Mohon tunggu...
galing cendekia
galing cendekia Mohon Tunggu... -

laki-laki,hanya ingin urun rembug

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Butuh Lompatan Pemikiran dari Kaum Muda

11 Juli 2011   07:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:46 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia akan terus terpuruk jika tak memiliki karakter bangsa yang kuat. Karakter yang lemah membuat Indonesia kerap mengalami persoalan yang sama. Dari diplomasi yang lemah, kemiskinan, korupsi, kolusi, nepotisme, pendidikan yang mengalami kemerosotan hingga minimnya prestasi.

Penyakit korupsi masih terus menggerogoti kehidupan berbangsa dan bernegara. Masih hangat dibicarakan kasus mantan bendahara partai berkuasa yang terjerat kasus suap. Diduga menurut pengakuan tersangka bahwa beberapa petinggi partai berkuasa pun tak luput atau merasakan uang korupsi.

Begitupula di legislatif, tidak sedikit anggotanya yang diduga, beberapa diantaranya telah masuk hotel prodeo, karena melakukan korupsi. Pun beberapa waktu lalu KPK menangkap seorang hakim yang di duga sedang melakukan transaksi perkara di Bandung.

Sementara intelektual yang semestinya dapat menjadi bagian yang turut berperan memecahkan kebekuan masih jauh panggang dari api. Pada tingkat pendidikan saja, anak didik dicemari dengan dugaan kasus contek massal. Dimana aparatus pendidik dan anak didik 'berkomplot' mengangkangi aturan pendidikan, demi mengejar target kelulusan sekolah.

Pemerintah pun lemah dalam pergaulan internasional khususnya pada tingkat diplomatik. Banyaknya kasus TKI yang tak terlindungi seperti masih adanya TKI yang disiksa, diperkosa dan tak dibayar hak-haknya cermin bahwa negara lemah dalam melindungi warga negaranya, diantaranya, terbengkalai hidup di kolong jembatan dan ancaman hukuman pancung di beberapa negara.

Lalu masih adakah secercah harapan yang ingin digantungkan ketika semuanya mengalami berbagai persoalan? Haruskah kita berpangku tangan menunggu keajaiban datang meski kita tahu bahwa keajaiban tak pernah datang dari langit.

Indonesia membutuhkan sebuah pemikiran dan konsepsi yang melompati pemikiran yang terjadi saat ini, budaya lama yang bercongkol membuat negara tidak kondusif untuk bangkit.

Pemikiran segar untuk bisa bangkit, seperti yang coba disajikan dalam buku "Mencari Indonesia : Meninjau Masa Lalu Menatap Masa depan (Sebuah tinjauan kultural). Buku yang berformat kumpulan tulisan dari berbagai kalangan seperti LSM, Intelektual, Akademisi dan budayawan. Diantaranya, Alm. Pramoedya Ananta Toer, Alm, Nurcholis Majid, Alm. Mansour Fakih, Anhar Gonggong, Franz Magnis Suseno serta beberapa tokoh lainnya. Pembuatan buku yang mencapai 7 tahun bukanlah hal yang mudah untuk membangun sebuah karya, meski demikian pemikirannya masih kontekstual dengan masalah yang dihadapi oleh negara ini.

Buku setebal 257 halaman ini, secara garis besar terbagi menjadi tiga bagian yaitu pertama, mengulas mengenai fundamen kebangsaan Indonesia, dengan meninjau secara reflektif dan kritis mengenai sejarah Indonesia. Kedua, berbagai persoalan dan dinamika bangsa Indonesia. Terakhir, solusi alternatif bagi masa depan Indonesia.

Pramoedya Ananta Toer pada halaman 27 dalam bentuk wawancara menyatakan bahwa "Hanya dari kaum mudalah negara Indonesia ini bisa berharap!" individualitas, keberanian dan tanggung jawab menjadi penekanan bagi negara ini untuk tumbuh. Tentu saja kaum muda yang dimaksudkan adalah mereka yang berani (gentle) mengakui kekeliruan dan bertanggung jawab atas perbuatannya serta berani mendobrak atas praktek negatif yang berdiri kokoh, salah satunya praktek-praktek korupsi.

Faktanya, banyak kaum muda yang berada pada tampuk kekuasaan, namun tidak memiliki daya dobrak yang berarti. Tidak sedikit diantaranya yang melakukan pembiaran, kompromi bahkan mengikuti arus lingkaran setan korupsi.

Pemikiran baru dan hal baru, sejalan dengan pemikiran Mohammad Hatta dalam salah satu bab yang ditulis oleh Anhar Gonggong dihalaman 11, bahwa istilah Indonesia merupakan kata lain dari "kebaruan" yang membebaskan dari belenggu sejarahnya, belenggu sebagai negara jajahan, selain, kata Indonesia digunakan sebagai simbol perlawanan terhadap kekuasaan kolonial. Termaktub didalamnya sejarah panjang perubahan strategi dan perlawanan atas penindasan.

Buku ini menjadi sangat relevan dalam 'menelanjangi' persoalan bangsa. Karena berbagai permasalahan yang terjadi bukanlah permasalahan baru melainkan budaya lama yang semestinya harus diputus mata rantainya. Berbagai kekritisan yang disajikan membayangkan bahwa tembok tradisi budaya negatif yang menggerogoti kebangsaan haruslah dengan berani menentang dan memeranginya. Karena dengan demikian kita menjadi bagian yang memutus mata rantai tersebut.

Pada titik ini, kemudian bangsa Indonesia bisa mulai beranjak dan bangkit. Berproses dan belajar dari masalah yang pernah dihadapinya, selain meyakini bahwa budaya yang korup dan berbagai mental yang menjerumuskan negara pada kehancuran tentulah harus dilawan.

Walaupun bukan berarti, buku tersebut menjadi sempurna. Tetapi masih memiliki kekurangan dalam melihat Indonesia. Begitu banyaknya persoalan bangsa dan negara ini membuat buku hanya setebal 275 halaman ini pun tak luput dari keterbatasan. Semisal tak semua permasalahan bangsa terpotret secara lebih detail, menimbulkan kesan bahwa buku ini hanya mampu meng-cover sendi-sendi yang dianggap "krusial" sebagai corong untuk negara ini bisa memperbaiki diri.

Meski demikian, pada bagian dari kata pengantar, bahwa pembuatan buku tersebut mengekspresikan upaya untuk "memperbaiki" persoalan Indonesia, sebagai tanda Indonesia belum menyerah. Spirit inilah yang penting untuk digaris bawahi, bahwa strategi perubahan haruslah pula dengan melihat modal sosial yang dimiliki bangsa, sehingga bangsa memiliki karakter kuat yang menopang kehidupan berbangsa dan bernegara kearah yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun