Mohon tunggu...
galing cendekia
galing cendekia Mohon Tunggu... -

laki-laki,hanya ingin urun rembug

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Reposisi Masyarakat dalam Pemilu

15 April 2011   20:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:45 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengadopsi konsep active citizen yaitu sebuah konsep warga negara yang tetap aktif dalam proses pemerintahan dan pembangunan baik pada Pra, Proses serta Pasca Pilkada. Pada pra Pilkada masyarakat membuat rencana untuk dijadikah bahan masukan program kepada kandidat mengenai kebutuhan masyarakat dengan metode partisipatori yang tercermin dalam urun rembug meng-create masalah-masalah yang dihadapinya.

Pada proses Pilkada, Program masyarakat menjadi bargaining position yang akan mempengaruhi suara para calon kandidat kepala daerah. Proses-proses dialogue diciptakan antara masyarakat dan kandidat melalui wadah yang disebut forum konstituen. Masyarakat dan kandidat berdialog dengan konsep masing-masing yang diharapkan rencana masyarakat dapat mempengaruhi rencana jangka pendek, menengah dan panjang pembangunan didaerahnya. Selain itu, proses dialog merupakan ajang untuk “menilai” secara lebih dekat program-program kandidat kepala daerah.

Pasca Pilkada, Masyarakat tetap aktif dalam melakukan kontrol pembangunan atas rencana-rencana daerah yang dahulu pernah didialog-kan kepada masyarakat maupun janji kandidat pada saat kampanye. Masyarakat melalui forum konstituen kembali menjadi kelompok “penagih janji” kepada kepala daerah ketika rencana pada saat kampanye belum jua terealisasi.

Buku ini menyajikan metode-metode dan contoh dari persoalan politik, dinamika politik serta tahapan-tahapan dalam membangun masyarakat sebagai subyek demokrasi/kelompok kekuatan. Maka secara keseluruhan buku ini menjadi rule model demokrasi maupun sebuah buku yang  memberikan problem-solving di Indonesia. Lebih tepat buku ini menjadi sebuah pedoman bagi politisi, akademisi, NGO, mahasiswa dan masyarakat yang ingin terlibat dalam kancah perpolitikan daerah.

Kelompok kekuatan di masyarakat menyiratkan bahwa sudah semestinya masyarakat menjadi penentu nasibnya sendiri sehingga Pilkada hanya menjadi entry point yang dampaknya dinikmati oleh masyarakat bukan segelintir orang yang selama ini terjadi. Maka Pilkada bukanlah sebuah tahta yang menghantarkan kepala daerah pada kenikmatan dan kesejahteraan kelompoknya melainkan menjadi tahta bagi masyarakat, sebuah kemenangan bagi semuanya.  Tanda tanya dari kalimat Tahta Pilkada Untuk siapa di dalam buku tersebut terungkap dan ruh demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat bukan sebuah slogan yang tanpa makna namun terwujud dalam kehidupan bernegara melalui sistem demokrasi dengan mengadopsi active citizen untuk mengefektifkan pembangunan yang memberikan kesejahteraan rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun