Mohon tunggu...
Diovany Andryansyah
Diovany Andryansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kekuasaan Presiden Jokowi: Memahami Gerak Politik Jokowi

9 Desember 2021   16:00 Diperbarui: 9 Desember 2021   16:03 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Gerak politik Jokowi juga seperti melakukan tindakan "politik balas budi", ini tercermin dari pengangkatan beberapa menteri, seperti Menteri Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan yakni rekan bisnis Presiden Jokowi dan Menteri BUMN, Erick Tohir yakni mantan ketua tim sukses Jokowi-Ma'ruf. Selain menterinya, Presiden Jokowi juga mengangkat Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarno Putri sebagai Ketua Dewan Pengarah BPIP dan BRIN.

            Selain itu, gerak Presiden Jokowi dalam pelaksanaan eksekutif dominan mengandalkan satu orang yang dianggap mempunyai kompetensi untuk melaksanakan tugas negara. Hal ini tercermin seringinya Presiden Jokowi Menunjuk Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan untuk menduduki jabatan-jabatan penting terkait permasalahan eksekutif saat ini, seperti Koordinator PPKM Jawa-Bali, Ketua Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, Ketua Dewan Pengarah Penyelamatan Danau Nasional, dll.

            Tanpa disadari, banyak sekali gerak politik Presiden Jokowi menuai kritik dari banyak pihak, baik politikus, pengamat, akademisi (dosen dan mahasiswa), dan kalangan masyarakat. Banyak pendapat bahwa demokrasi di era Presiden Jokowi mengalami kemunduran dan mengarah kepada bentuk oligarki. Hal ini keterbalikan dari masa Presiden B.J Habibie dimana setelah kepemimpinan Soeharto yang notabene pembangunan pesat, di era Presiden Habibie mengalami kemunduran, akan tetapi mengalami perubahan signifikan dalam politik, yakni reformasi atau bergantinya rezim Indonesia dari otoriter ke demokratis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun