Dr. Richard Lee: Dari Figur Publik ke Pusat Kontroversi
Siapa yang tidak kenal dengan Dr. Richard Lee? Seorang influencer sekaligus dokter yang awalnya dianggap sebagai pahlawan bagi banyak orang. Dengan gaya bicaranya yang meyakinkan, penuh empati, dan keahlian yang tampak nyata, ia membangun citra sebagai dokter terpercaya di media sosial. Ia dikenal berani membongkar praktik-praktik yang tidak sehat dalam industri kecantikan, seperti produk abal-abal yang mengandung bahan berbahaya. Tidak sedikit orang yang merasa terbantu oleh ulasannya, termasuk mereka yang akhirnya menemukan perawatan skincare yang benar dan aman berkat rekomendasi darinya. Hal ini menyebabkan popularitasnya melesat dengan citra yang baik.
Namun, perjalanan karier Dr. Richard Lee tidak berjalan mulus seperti yang terlihat. Kepercayaan yang ia bangun selama bertahun-tahun mulai retak ketika sebuah skandal besar mencuat ke permukaan. Reputasi yang selama ini ia nikmati kini berada di ujung tanduk, setelah tudingan tentang ijazah palsu dan kontroversi seputar produk skincare miliknya ramai diperbincangkan. Skandal ini tidak hanya mengguncang dunia kecantikan, tetapi juga mengundang diskusi luas di berbagai platform media sosial, terutama TikTok, tempat namanya kerap disebut-sebut.
Awal Kisah dan Kepercayaan yang Terbangun
Dr. Richard, seorang praktisi yang pandai menggunakan media sosial, telah membangun reputasi sebagai spesialis perawatan kulit. Ia berhasil menarik jutaan pengikut melalui konten edukatifnya, seperti saran perawatan kulit harian, penjelasan tentang bahan aktif skincare, dan cara menyelesaikan masalah kulit tertentu. Selain itu, ia menggunakan platformnya untuk mempromosikan produk perawatan kulit yang dianggap sebagai inovasi dermatologi terkini, memberikan kesan bahwa ia menjaga kesehatan kulit mereka dengan aman.
Audiens lebih mempercayai Dr. Richard karena gaya komunikasinya yang ramah dan informatif. Karena pengetahuan yang ia bagikan, banyak pengikutnya yang sekarang lebih percaya diri dalam merawat kulit mereka. Dr. Richard disebut sebagai “guru perawatan kulit” oleh banyak orang karena ia memiliki kemampuan untuk menggabungkan kebutuhan masyarakat umum dengan dunia medis.
Namun, citra ini mulai rusak ketika skandal serius yang menghebohkan publik muncul, yaitu skandal penggunaan ijazah palsu dan promosi produk abal-abal. Skandal ini memicu kekecewaan dan amarah di kalangan pengikutnya, terutama mereka yang percaya padanya. Beberapa mantan pengikutnya bahkan menyatakan bahwa mereka merasa tertipu karena produk yang dipromosikan tidak sesuai dengan apa yang dikatakan; beberapa bahkan melaporkan efek samping yang merugikan.
Apakah semua konten edukasi dan promosi yang Dr. Richard lakukan selama ini hanyalah trik untuk mendapatkan keuntungan? Pengikutnya mulai mempertanyakan kredibilitasnya, dan pihak yang dirugikan mulai mengumpulkan bukti untuk membawa kasus ini ke ranah hukum. Sekarang ini nama Dr. Richard yang dulunya dielu-elukan, menjadi perbincangan hangat, tidak lagi sebagai seorang pakar, tetapi sebagai contoh buruk penyalahgunaan kepercayaan di era digital.
Belajar Teori Kognisi Sosial dibalik Kasus Dr. Richard Lee
Kasus viralnya skandal Dr. Richard Lee sangat berkaitan dengan sebuah teori psikologi dari Albert Bandura, yaitu kognisi sosial. Teori ini adalah teori yang menjelaskan bagaimana pembelajaran bisa terjadi melalui pengamatan, interaksi sosial, dan keyakinan diri seseorang. Jadi dalam teori ini ada tiga elemen utama yang bisa membantu kita untuk membahas bagaimana Dr. Richard yang awalnya dianggap pahlawan ahli kecantikan menjadi hujatan bagi pengikutnya.
Pengikut Dr. Richard Meningkat Melalui Pembelajaran Observasional
Pembelajaran observasional terjadi ketika pengikut Dr. Richard Lee melihat dan menerima informasi melalui konten Dr. Richard yang tampangnya datang dari seorang ahli yang terpercaya. Maka dari itu kepercayaan citra Dr. Richard meningkat, begitu pula pengikutnya yang mulai meniru rekomendasi dari Dr. Richard tanpa banyak tanya karena mereka percaya otoritas dari seseorang yang bergelar “dokter.”
