Mohon tunggu...
Dio Sinaba
Dio Sinaba Mohon Tunggu... -

Nulis isi kepala, biar gak penuh dan bisa keiisi lagi. :) Kuli tinta wanna be.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hadiah atau Hukuman?

30 November 2015   19:25 Diperbarui: 30 November 2015   19:53 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya masih ingat ketika belajar menghafal perkalian 1-10 dikelas 2 SD. Kami berdiri di depan kelas, lalu menghafal 1X1=1, 2X1=2, dan seterusnya. Jika ada yang salah atau terlalu lama diam (karena mengingat), maka ada sebatang rotan yang aiap melayang menuju betis atau pantat kami. That's a nightmare for me until now.

Ini adalah senjata dari guru killer pada muridnya. Mereka ditakuti siswa karena jika ada tugas yang tidak mampu dikerjakan maka akan ada hukuman yang diberikan. Para siswa akrab dengan hukuman fisik, sedangkan para siswi hukuman verbal. Jangan salah sangka, ini bukan karena gurunya pilih kasih. Sering kali kata-kata dapat lebih sakit menyayat dari pada tamparan atau pukulan.

Hukuman fisik ini sering heboh karena telah menelan banyak korban jiwa. Diawal tahun 2015, kita di kagetkan oleh kasus Lintang, seorang siswa SMP N 1 Palasah Majalengka meninggal dunia setelah dihukum gurunya. Alasannya sepele, tidak mengerjakan PR Bahasa Indonesia. Hukuman yang berikan adalah lari keliling lapangan. Namun, karena kondisi fisiknya lemah, Lintang pun merenggang nyawa, setelah sempat mendapat pertolongan medis.

Walaupun disiplin diperlukan, tetapi menurut saya, hukuman berpotensi membuat siswa berbuka dua. Hanya mengerjakan tugas, karena takut dihukum,bukan karena sadar akan manfaat tugas tersebut.

Hargai Upaya Siswa bukan bakatnya.

 

Dalam bahasa pendidikan ada istilah reinforcement. Padanan katanya dalam bahasa Indonesia ada pujian atau pengakuan akan hasil karya seseorang. Siapapun senang jika dihargai, dan penghargaan bisa membuat kita bangga. Jika sudah bangga pada diri sendiri , akan ada upaya untuk mempertahankannya. Hal ini juga berlaku pada siswa-siswi kita. Mereka bangga jika dipuji, diakui hasil kerja kerasnya. Dan percayalah, jika guru memberikan pujian yang sepantasnya maka sang siswa akan terus berupaya mempertahankan hasil positifnya tersebut. Menurut saya, reinforcement lebih ampuh dibandingkan reward.

 

Bagaimana dengan hukuman? Di setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran, para siswa akan menerima laporan hasil belajar atau yang lazim disebut raport. Dalam raport biasanya ada yang disebut ranking. Ranking 1 adalah yang terbaik. Maka, biar lah rasa malu karena mendapat rangking terakhir yang menghukum sang siswa, bukan kata-kata, tamparan atau pukulan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun