Mohon tunggu...
Dionisius Yuan Stefanus
Dionisius Yuan Stefanus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Seorang mahasiswa program studi ilmu komunikasi yang tertarik dalam bidang kepenulisan dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sebuah Tren Jurnalisme Warga, dari Tulisan Blog hingga Aplikasi Berita Kolaboratif

17 Desember 2023   21:59 Diperbarui: 18 Desember 2023   15:37 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Salah satu dampak dari perkembangan teknologi internet adalah maraknya blog. Hal ini menyebabkan setiap orang bisa menjadi produsen dan konsumen informasi di saat yang bersamaan. Walaupun isi blog tidak selamanya berkaitan dengan jurnalisme, namun ke depannya akan banyak blog jurnalisme yang bertebaran. 

Blog membawa kemudahan bagi para jurnalis untuk menerbitkan karya jurnalistiknya tanpa saluran konvensional. Terlepas kredibel atau tidaknya suatu karya, itu menjadi sebuah perspektif dari masing-masing pembaca dan nantinya dapat dinilai berdasarkan landasan dasar jurnalisme yang berlaku. Hal ini membuat suatu ekosistem baru dari new media di masa depan.

Lambat laun, media konvensional menjadi media yang dianggap belum mampu mewakili aspirasi dan keresahan dari warga. Jurnalisme warga hadir di tengah-tengah percampuran antara keresahan masyarakat dan perkembangan teknologi yang sangat pesat ini.

Jurnalisme warga bukan lagi sekadar istilah yang terdengar asing, melainkan sebuah realitas yang mengubah cara kita memahami dan menyebarkan berita. Jurnalisme warga telah menjadi elemen penting dalam menciptakan narasi informatif dan beragam. 

Lantas, apa sih jurnalisme warga itu?

Jurnalisme Warga: Sebuah Konsep dan Definisi

Menurut Widodo (2019, h. 66), jurnalisme warga adalah aktivitas di mana warga bisa mengambil peran aktif dalam proses mengumpulkan, mengolah, menganalisis, melaporkan, dan menyebarluaskan suatu berita dan informasi di media yang mereka miliki. 

Jurnalisme warga menjadi pengubah arah jurnalisme di seluruh dunia. Kehadiran jurnalisme warga yang informasinya lebih ke dua arah membuat media mainstream jurnalisme resah. Mereka yang selama ini hanya mempraktekkan jurnalisme satu arah. 

Konsep jurnalisme warga mengacu pada konsep ide jurnalisme yang memiliki tujuan dan tanggung jawab publik. Menurut Hauben (seperti dikutip dalam Widodo, 2019, h. 66), fenomena jurnalisme warga bukan permasalahan yang siapa harus menggantikan siapa, akan tetapi ini lebih mengacu kepada siapa yang paling berkontribusi terhadap apa yang dianggap sebagai berita dan mampu menjadi "suara" bagi mereka yang belum didengar. 

Tentu sebuah konsep baru dari dunia jurnalis ini mempunyai pandangan pro dan kontra. Lantas bagaimana pandangan tersebut?

Jurnalisme Warga, Setuju atau Malah Sebaliknya?

Bagi mereka yang memandang jurnalisme warga sebuah kehadiran yang positif, mereka menganggap jurnalisme warga mampu mengambil suatu "suara" yang belum mampu diperhatikan langsung oleh media mainstream. 

Kebanyakan mereka yang menekuni ini menganggap ini sebuah panggilan moral daripada mencari ke"viral"an semata dan tidak berorientasi kepada uang. Tentu dengan adanya jurnalisme warga ini menjadikan kekuatan baru bagi mereka yang belum diperhatikan oleh media mainstream. 

Namun, ada pula yang memiliki pandangan negatif atau kontra terhadap kehadiran jurnalisme warga ini. Jurnalisme warga dianggap tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mengumpulkan suatu data informasi yang kemudian diolah sebagai berita. Kemudian, karena kurangnya pelatihan dan keahlian, jurnalisme warga ini dianggap tidak memiliki pelatihan yang profesional dari seorang jurnalis senior. 

Kemudian, karena jurnalisme warga bebas menyuarakan dan menyebarluaskan suatu berita, maka terkadang isi dari berita tersebut terkadang hanya hal-hal yang sepele, seperti sarapan, mobil favorit dan hal lain sebagainya.

Dari berbagai pandangan ini, membuat jurnalisme warga menjadi hal yang banyak diperbincangkan. Tentunya jurnalisme warga mempunyai ciri khas yang tidak semua media punya. Apa saja ciri khas tersebut?

Jurnalisme Warga: Ciri Khas yang Menjadi sebuah Kekuatan

Menurut Widodo dalam bukunya (2019, h. 68-71), jurnalisme warga terkenal dengan kebebasannya. Kebebasan yang dimaksud adalah jurnalis warga bebas untuk membuat berita kapanpun dan di manapun mereka berada. Bahkan bebas kapanpun untuk mengunggahnya. 

