Tetapi dia tetap memaksa ibunya untuk makan supaya tubuhnya tidak semakin melemah. Setelah dua hari, menurut Putri, ibunya pun sudah dapat menyesuaikan diri dengan obat tersebut dan sudah bisa makan seperti biasa.
Derita Putri tidak berhenti sampai disitu. Sesudah ibunya pulih dari efek samping Klorokuin, dua hari kemudian, tepatnya tanggal 31 Juli 2020, bapaknya harus diinfus karena kejadian yang serupa dengan ibunya; mual, muntah dan badan menjadi lemas. Tidak seperti ibunya yang dapat segera pulih, bapaknya Putri harus dirawat di ruang High Care Unit (HCU) Wisma Atlet akibat kondisi tubuhnya yang semakin melemah.Â
Sedihnya lagi guys, keesokan harinya beliau terpaksa dipindahkan ke RSCM Jakarta akibat kondisi yang semakin memburuk. Ketika hendak dipindahkan ke RSCM, menurut Putri, bapaknya sudah mengenakan alat bantu ventilator.Â
Menurut Putri sebelum divonis menderita virus Covid-19, bapaknya memang mempunyai penyakit bawaan, yaitu paru-paru. Putri menduga penyakit bawaan tersebut yang menyebabkan bapaknya tidak tahan ketika dia diberikan Klorokuin.
Meskipun demikian, beberapa pasien yang saya kenal mengungkapkan bahwa mereka tidak merasakan efek samping yang serius ketika mereka mengkonsumsi klorokuin. Permana, 25 tahun asal Citeureup, Bogor mengutarakan bahwa dia tidak mengalami efek samping yang serius ketika memulai mengkonsumsi Klorokuin.Â
“Kagak, saya tidak mual atau muntah sesudah minum obat malaria itu. Biasa aja. Cuma nafsu makan saja yang agak berkurang. Selebihnya tidak ada masalah,“ ujar Permana ketika berbicara dengan saya satu hari setelah dia masuk ke Wisma Atlet.Â
Rekan sekerja Permana yang bernama Ardiansyah juga mengutarakan hal serupa. Selain itu, pasien lainnya, Awi yang dirawat di lantai 16 juga menyampaikan bahwa setelah dia mengkonsumsi Klorokuin dia tidak merasakan efek samping yang membuat dia menderita.Â
Guys, selain efek samping seperti yang sudah dijelaskan diatas, Klorokuin dapat juga menyebabkan masalah serius pada irama jantung dimana dapat membuat denyut jantung menjadi lebih cepat dan tidak beraturan.Â
Oleh karena itu semua pasien di Wisma Atlet yang mengkonsumsi obat Klorokuin akan menjalani menjalani tes eletrokardiogram (EKG) sebelum dan sesudah mengkonsumsi Klorokuin. Jika ditemukan masalah pada irama jantung, maka pemberian Klorokuin akan segera dihentikan.Â
Sampai saya menulis artikel ini saya belum mendengar ada pasien Wisma Atlet yang mengalami persoalan dengan jantung akibat meminum Klorokuin.
Dari beberapa media cetak dan online, saya mengetahui bahwa Klorokuin merupakan kandidat potensial untuk penderita Covid-19. Obat ini telah menjadi perhatian warga dunia, sehingga pencarian kata “Klorokuin“ di Google Trends meningkat tajam dalam kurun waktu beberapa bulan ini.Â