Suara ki butuh lapar membunuh bising yang diam-diam sekarat
Menyuluh lewat tatapan sopan mentari dari sebuah plat berkarat
Silaunya gamblang mata kerangka besi
Sebuah kereta angin tua beroda dua
Menapaki jejak selokan kelak-kelok ketang
"Satu pokok tanpa rokok untuk bernapas"
Sang pengasuh welas asih menderma
Sebuah kantong hitam berkilat
Tangannya menilin cepat
Mulutnya komat-kamit tak ingin dapat
Rujinya kembali berputar pada porosnya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!