Akan tetapi, terdapat gatekeeper yang lebih luwes ketimbang media mainstream yang ada kebanyakan. Mereka seolah bercerita kembali dengan ciri khas masing-masing. Gaya bahasa yang tidak formal dan luwes membuat jurnalisme warga menjadi kelihatan lebih "bebas" tetapi bertanggung jawab.

Meskipun bebas, di dalam jurnalisme warga terdapat editor yang mengadopsi beberapa nilai-nilai dalam jurnalistik. Akurasi, fairness, balance, dan objektivitas yang tinggi digunakan oleh editor untuk merevisi karya jurnalistik yang ada. 

Jurnalisme warga mengakomodasi keberagaman perspektif. Setiap individu memiliki cerita uniknya sendiri, dan jurnalisme warga memberikan suara kepada mereka yang mungkin tidak terdengar dalam media konvensional. Dari sudut pandang lokal hingga pengalaman pribadi, keberagaman ini memperkaya pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita.

Bentuk jurnalisme warga tidak terikat pada format tertentu. Dari tulisan blog hingga video, dari gambar hingga live streaming, masyarakat memiliki fleksibilitas untuk memilih cara mereka menyampaikan informasi. Ini menciptakan ruang kreativitas yang tak terbatas dan memungkinkan penyampaian pesan yang lebih menarik dan meyakinkan.

Dalam era informasi instan, jurnalisme warga memberikan keunggulan respons yang cepat terhadap peristiwa. Masyarakat dapat menyampaikan berita secara real-time, memberikan pemahaman lebih lanjut dan detail tentang situasi yang sedang berkembang.

Jurnalisme warga secara alami terfokus pada isu-isu lokal dan regional. Masyarakat yang aktif berpartisipasi dalam jurnalisme warga cenderung lebih peduli terhadap isu-isu yang mempengaruhi komunitas mereka. Hal ini membantu menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang tantangan dan potensi yang dihadapi oleh suatu wilayah.

Dari Tulisan Blog Hingga Video Konten: Era Awal Jurnalisme Warga

Tulisan blog adalah langkah awal yang monumental dalam menggiring masyarakat ke dalam dunia jurnalisme warga. Individu yang berbagi pemikiran, pengalaman, dan pandangan mereka sendiri melalui platform blog membawa perubahan signifikan dalam cara kita mengonsumsi berita. Tulisan blog memberikan suara kepada mereka yang sebelumnya tidak terdengar dalam media konvensional.

Pada awalnya, tulisan blog menjadi sarana utama bagi individu untuk berbagi pengalaman, cerita, dan pemikiran mereka. Artikel ini akan melacak sejarah perkembangan tulisan blog sebagai awal mula jurnalisme warga. Selain itu, kami akan membahas pergeseran menuju format konten visual, seperti vlog dan video, sebagai bentuk evolusi jurnalisme warga.

Kemunculan media sosial, seperti Facebook dan Twitter, telah mengubah cara informasi lokal disebarkan. Kami akan membahas bagaimana media sosial telah memberdayakan individu untuk menjadi jurnalis amatir, menyuarakan isu-isu lokal, dan membangun komunitas berbasis informasi.

Aplikasi Berita Kolaboratif: Masyarakat sebagai Jurnalis Kolaboratif

Perkembangan selanjutnya dalam tren jurnalisme warga adalah aplikasi berita kolaboratif. Dengan adanya platform seperti Citizen Journalist dan Voices of the People, masyarakat dapat secara aktif berpartisipasi dalam melaporkan berita, membagikan gambar, dan memberikan informasi real-time tentang peristiwa penting di sekitar mereka. Artikel ini akan menjelajahi cara aplikasi berita kolaboratif menghubungkan masyarakat dan memberikan kontribusi signifikan dalam pembentukan berita lokal.

Meskipun tren jurnalisme warga memberikan peluang besar untuk demokratisasi informasi, ada pula tantangan yang perlu diatasi, termasuk masalah kebenaran informasi, etika pelaporan, dan risiko menyebarkan informasi palsu. Kami akan menggali tantangan ini sambil menyoroti peluang bagi pengembangan jurnalisme warga yang lebih etis dan terpercaya.

Dengan adanya tren jurnalisme warga yang semakin menguat, masa depan informasi tampaknya akan semakin didefinisikan oleh partisipasi masyarakat. Kita dapat mengantisipasi perkembangan lebih lanjut dalam teknologi dan aplikasi yang akan memperkuat peran masyarakat dalam pembentukan narasi informasi global.

Dari tulisan blog hingga aplikasi berita kolaboratif, tren jurnalisme warga adalah cerminan perubahan dinamis dalam dunia informasi kita. Sementara masyarakat menjadi lebih terlibat dalam proses pembentukan berita, tantangan etika dan kebenaran informasi perlu diatasi secara bijaksana. Mari kita sambut tren ini dengan kehati-hatian, memastikan bahwa peran masyarakat dalam jurnalisme warga membawa manfaat positif bagi pemahaman kita tentang dunia.

Daftar Pustaka

Widodo, Y. (2020). Buku Ajar Jurnalisme Multimedia. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun