Toni menceritakan sebagian besar pasien yang dirawat di Wisma Atlet adalah pasien tanpa gejala. “Untuk pasien gejala ringan, diberi obat yang sudah ditentukan dan vitamin, lalu sesudah 7 hari, dilakukan tes swab. Jika negatif boleh pulang” jelas Toni anak pertama dari tiga bersaudara.
Ia lalu menceritakan bahwa pasien yang memiliki riwayat penyakit bawaan akan mendapatkan treatment khusus. “Pasien penderita diabetes akan diukur gula darahnya secara rutin dan mendapatkan pengawasan khusus, termasuk asupan makanannya,” ungkap Toni kepada saya ketika saya menanyakan bagaimana penanganan pasien yang memiliki riwayat penyakit gula.
Ketika saya dan Toni asyik berbicara, tiba-tiba rekan Toni sesama ners datang menghampiri kami. Saya persilahkan dia untuk bergabung bersama kami. Silvia begitu sapaan ners perempuan yang baru join dengan kami. Usianya masih begitu belia, 22 tahun, asli Rangkas Bitung.
Silvia sebelum terjun sebagai tenaga medis di Wisma Atlet adalah ners di RS. Polri Kramat Jati, Jakarta. Silvia menceritakan bahwa dia datang ke Wisma Atlet karena penugasan dari tempatnya bekerja.
Dia bersama 50 rekannya yang terdiri dari ners, dokter, dan polisi (yang berprofesi sebagai ners) adalah gelombang ketujuh dari RS. Polri yang ditugaskan untuk mengabdi di Wisma Atlet.
Silvia akan bertugas selama tiga bulan di Wisma Atlet. “Saya tiba di Wisma Atlet pada bulan Juni. Tinggal satu bulan lagi saya bekerja disini. Sesudah itu, saya akan kembali bertugas di RS. Polri, Setelah saya selesai bertugas disini, posisi saya akan digantikan oleh petugas lainnya dari RS. Polri, ” jelas Silvia yang sudah bekerja selama dua tahun di RS. Polri.
“Senang berada disini. Bisa ketemu banyak teman dari seluruh Indonesia. Tapi kerjanya ekstra keras. Beda dengan RS. Polri. Disini kami harus melayani hampir 47 pasien setiap harinya. Benar-benar cape kerja disini. Belum lagi pada awal datang, kami harus mengambil makanan dan minuman buat para pasien. Cape banget lah,“ tandas Silvia ketika ditanyakan kesannya selama bekerja di Wisma Atlet.
Selain rasa senang bisa mengenal rekan-rekan ners dari seluruh pelosok tanah air, Silvia menegaskan bahwa dia memiliki perasaan takut tertular virus Covid-19.
“Takutlah. Sudah pasti itu. Setiap hari kita bertemu dengan pasien positif. Tapi mau gimana lagi, namanya saja tugas, ya harus dijalankan,“ ujar Silvia anak kedua dari empat bersaudara dengan nada sedikit lemah.
Namun, kekhwatiran dia berangsur-angsur hilang sebab Silvia mengungkapkan bahwa di RS. Polri pun dia bertugas merawat pasien positif Covid-19 walau dengan jumlah pasien yang jauh lebih sedikit.
Saat ini, Silvia mengaku tidak tahu apakah dirinya tertular Covid-19 atau tidak. Dia baru akan mengetahui dirinya positif ketika masa tugasnya berakhir nanti. Silvia menjelaskan bahwa seluruh petugas medis yang telah mengakhiri masa tugasnya di Wisma Atlet akan menjalani tes swab.
Jika ada yang positif, maka mereka langsung dikarantina di Wisma Atlet. Jika hasil tes swab negatif, mereka diperbolehkan pulang ke tempat masing-masing. Meskipun begitu, Silvia mengakui bahwa hingga hari ini, dia belum mendengar ada ners yang terpapar virus Covid-19 selama bertugas di Wisma Atlet. Alhamdullilah!