Yang dikecam Macron memang adalah tindakan terorisme yang merenggut nyawa warga negaranya. Namun perlu diingat bahwa masyarakat sedang bergumul dalam pertentangan kepentingan privat.
Macron, sebagai seorang liberal harusnya bisa memberi tanggapan yang lebih bijak, apalagi dengan posisinya sebagai pemimpin negara tersebut. Dalam menanggapi pertentangan sikap-sikap privat yang kadung terjadi, tidak seharusnya ia berdiri melawan salah satu kepentingan privat.
Alih-alih mengatasi masalah, pernyataannya malah semakin memperluas pergolakan lintas negara. Sikap imparsial dan bebas kepentingan-kepentingan privat tidak hanya dibutuhkan dalam kebijakan publik, namun juga pernyataan atau tanggapan mewakili otoritas negara.
Rasanya perlu pulalah kita melihat reaksi publik, khususnya dunia islam terhadap pernyataan Macron tersebut. Kecaman meluas dari umat islam dunia, dan juga pemimpin-pemimpin dunia, termasuk Indonesia. Kecaman-kecaman dari negara-negara tersebut kepada Perancis masih dapat kita maklumi sebagai teguran demi perdamaian global.
Untuk pengecaman yang lebih luas, yakni di tengah masyarakat (khususnya di basis Islam), momen ini menjadi kesempatan kita untuk mengukur rasionalitas kaum religius. Karena, problem kaum religius dalam bermasyarakat selama ini adalah sentimentalitas yang begitu kental.
Mari kita urai 'konflik' yang sedang berlangsung ke dalam 3 (tiga) bagian. Pertama, kemarahan umat islam terhadap tindakan guru yang menampilkan karikatur Muhammad tersebut. Kedua, teror sebagai respons tindakan oknum guru tersebut. Dan ketiga, pidato kontroversial Emmanuel Macron.
Umat islam banyak menentang tindakan guru tersebut, sekaligus mengecam tindakan teror yang mengatasnamakan islam. Reaksi yang timbul cukup ramai, namun tidak semasif kecaman publik terhadap pernyataan Emmanuel Macron.
Sesaat setelah Macron mengeluarkan pernyataan yang mendiskreditkan islam tersebut, kecaman terhadap terorisme dari kalangan islam bak tenggelam dan beralih ke pernyataan Macron.
Sebaliknya, kaum yang melabeli diri sebagai liberal, kebanyakan diam dan menutup mata pada pernyataan Macron yang bertentangan dengan nilai-nilai liberal tersebut.
Mengapa umat islam lebih fokus kepada pernyataan Macron daripada mengecam tindakan terorisme yang menodai citra komunitas islam global? Dan mengapa kaum liberal lebih banyak diam ketika pernyataan Macron pada dasarnya bertentangan dengan nilai-nilai liberal?
Jawabannya adalah sentimentalitas. Umat islam jauh lebih reaktif terhadap pernyataan Macron, karena sudah tenggelam dalam kebencian terhadap sekularisme dan freedom of speech yang dianut Perancis.