Bendungan Sei Gong di Batam sendiri tercatat dapat menampung hingga 11,8 juta meter kubik air.
Dengan pertumbuhan penduduk di Batam tiap tahunnya meningkat, terakhir pertumbuhan penduduk tercatat sebanyak 1.376.009 jiwa, bendungan ini dirasa masih kurang untuk memberikan ketersediaan air bagi masyarakat.
Apalagi, dibanding tahun 2018 lalu, sebanyak 234.193 jiwa terus bertumbuh dan datang di Kota Batam. Sementara, untuk bendungan di Pulau Setokok, ia menyebut bendungan itu dapat menampung sebanyak 0,0016 meter kubik air untuk warga sekitar.
"Namun itu hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air di pulau setokok saja," ungkapnya.
Akibatnya, Handri pun merasa khawatir dengan kondisi ketersediaan air di Provinsi Kepri, khususnya di Kota Batam sendiri. Menurutnya, hal ini sangat memprihatinkan.
"Sangat minim sekali, apalagi penduduk terus bertambah. Masih banyak perlu dibangun tampungan air," katanya.
Selain itu, ia sempat menyinggung terkait pembukaan lahan dan penyalahgunaan hutan lindung di Batam. Hal ini menurutnya juga menjadi salah satu penyebab minimnya ketersediaan air di Batam.
"Tak dapat dipungkiri itu. Aktivitas ini tentu berpengaruh terhadap ketersediaan air. Karena tidak ada lagi yang menyerap air kan?" katanya.
Dalam menyelesaikan beberapa pekerjaan pembangunan terkait konservasi sumber daya air dan pengendalian daya resap air, beberapa kendala tentu menjadi perhatiannya.
Tak banyak memang, namun permasalahan ruang dan waktu menjadi hal paling utama. Apalagi menurutnya, beberapa daerah di Kepri merupakan kawasan remote area, dan itu membutuhkan waktu untuk proses pengerjaannya.
"Pulau-pulau terluar dan kadang agak lama untuk dijangkau," ucapnya lagi. (dipa nusantara)