Tentunya, hal ini sangat menarik bagi para pembaca terkhususnya generasi milenial dan generasi Z. Ketika kita membuka situs VIK, kita sudah disuguhkan oleh berita bergambar yang berjudul "Punan Batu". Kita bisa melihat gambar animasi seorang anak dengan ikat kepala dan berbaju biru sedang membawa batang kayu kecil yang memiliki satu cabang dahan.
Ketika kita sudah membuka berita tersebut, kita ditawarkan untuk membaca berita dengan musik, agar bisa menampilkan suara-suara yang bisa membawa para pembaca seperti terjun langsung ke dalam suku Punan Batu. Gaya berceritanya pun layaknya dongeng yang diceritakan sebelum tidur. Tapi, isi dari berita ini sangatlah berbobot dan memuat data-data informasi yang lengkap mengenai topik tersebut.
Hal ini menjadi bukti bahwa perkembangan jurnalisme multimedia di Indonesia patut diacungi jempol. Tentunya hal ini bisa membawa para generasi milenial dan generasi Z untuk meningkatkan literasinya dengan membaca di Visual Interaktif Kompas.Â
Karakteristik generasi Milenial dan generasi Z yang kurang menyukai informasi dalam bentuk teks yang terlalu banyak dan lebih memilih informasi yang bersifat multimedia (Viranda dalam Yanti Desy, 2019). Hal ini menjadi alasan yang tepat untuk Visual Interaktif Kompas hadir untuk para pembaca di Indonesia.
Visual Interaktif Kompas adalah salah satu bentuk perusahaan media yang sudah mulai menggunakan jurnalisme multimedia dalam mempublikasikan hasil jurnalistiknya. Tentunya, VIK ini harus tetap dilanjutkan karena isi beritanya sangat mendalam dan disajikan secara menarik.Â
Bentuk Keseriusan Kompas dalam Dunia Digital Multimedia
Kompas sangat serius untuk mengarungi dunia digital. Kita bisa melihat keseriusan itu di tahun 1995, tepatnya pada tanggal 14 September, Kompas sudah mulai merambah ke dunia digital. Ketika itu, domainnya masih Kompas.co.id. Pada awal 1996, domain dan namanya menjadi Kompas.com.Â
Awalnya, Kompas Online atau bisa disebt dengan Kompas.co.id hanya menyajikan koran versi cetak yang dipublikasikan di situs ini. Hal yang paling unik dalam periode ini adalah mereka menghadirkan versi bahasa Inggris dan juga versi bahasa Belanda. Namun, hal ini belumlah cukup untuk menggaet para pembaca di internet. Maka dari itu, Kompas Online menghadirkan Kompas Online Plus untuk berita-berita update.Â
Setelah itu, berdirilah Kompas Cyber Media pada bulan Agustus 1998. Kompas Cyber Media ini didirikan oleh Jakob Oetama untuk mengakselerasi pertumbuhan Kompas Online dari sisi editorial dan bisnis. Hal ini sejalan dengan Ninok Leksono selaku mantan dirut PT Kompas Cyber Media dan Pimpinan Redaksi pertama KCM pada kala itu.
"Jadi dari falsafahnya disadari kemudian bahwa medium ini lebih kaya kemampuannya dibanding hanya sekadar untuk menampung versi cetak. Dia itu harus mampu menampung kemampuan yang lain. Dalam hal ini lama-lama kan disadari kalau mau dikembangkan maka dibutuhkan orang. Itulah makanya dibentuk KCM, Agustus 1998 dalam suatu upacara di (Hotel) Santika, peluncuran KCM......Media online itu bukan media cetak yang ditaruh di online lalu didiemin, tapi juga harus di-update"