Mohon tunggu...
Dion Pardede
Dion Pardede Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Akan terus dan selalu belajar.

Absurdites de l'existence. Roséanne Park 💍

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pidato Macron dan Sentimentalitas adalah Masalah yang Sama Besar

31 Oktober 2020   23:44 Diperbarui: 2 November 2020   08:15 1610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muslim di Timur Tengah dan sekitarnya pada Senin (26/10) menyerukan boikot produk Perancis dan protes atas karikatur, tetapi Macron telah berjanji negaranya tidak akan mundur dari cita-cita sekuler dan pembelaan kebebasan berbicara.(AP/Mahmud Hossain Opu via Kompas.com)

Poster bergambar wajah Presiden Prancis, Emmanuel Macron diinjak sejumlah orang di depan Masjid Al Jihad, Medan di Jalan Abdullah Lubis pada Jumat (30/10/2020) sore tadi. Mereka mengecam pernyataan Presiden Macron karena dinilai menghina Nabi Muhammad. (KOMPAS.COM/DEWANTORO)
Poster bergambar wajah Presiden Prancis, Emmanuel Macron diinjak sejumlah orang di depan Masjid Al Jihad, Medan di Jalan Abdullah Lubis pada Jumat (30/10/2020) sore tadi. Mereka mengecam pernyataan Presiden Macron karena dinilai menghina Nabi Muhammad. (KOMPAS.COM/DEWANTORO)
Pelecehan nabi terjadi atas nama freedom of speech, sehingga umat islam sudah menabung amarah kepada konsep tersebut. Apalagi, Macron dalam kasus karikatur Charlie Hebdo, menolak menindak majalah tersebut atas nama kebebasan berpendapat (yang mana tepat sebagai seorang liberal). 

Sehingga kemarahan terhadap pernyataan Macron merupakan akumulasi kemarahan yang didasarkan preferensi privat maupun tendensi kolektivis.

Beberapa umat islam tidak menoleransi sekularisme dan freedom of speech yang kebablasan, sehingga kemarahan terhadap pernyataan Macron jauh lebih masif ledakannya dibanding kecaman terhadap terorisme.

Di pihak yang satu, kaum yang menjunjung tinggi sekularisme terkesan diam dan tak bereaksi atas pernyataan Macron.

Sentimentalitas menyebabkan ketidakjernihan dalam memandang masalah yang sebenarnya. Reaksi yang timbul lebih banyak disebabkan emosi yang diaduk daripada otonomi individu dalam memandang masalah yang ada. 

Sentimentalitas tentu jadi problem besar ke depannya bagi kehidupan bersama. Menghadapi tabrakan preferensi privat dengan argumen penuh sentimen tidak akan pernah menjadi solusi dalam kehidupan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun