Jangan ditanya lagi betapa capenya 2 minggu tersebut. Waktu yang sangat mepet untuk submit tugas akhir membuat saya harus berjuang memeriksa lembar demi lembar skripsi dan tugas akhir mahasiswa hingga larut pagi.
Perjuangan bergadang sampai pukul 3 pagi selama hampir 2 minggu itu membuahkan hasil. Seluruh mahasiswa bimbingan lulus dengan nilai sangat baik.
Tapi risikonya, saya tepar. Lebih “ngenes” lagi, kabarnya saya gak bakal dipakai lagi di universitas tempat saya bekerja (alias saya tidak diperpanjang kontraknya). Nasib…oh nasib… Malang benar ya nasib saya.
Tetapi saya percaya bahwa Tuhan pasti memberikan saya tempat yang lebih baik lagi buat saya di masa yang akan datang. Amin.
Tepat di hari terakhir ujian skripsi, mahasiwa yang saya bimbing menjalani proses ujian, dan dia dinyatakan lulus (dengan nilai yang sangat baik), di hari itulah, saya benar-benar tepar dan kagak bisa bangun. Rasanya berat banget badan ini untuk bangun.
Akhirnya saya meminta adik untuk mengerokin badan saya supaya sedikit punya daya untuk wake up. Saya khawatir ke rumah sakit pada kondisi seperti saat itu.
Nah teman-teman, saya merasa di saat itulah saya mengalami hal yang tidak saya inginkan. Di saat kondisi tubuh yang kurang fit, beberapa kali memang saya sempat keluar rumah untuk membeli sarapan, makan siang, atau makan malam.
Pada tanggal di atas, saya memang lebih banyak stay di rumah mama. Alasannya sederhana, karena rumah mama ada internet, sedangkan rumah saya di Sawangan kagak ada internet. Rumah mama berada di daerah Pademangan yang menurut info merupakan zona merah di Jakarta.
Dugaan saya, sekali lagi hanya dugaan karena saya tidak mengetahui dengan persis, virus yang sekarang bersarang di tubuh saya mungkin saya peroleh ketika saya keluar rumah untuk membeli makan.
Jadi untuk teman dan sobat, kalau tidak perlu, jangan keluar meskipun hanya untuk membeli makan, apalagi kalau kalian tinggal di zona merah. Kita tidak mengetahui siapa carrier di sekitar kita. Walau kita sudah super hati-hati, bisa saja kita lagi “sial” sehingga virus hinggap ke tubuh kita.
Back to cerita di Wisma Atlet, sungguh berat rasanya untuk bangun. Mungkin karena sudah kebiasaan bangun siang kalau di hari Minggu. Pada hari itu, rasanya mata ini masih susah diajak untuk berkompromi. Mata masih pengen merem terus.