Seperti yang sudah diduga sebelumnya, pertemuan puncak antara dua tokoh yaitu Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto akhirnya berlangsung pada Sabtu 13 Juli 2019. Keduanya bertemu dengan desain yang tidak biasa. Jokowi melakukan kunjungan ke stasiun moda transportasi MRT, sementara Prabowo dikesankan seolah olah juga menaiki moda yang sama dari stasiun Lebak Bulus Jakarta Selatan ke Stasiun Bawah Tanah Senayan di Jalan Sudirman.
Pertemuan ini jelas sudah lama ditunggu-tunggu sejak keduanya terlibat dalam persaingan ketat di Pilpres. Kita sama sama tahu bahwa Pilpres April silam sangat menyita emosi dan menguras kesabaran. Sehingga ketika ide pertemuan keduanya direalisasikan, maka pertemuan itu adalah puncak dari segala perseteruan yang melibatkan bukan hanya partai pendukung keduanya namun juga masyarakat umum yang menginginkan jagoan mereka menang di Pilpres.
Pertemuan tersebut jelas harus dimaknai sebagai sebuah proses puncak rekonsiliasi yang selama ini diupayakan banyak pihak pasca Pilpres. Langkah ini pertama kali dimulai oleh kubu Partai Demokrat yang menawarkan kepada kedua pihak yang berseteru untuk menghentikan pertikaian politik yang telah memecah belah masyarakat dalam dua kelompok besar. Namun langkah berani itu dibully dan dicap sebagai penghianatan terhadap perjuangan kubu Prabowo oleh banyak pendukung fanatik Prabowo - Sandiaga Uno.
Tentu saja pertemuan ini menjadi perbincangan banyak pihak. Ada yang bahagia dan ada pula yang kecewa serta melampiaskan kemarahan dengan membully Prabowo, Namun sejatinya perseteruan politik akibat pilpres harus diakhiri. Pilihan Prabowo sebagai pribadi harus dimaknai sebagai kesadaran akan perlunya mengakhiri ketegangan.Â
Prabowo nampaknya mulai menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh SBY, AHY dan Partai Demokrat adalah langkah yang seharusnya di ikuti. AHY dan Prabowo adalah dua ksatria yang tegas menyatakan bahwa ketegangan politik yang memecah belah masyatakat harus diakhiri. Dan bersama rakyat pulalah mereka kemudian mengawal pemerintahan ini agar berjlan lurus ke
depan.
Saya menangkap pesan utama dari pertemuan tersebut adalah adanya kesadaran bahwa berkompetisi habis-habisan adalah sebuah keharusan, namun ketika pemenang sudah ada, maka mengakhiri pertikaian adalah kewajiban. Kedua tokoh ini pasti dengan sangat besar hati menyadari bahwa diatas semua persaingan mereka, ada kedaulatan rakyat. Dan kepada rakyatlah diserahkan pengabdian itu apapun bentuknya agar mereka dapat menikmati hasilnya.
Soal ada yang masih nyinyir dengan pertemuan Jokowi dan Prabowo, saya bisa dipastikan mereka adalah kelompok yang tidak ingin adanya perdamaian dan persatuan diantara semua komponean bangsa.
Banyak harapan tertumpang pada pertemuan kedua tokoh tersebut hari ini. Masyarakat yang lelah dengan pertikaian tentu mendukung hal tersebut. Dan tentu saja para elit harus menyadari hal tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H