sikap Memberi dan Menerima dengan Rendah Hati. Tunjukkan kepada mereka bahwa memberi adalah bagian dari kebahagiaan dan keberkahan. Dorong anak untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain. Ajarkan mereka bahwa membantu sesama adalah tindakan yang mulia dan penting untuk dilakukan.

Dalam islam, ada sebuah hadist yang menyebutkan,

"Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Orang yang terhormat (di hadapan Allah) adalah yang melihat kemalangan saudaranya lalu membantunya.' Lalu ada seseorang bertanya, 'Bagaimana kalau saya tidak punya apa yang saya berikan kepada saudaraku?' Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Bantulah dia dengan tanganmu, dan jika tidak mampu, dengan lisanmu, dan jika tidak mampu juga, maka jauhilah dia dari kejelekanmu. Itu adalah sedekahmu baginya.'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengajarkan tentang pentingnya membantu sesama dalam kesulitan, namun juga menekankan bahwa meminta-minta bukanlah cara terhormat untuk mencari bantuan. Sebaliknya, hadis ini mengingatkan kita untuk mencari cara-cara lain untuk memberikan bantuan, jika memungkinkan, sebelum kita meminta bantuan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun