Mohon tunggu...
Dion Pardede
Dion Pardede Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Akan terus dan selalu belajar.

Absurdites de l'existence. Roséanne Park 💍

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pidato Macron dan Sentimentalitas adalah Masalah yang Sama Besar

31 Oktober 2020   23:44 Diperbarui: 2 November 2020   08:15 1610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster bergambar wajah Presiden Prancis, Emmanuel Macron diinjak sejumlah orang di depan Masjid Al Jihad, Medan di Jalan Abdullah Lubis pada Jumat (30/10/2020) sore tadi. Mereka mengecam pernyataan Presiden Macron karena dinilai menghina Nabi Muhammad. (KOMPAS.COM/DEWANTORO)

Yang dikecam Macron memang adalah tindakan terorisme yang merenggut nyawa warga negaranya. Namun perlu diingat bahwa masyarakat sedang bergumul dalam pertentangan kepentingan privat. 

Macron, sebagai seorang liberal harusnya bisa memberi tanggapan yang lebih bijak, apalagi dengan posisinya sebagai pemimpin negara tersebut. Dalam menanggapi pertentangan sikap-sikap privat yang kadung terjadi, tidak seharusnya ia berdiri melawan salah satu kepentingan privat. 

Alih-alih mengatasi masalah, pernyataannya malah semakin memperluas pergolakan lintas negara. Sikap imparsial dan bebas kepentingan-kepentingan privat tidak hanya dibutuhkan dalam kebijakan publik, namun juga pernyataan atau tanggapan mewakili otoritas negara.

Presiden Perancis, Emmanuel Macron (AFP via Kompas.com)
Presiden Perancis, Emmanuel Macron (AFP via Kompas.com)
Persoalan Sentimentalitas
Rasanya perlu pulalah kita melihat reaksi publik, khususnya dunia islam terhadap pernyataan Macron tersebut. Kecaman meluas dari umat islam dunia, dan juga pemimpin-pemimpin dunia, termasuk Indonesia. Kecaman-kecaman dari negara-negara tersebut kepada Perancis masih dapat kita maklumi sebagai teguran demi perdamaian global.

Untuk pengecaman yang lebih luas, yakni di tengah masyarakat (khususnya di basis Islam), momen ini menjadi kesempatan kita untuk mengukur rasionalitas kaum religius. Karena, problem kaum religius dalam bermasyarakat selama ini adalah sentimentalitas yang begitu kental.

Mari kita urai 'konflik' yang sedang berlangsung ke dalam 3 (tiga) bagian. Pertama, kemarahan umat islam terhadap tindakan guru yang menampilkan karikatur Muhammad tersebut. Kedua, teror sebagai respons tindakan oknum guru tersebut. Dan ketiga, pidato kontroversial Emmanuel Macron.

Umat islam banyak menentang tindakan guru tersebut, sekaligus mengecam tindakan teror yang mengatasnamakan islam. Reaksi yang timbul cukup ramai, namun tidak semasif kecaman publik terhadap pernyataan Emmanuel Macron. 

Sesaat setelah Macron mengeluarkan pernyataan yang mendiskreditkan islam tersebut, kecaman terhadap terorisme dari kalangan islam bak tenggelam dan beralih ke pernyataan Macron. 

Sebaliknya, kaum yang melabeli diri sebagai liberal, kebanyakan diam dan menutup mata pada pernyataan Macron yang bertentangan dengan nilai-nilai liberal tersebut.

Mengapa umat islam lebih fokus kepada pernyataan Macron daripada mengecam tindakan terorisme yang menodai citra komunitas islam global? Dan mengapa kaum liberal lebih banyak diam ketika pernyataan Macron pada dasarnya bertentangan dengan nilai-nilai liberal?

Jawabannya adalah sentimentalitas. Umat islam jauh lebih reaktif terhadap pernyataan Macron, karena sudah tenggelam dalam kebencian terhadap sekularisme dan freedom of speech yang dianut Perancis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun