Longsor merupakan sebuah bencana alam yang terjadi akibat adanya gerakan massa tanah atau batuan yang berjalan menuruni suatu lereng dataran tinggi. Longsor tidak hanya disebab oleh satu faktor saja, namun lebih dari itu. Beberapa faktor penyebab longsor antara lain seperti terjadinya erosi tanah, intensitas curah hujan yang tinggi, keberadaan bebatuan di lereng yang cenderum lemah, terjadinya gempa bumi atau gunung berapi, muatan yang berlebihan diatas lereng, ataupun dari aktivitas manusia seperti penebangan liar dan penggalian ilegal.
Dewasa ini, masalah tanah longsor sudah bukan lagi menjadi hal yang langka, sudah banyak daerah-daerah yang terkena musibah bencana tanah longsor ini. Keberadaan daerah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap longsor akan memiliki masalah serius yang dapat mengancam kehidupan dan tentunya infrastruktur.Â
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, tentunya akan memerlukan sebuah langkah mitigasi yang benar dan tepat sasaran, akan semua pihak dapat bekerjasama meminimalisir dampak yang akan terjadi.Â
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untung langkah awal memitigasi bencana tanah longsor, yaitu dengan memanfaatkan sebuah teknologi yang dikenal dengan nama Sistem Informasi Geografi (SIG). Nantinya, SIG akan membantu dengan cara memadukan teknologi informasi dengan data geografis untuk menyajikan informasi yang relevan secara spasial.
Sebelum membahas tentang manfaat dari SIG dalam melakukan terhadap daerah rawan longsor, berikut ini terdapat beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh beberapa lembaga di dunia:
1. Badan Meteorologi Dunia (WMO)
WMO mengakui pentingnya SIG dalam menganalisis daerah rawan longsor dengan memanfaatkan data cuaca dan iklim. Mereka mendorong penggunaan SIG untuk mengintegrasikan data cuaca, seperti curah hujan dan suhu, dengan data topografi dan geologi dalam pemetaan daerah rawan longsor. WMO juga menyebutkan bahwa SIG dapat membantu dalam pemodelan perubahan iklim dan mengevaluasi dampaknya terhadap kejadian longsor.
2. Pusat Penelitian Bencana Internasional (IRIDeS)
IRIDeS telah mengembangkan dan menerapkan metode SIG yang canggih untuk menganalisis daerah rawan longsor. Mereka menggunakan data spasial untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi pada kejadian longsor, termasuk kondisi tanah, topografi, dan vegetasi. IRIDeS juga mengintegrasikan data cuaca dan pemantauan lereng secara real-time ke dalam sistem SIG untuk menghasilkan prediksi dan peringatan dini yang akurat.
3. United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR)
UNDRR mengakui peran penting SIG dalam menganalisis tanah longsor dan mengurangi risiko bencana. Mereka mendukung penggunaan SIG sebagai alat untuk identifikasi daerah rawan longsor, pemetaan kerentanan, dan pengembangan sistem peringatan dini. UNDRR juga mendorong negara-negara untuk memanfaatkan SIG dalam perencanaan penanggulangan bencana dan pembangunan yang berkelanjutan.
4. United Nations Environment Programme (UNEP)
UNEP menyoroti kegunaan SIG dalam mengidentifikasi dan menganalisis daerah rawan longsor dalam konteks perlindungan lingkungan. Mereka mengakui bahwa SIG dapat membantu dalam pemetaan dan pemodelan faktor-faktor penyebab longsor seperti perubahan tutupan lahan, deforestasi, dan degradasi tanah. UNEP mendorong penggunaan SIG sebagai alat untuk memahami dampak lingkungan dari longsor dan merumuskan kebijakan perlindungan lingkungan yang efektif.
Berdasarkan pernyataan-pertanyaan tersebut dapat terlihat bahwa kegunaan SIG dalam membantu menganalisis tentang daerah rawan longsor sangat tepat untuk diterapkan. Hal tersebut dikarenakan SIG memiliki keunggulan-keunggulan yang mungkin tidak dimiliki oleh sistem informasi lainnya. Beranjak pada masalah pokok, yaitu tentang manfaat SIG dalam melakukan analisis terhadap daerah rawan longsor, telah dirangkum beberapa manfaat yang dapat dirasakan yaitu sebagai berikut:
1. Identifikasi dan Pemetaan Daerah Rawan Longsor
SIG memungkinkan identifikasi dan pemetaan daerah rawan longsor dengan akurasi yang tinggi. Data geografis, seperti relief, curah hujan, jenis tanah, dan vegetasi, dapat diintegrasikan ke dalam sistem tersebut. Dengan menggunakan analisis spasial, SIG dapat memberikan informasi yang jelas tentang daerah-daerah yang rentan terhadap longsor. Pemetaan ini memberikan pandangan visual yang memungkinkan para pemangku kepentingan untuk mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.
2. Analisis Faktor Penyebab dan Prediksi Potensi Longsor
SIG memungkinkan analisis faktor penyebab yang berkontribusi pada kejadian longsor. Data seperti curah hujan, kemiringan lereng, tipe tanah, dan vegetasi dapat diintegrasikan ke dalam sistem untuk mengidentifikasi pola dan korelasi yang berpotensi menyebabkan longsor. Dengan memahami faktor-faktor ini, para ahli dan pengambil keputusan dapat mengambil tindakan pencegahan yang sesuai. Selain itu, SIG juga dapat digunakan untuk memprediksi potensi longsor di daerah tertentu. Dengan memanfaatkan data historis dan kondisi saat ini, SIG dapat menghasilkan model prediksi yang membantu dalam perencanaan mitigasi dan penanggulangan bencana.
3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini
SIG dapat digunakan untuk mengembangkan sistem peringatan dini yang efektif untuk daerah rawan longsor. Dengan memadukan data cuaca real-time, pemantauan lereng, dan model prediksi, sistem peringatan dini dapat memberikan informasi yang cepat dan akurat kepada masyarakat terkait potensi longsor. Informasi ini memungkinkan evakuasi yang tepat waktu dan pengambilan tindakan yang diperlukan untuk mengurangi risiko kehidupan manusia.
4. Pengelolaan Informasi dan Koordinasi
SIG memfasilitasi pengelolaan informasi yang efisien dan koordinasi antara pemangku kepentingan terkait mitigasi longsor. Data spasial yang relevan dapat diakses, dikelola, dan dibagikan melalui platform SIG. Ini membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat dan koordinasi yang efektif antara berbagai departemen dan lembaga yang terlibat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan longsor.
5. Evaluasi Dampak dan Perencanaan Pengembangan Wilayah
SIG memungkinkan evaluasi dampak longsor terhadap wilayah tertentu dan membantu dalam perencanaan pengembangan wilayah yang berkelanjutan. Dengan menganalisis data spasial tentang kerentanan wilayah terhadap longsor, SIG dapat memberikan wawasan yang diperlukan bagi pengambil kebijakan untuk membangun infrastruktur yang tahan terhadap bencana dan mengurangi risiko longsor di masa depan.
Kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu bahwa Sistem Informasi Geografi (SIG) memberikan manfaat yang signifikan dalam menganalisis daerah rawan longsor. Mulai dari identifikasi dan pemetaan daerah rawan longsor hingga pada pengembangan sistem peringatan dini dan mengevaluasi dampak yang ditimbulkan. Sudah semestinya penggunaan SIG harus dimanfaatkan sedemikian rupa, terutama dalam mengatasi permasalah terkait suatu bencana seperti tanah longsor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H