“I fight and work and sacrifice myself for this Indonesian people, this fatherland of mind.” Begitu yang pernah disampaikan Ir. Soekarno pada sebuah pidatonya. Sebuah memoir seorang Pahlawan.
Realita yang terlihat pada masa sekarang sungguh sebuah ironi yang menyedihkan. Ketika Negara kita yang dibilang “kaya” akan sumber dayanya, ternyata dijarah habis-habisan oleh bangsanya sendiri untuk pribadinya sendiri. Bukan saja “kemiskinan” akan moral dan hati nurani yang melanda negeri ini. Tetapi juga miskin akan pahlawan. Kini kebanyakan orang hanya ingin mendapatkan sesuatu “sepotong keju busuk” untuk perut buncitnya, tanpa ada lagi yang bisa mengorbankan miliknya untuk kepentingan orang banyak. Sungguh bangsa ini butuh seorang pahlawan. Bukan lagi pahlawan yang mengharumkan nama bangsa di kancah sportivitas, bukan juga pahlawan yang membawa nama Indonesia di bidang science. Karena sungguh sudah banyak kita memilikinya, tanpa ada perubahan yang berarti bagi kehidupan “bangsa Indonesia”. Dan sungguh bangsa ini membutuhkan seorang pahlawan dalam filosofinya yang kuat, pahlawan yang dapat secara nyata dilihat dan menjadi contoh dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Pahlawan yang berani berdarah bagi negerinya, pahlawan yang rela miskin untuk bangsanya, dan pahlawan yang sanggup berdiri dengan ribuan tombak yang menancap di tubuhnya hanya untuk memberikan perlindungan bagi rakyatnya.
Ya, bangsa ini butuh pahlawan. Karena semua pahlawan telah mati terkikis zaman dan bibitnya lahir premature menjadi jiwa yang serakah ketika idealismenya dibeli oleh kemewahan. Bahkan seorang pahlawan yang hadirnya dapat memberi arti bagi seorang saja dengan ketulusannya. Sebelum bangsa ini mati dan musnah di tangannya sendiri. Indonesia, this fatherland of mine.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H