Mohon tunggu...
galing cendekia
galing cendekia Mohon Tunggu... -

laki-laki,hanya ingin urun rembug

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komunikasi Positif Untuk Indonesia

21 Februari 2011   12:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:24 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi yang kita alami kini saat berkomunikasi lebih dominan mengeluarkan komunikasi negatif. Maka interaksi yang dihasilkan adalah interaksi yang negatif, sosial yang negatif yang membuat kita sulit untuk keluar dari belenggu keterpurukan bahwa negara ini masih berkutat dalam lingkaran setan kemiskinan, korupsi dan miskin prestasi.

Pada kontek politik, elit politik lebih banyak memperdendangkan konflik, perdebatan dan memunculkan keegoisan. Cara-cara kotor seperti money politik, melakukan persaingan tidak sehat, saling mencurigai ketika salah satu kandidat kalah dalam pemilihan atau saling tikam dan black campaigne, kerap meliputi dalam setiap interaksi.

Pemimpin dan yang dipimpin pun tidak jauh demikian. Respon masyarakat pada Presiden yang dalam salah satu kesempatan mengungkapkan bahwa dia bekerja selama 7 tahun belum naik gaji. Respon masyarakat terhadap presiden adalah dengan menggalang dukungan memberikan koin.

Koin untuk presiden merupakan simbol dari gaya bahasa satir, bentuk sindiran dari warga negara. Karena masyarakat miskin tak pernah mengeluh sementara presiden dengan gaji yang jauh dari cukup masih mengeluh sementara prestasi yang diberikan kepada masyarakat masih belum memenuhi kebutuhan masyarakat.

Begitupun dalam wilayah bisnis tidak jauh berbeda saling mengkhianati dan saling membunuh. Banyak orang yang tertipu ketika ingin berbisnis, uang dibawa kabur atau Iri ketika sebelah toko-nya laris dipadati pembeli sementara toko kita sepi, di kepala kita adalah bagaimana membuat toko sebelah kemudian sepi.Sehingga menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan menjadi sebuah kewajaran dalam berbisnis dengan menggunakan cara-cara kotor.

Pada tingkat tenaga kerja, sulitnya membuka lapangan kerja dan banyaknya jobless menjadi ladang subur untuk dipedagangkan, tidak aneh jika pencari kerja dimintai uang ketika ingin bekerja. Bahkan para pekerja pun dibuat semakin tidak menentu nasibnya karena tak pernah kunjung untuk menjadi pegawai tetap.

Kondisi kemanusiaan mulai tekoyak akibat dari munculnya brutalisme massa yang menghancurkan rumah, tempat peribadatan dan membunuh sesama manusia. Interaksi manusia saling membunuh dan saling tikam diantara manusia. Jelas komunikasinya penuh dengan prasangka, curiga, sinis, nyinyir dan kebencian dengan kata lain adalah komunikasi negatif yang mulai berkembang.

Maka pula di media massa pun tidak akan jauh menyiarkan hal-hal yang negatif ketimbang sesuatu yang positif. Karena media massa merupakan cermin dari masyarakat dan negara, ketika sosial dan negara penuh dengan sesuatu yang negatif maka pemberitaannya tidak jauh dari negatif. Pasar dan masyarakat akan lebih banyak mengkonsumsi hal yang negatif.

Dimensi kehidupan menjadi tidak karuan dan tak menentu. Dominasi komunikasi negatif akan memberikan informasi yang negatif dan sudah dapat dipastikan bahwa keputusan yang digunakan adalah keputusan yang negatif, berikut tindakan yang muncul adalah negatif. Kejadian yang terjadi pun akan menjadi negatif dan menjadi siklus yang terus berputar.

Akibatnya, kondisi sosial dan negara sama-sama mengeluarkan energi yang besar dan masing-masing kita akan terus lelah. Kepala negara semakin dibuat kelimpungan dengan isu-isu miring dan sibuk mengklarifikasi, sementara masyarakat semakin bosan dan lelah karena selalu mengkonsumsi hal yang negatif.

Berkutat dalam energi negatif akan semakin membuat Indonesia sulit untuk lebih baik. Mungkin itu alasan pertama mengapa hingga saat ini kita tak pernah kunjung bisa keluar dari masalah, karena terlalu banyak praktek negatif yang membuat kita sulit untuk berprestasi, sulit untuk tumbuh bersama bahu membahu menyelesaikan persoalan, karena yang ada dikepala kita bagaimana diri kita bisa “aman” menghadapi kondisi ini.

Maka dibutuhkan sebuah tindakan dan energi positif yang memutus mata rantai kenegatifan yaitu dengan berperilaku dan berinteraksi positif. Contoh menarik adalah Nelson Mandela yang mengikis politik aparteid di Afrika. Nelson mengalami perlakuan yang kurang baik dalam memperjuangkan kaum kulit hitam yang mengalami diskriminasi. Kelompok kulit hitam dan putih saling menikam dan membunuh, interaksinya pun interaksi yang penuh dengan dendam dan kebencian. Nelson Mandela sebagai orang yang kemudian “menghapus” semua interaksi itu dengan saling memaafkan.

Maka itulah menjadi penting baik individu, kelompok memainkan peran itu dengan menggunakan kalimat-kalimat positif dalam menanggapi kondisi sosialnya, perbuatan demikian akan melahirkan sebuah gerakan positif yang akan mengikis habis, pola pikir dan perilaku negatif selama ini. Salah satu cara untuk membuat indonesia terkikis dan bangkit dari krisis adalah membangun komunikasi yang positif.

Kadang kita melupakan bahwa berkomunikasi dengan bertingkah laku positif akan membuat suasana yang jauh lebih menyenangkan dibandingkan perilaku yang negatif. Saling bahu-membahu untuk menjadi berprestasi jauh lebih menyenangkan dibanding dengan saling menikam. Jauh lebih menyenangkan jika kita saling jujur ketimbang berbohong. Maka bukan tidak mungkin jika dikepala kita adalah hidup untuk terus berkarya dan berprestasi, dengan sendirinya kebesaran sebuah bangsa akan tercipta. Karena pada dasarnya berinteraksi merupakan sebuah transfer energi, artinya ketika kita melepaskan energi maka feedback-nya adalah energi yang sama yang kita keluarkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun