Mohon tunggu...
Dipta Furi
Dipta Furi Mohon Tunggu... -

Food Industry Practitioner. Advertising observant. Quotes Collector. A dreamer. A writer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Butuh Pahlawan

11 April 2011   02:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:56 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


I fight and work and sacrifice myself for this Indonesian people, this fatherland of mind.” Begitu yang pernah disampaikan Ir. Soekarno pada sebuah pidatonya. Sebuah memoir seorang Pahlawan.

Realita yang terlihat pada masa sekarang sungguh sebuah ironi yang menyedihkan. Ketika Negara kita yang dibilang “kaya” akan sumber dayanya, ternyata dijarah habis-habisan oleh bangsanya sendiri untuk pribadinya sendiri. Bukan saja “kemiskinan” akan moral dan hati nurani yang melanda negeri ini. Tetapi juga miskin akan pahlawan. Kini kebanyakan orang hanya ingin mendapatkan sesuatu “sepotong keju busuk” untuk perut buncitnya, tanpa ada lagi yang bisa mengorbankan miliknya untuk kepentingan orang banyak. Sungguh bangsa ini butuh seorang pahlawan. Bukan lagi pahlawan yang mengharumkan nama bangsa di kancah sportivitas, bukan juga pahlawan yang membawa nama Indonesia di bidang science. Karena sungguh sudah banyak kita memilikinya, tanpa ada perubahan yang berarti bagi kehidupan “bangsa Indonesia”. Dan sungguh bangsa ini membutuhkan seorang pahlawan dalam filosofinya yang kuat, pahlawan yang dapat secara nyata dilihat dan menjadi contoh dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Pahlawan yang berani berdarah bagi negerinya, pahlawan yang rela miskin untuk bangsanya, dan pahlawan yang sanggup berdiri dengan ribuan tombak yang menancap di tubuhnya hanya untuk memberikan perlindungan bagi rakyatnya.

Ya, bangsa ini butuh pahlawan. Karena semua pahlawan telah mati terkikis zaman dan bibitnya lahir premature menjadi jiwa yang serakah ketika idealismenya dibeli oleh kemewahan. Bahkan seorang pahlawan yang hadirnya dapat memberi arti bagi seorang saja dengan ketulusannya. Sebelum bangsa ini mati dan musnah di tangannya sendiri. Indonesia, this fatherland of mine.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun