Di antara yang terekam dalam memori kolektifitas orang Bolaang Mongondow adalah istilah "Banselang/Mongongingulu" atau "mengambil kepala/mencari kepala untuk diambil" oleh seseorang yang mempunyai maksud dan niat tertentu sesuai peruntukannya.
Tua-tua kita bercerita bahwa ada orang-orang tertentu (penjahat) yang mencari anak-anak kecil atau bahkan juga orang dewasa hingga ke pelosok-pelosok desa kemudian dibius hingga pingsan.
Setelah dalam kondisi tidak sadarkan diri, mereka kemudian dibawa ke suatu tempat untuk disembelih dan diambil kepalanya untuk dikubur bersama pondasi pembangunan jembatan atau gedung-gedung tertentu agar bangunan konstruksi yang dibuat lebih kuat dan mampu bertahan hingga ratusan tahun.
Di Bolaang Mongondow isu ini menyebar pada dekade-dekade 80-90an bahkan pada milenium tahun 2000an membuat orang-orang panik terutama orang tua yang takut terhadap keamanan anak-anak mereka. Beberapa orang tua bahkan menjaga anak-anak mereka hingga ke sekolah karena takut bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Pada masa itu, mobil hardtop dan jenis super kijang yang lewat di desa-desa distigma merupakan mobil para mongongingulu untuk mencari orang-orang yang mereka jadikan target kejahatan tersebut. Anak-anak banyak yang kabur ketika melihat mobil ini lewat di jalanan desa.
Beberapa orang tua dan pemerintah bahkan melakukan sweeping terhadap beberapa jenis mobil tersebut walau banyak yang salah sasaran.
Hingga kini belum ada pelaku yang ditemukan meski isu-isu seperti ini masih terus hidup dan menyebar di tengah-tengah masyarakat kita bahkan hingga era digital dan informasi berkembang pesat di masa kini.
Isu banselang terlepas benar atau tidaknya, menarik untuk dilihat dalam kajian sejarah sosial khususnya di Bolaang Mongondow. Beberapa daerah-daerah di Indonesia tentu juga memiliki cerita atau kisah seperti ini. Sebuah cerita tentang sekelompok orang yang mencuri kepala-kepala anak-anak untuk dijadikan persembahan ilmu hitam, atau tumbal pembangunan projek-projek bangunan tertentu agar memiliki kekuatan yang tentu secara ilmiah tidak memiliki bukti.
Di Bolaang Mongondow istilah yang lebih tua dari "Banselang/Mongongingulu" adalah "Modakop" sebagaimana dalam catatan Moh. Dilapanga 'Serpihan-Serpihan Fakta Dan Peristiwa Di Bolaang Mongondow Tanah Leluhurku (2012)' bahwa di masa lalu sekitar abad ke-15 di Bolaang Mongondow bajak laut Mangindano menjadi masalah yang mengganggu kehidupan masyarakat kita masa itu.
Mereka menangkap orang-orang di pesisir untuk dijadikan budak untuk dijual dan beberapa lainnya dibunuh dengan cara yang keji dengan dipotong kepala lalu dibuang di pantai untuk membunuh mental orang-orang ketika itu.