Rendahnya Kepercayaan Diri yang Merugikan Diri Sendiri (Efikasi Diri)
Efikasi diri terjadi pada pengikut Dr. Richard yang merasa tidak percaya diri untuk memilih produk skincare dan sudah terlanjur percaya dengan otoritas figur Dr. Richard. Jadi, mereka mulai bergantung dengan opini dari Dr. Richard yang ternyata malah merugikan diri mereka sendiri ketika skandal ini mulai beredar. Karena hal ini, kepercayaan pengikut Dr. Richard menghilang dan mulai meragukan diri sendiri dalam pengambilan keputusannya.
Kiriman Hujatan dan Kebencian dari Netizen Kepada Dr. Richard Lee (Interaksi Timbal Balik)
Media sosial khususnya TikTok menjadi medan tempur antara kepercayaan dan kebencian. Setelah skandal ini ramai dibicarakan oleh netizen di media sosial, banyak orang yang awalnya tidak tahu detail dari kasus Dr. Richard malah ikut-ikutan untuk menghujat. Dr Richard yang awalnya diidolakan, malah menjadi hujatan di media sosial.
Pentingnya Literasi Digital untuk Menghadapi Informasi di Media Sosial
Kasus Dr. Richard ini mengingatkan kita pentingnya sikap kritis dan kesadaran dalam menerima informasi di media sosial. Sebagai masyarakat kita tidak boleh langsung percaya dengan apa yang kita lihat atau dengar tanpa mengecek ulang faktanya. Contohnya dalam kasus ini, kita tidak boleh langsung percaya karena Dr. Richard seorang dokter. Tidak semua omongan yang ia katakan itu sudah pasti benar. Itu belum tentu, kita harus mencari tahu kebenarannya sendiri.
Yaitu dengan cara literasi digital, penting bagi kita semua untuk meningkatkan kemampuan memilah informasi dan memahami bagaimana media sosial bekerja. Literasi digital bukan hanya tentang cara menggunakan teknologi, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat menyaring informasi yang beredar, mengenali sumber yang kredibel, dan menghindari jebakan narasi yang manipulatif. Literasi digital yang baik membantu kita mengenali dan menghindari informasi palsu, sekaligus menciptakan lingkungan digital yang lebih aman. Menjadi pengguna media yang cerdas dan kritis sangat penting agar informasi yang kita terima lebih bermanfaat dan interaksi di media sosial tetap terjaga keamanannya.
Pelajaran dari Skandal Dr. Richard Lee
Skandal Dr. Richard Lee merupakan cerminan betapa mudahnya kepercayaan dibangun di media sosial tetapi tidak menutup fakta betapa cepatnya dia bisa runtuh. Dari seorang dokter yang dipuja hingga menjadi pusat kontroversi, kasus ini mengingatkan kita bahwa citra di dunia digital sering kali hanya satu sisi dari kebenaran. Gelar, atau narasi yang terdengar meyakinkan belum tentu dapat mencerminkan sebuah fakta. Sebagai pengguna media sosial, kita memiliki tanggung jawab untuk lebih kritis dengan memverifikasi sebelum memercayai, dan tidak tergesa-gesa menerima informasi hanya karena datang dari figur yang kita anggap berotoritas.
Di sisi lain, skandal Dr. Richard Lee juga menjadi pengingat bagi semua figur publik tentang pentingnya menjaga suatu transparansi. Kepercayaan merupakan fondasi yang tidak boleh siapapun salahgunakan. Sekali kepercayaan yang dibuat runtuh sulit untuk diperbaiki. Media sosial, dengan segala kelebihannya adalah ruang yang memperbesar suara sekaligus memperbesar risiko kesalahan. Pada akhirnya, kasus ini mengajarkan kita semua untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial baik sebagai konsumen maupun sebagai kreator. Dengan memahami teori kognisi sosial, kita dapat lebih bijak dalam menyaring informasi dan menjaga kepercayaan sebagai cermin yang memantulkan kebenaran bukan ilusi. Pada akhirnya, kepercayaan adalah cermin yang harus dijaga agar tetap utuh, baik oleh penggunanya maupun oleh mereka yang berdiri di baliknya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Oleh: Ananta Rasendreva Syakir (2310411179), Mutiara Adyanna Kamilah (2310411180), Rediva Ananda Putri (2310411163), Ridha Afinadewi (2310411171), Zahra Husniyya Mutlaqo (2310411165)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H