Mohon tunggu...
Dionisius Yuan Stefanus
Dionisius Yuan Stefanus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Seorang mahasiswa program studi ilmu komunikasi yang tertarik dalam bidang kepenulisan dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kadet 1947: Kisah Perjuangan Para Kadet dari Pangkalan Maguwo untuk Indonesia

12 September 2023   13:00 Diperbarui: 17 September 2023   21:51 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Channel Youtube Temata Studios

*Artikel ini mengandung bocoran film, jadi bagi yang belum menyaksikan, dipersilahkan menyaksikannya terlebih dahulu.

Jika ingin melihat gambaran besar para pejuang berjuang mempertahankan negaranya, kamu bisa menonton film ini. Bagi saya, film ini sangat berkesan dan membuat saya merinding karena perjuangan para pejuang Indonesia pada kala itu.

Film ini bercerita tentang para pejuang yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Film "Kadet 1947" telah tayang di layar bioskop pada tanggal 25 November tahun 2021.

Film ini bisa dibilang sangat memukau. Sayangnya, ketika film ini ditayangkan di sinema hanya ditonton oleh 97.625 penonton saja. Akan tetapi, ketika film ini sudah memasuki Netflix, film ini bisa tembus 10 besar film yang paling banyak ditonton di Netflix indonesia. 

Bisa dibilang dampak dari adanya media streaming sangat berpengaruh pada film ini. Padahal film ini bisa dibilang sangat bagus dan menarik untuk ditonton. Media-media streaming inilah yang menambah kita semakin betah lagi menonton film tanpa harus pergi ke sinema. Kita bisa dengan santainya menonton film dengan merebahkan badan. Bahkan kita bisa bebas menontonnya di manapun dan kapanpun kita mau.

Sebelum terlalu jauh, apakah kalian tahu arti dari film itu sendiri? 

Film adalah kumpulan gambar yang bergerak dan menampilkan suatu narasi pesan komunikasi kepada khalayak luas (Vita, R.A., 2022).

Cerita ini berawal dari Belanda yang berusaha merebut kembali tanah Indonesia setelah 2 tahun kemerdekaan Indonesia dikumandangkan. Bisa dibilang peristiwa ini adalah gambaran peristiwa Agresi Militer Belanda yang pertama pada kala itu. 

Dalam film tersebut, ditampakkan Pasukan Belanda sedang gencar-gencarnya melakukan agresi pertamanya pada bulan Juli sekitar tahun 1947. Agresi ini dilancarkan di pulau Jawa dan Sumatra. 

Yogyakarta menjadi salah satu kota yang sering digempur oleh pasukan Belanda. Hal ini dikarenakan Yogyakarta menjadi sentral utama pemerintahan kala itu, setelah keputusan memindahkan ibu kota dari Jakarta. 

Maka dari itu, berbagai cara para pejuang Indonesia mempertahankan kemerdekaan telah lakukan. Salah satunya melalui pangkalan udara Maguwo yang sekarang menjadi Bandara Adisutjipto. 

Pangkalan Udara Maguwo menjadi saksi perlawanan balik para pejuang melawan Belanda lewat jalur udara. Lantas bagaimana kisahnya?

Kisah 7 Kadet yang Melawan Perintah

Kisah ini berawal dari para kadet yang mempunyai tekad dan keinginan yang lebih untuk melawan pasukan Belanda. Akan tetapi kesempatan itu tak pernah diberikan oleh atasannya. Tugas mereka hanya membuat pesawat umpan dan memperbaiki pesawat yang rusak.

Mereka memiliki keinginan lebih untuk menerbangkan pesawat dan menyerang pasukan Belanda. Alhasil, mereka menyelinap untuk menemukan pesawat-pesawat yang disembunyikan di hutan oleh pasukan Indonesia yang memiliki pangkat di atas para kadet.

Sebelum terlalu jauh, mungkin kita bisa berkenalan dulu siapa pemeran para kadet yang ada di film ini. 

Nama para kadet tersebut adalah Sutardjo Sigit (Bisma Karisma), Mulyono (Kevin Julio), Suharnoko Harbani (Omara Esteghlal), Bambang Saptoadji (Marthino Lio), Sutardjo (Wafda Saifan), Kapoet (Fajar Nugra), dan Dulrachman (Chicco Kurniawan).

Para kadet menemukan satu pesawat yang berada dalam sebuah gubuk besar dan itu menarik perhatian mereka. Pesawat tersebut adalah pesawat Pangeran Diponegoro II. Pesawat Ini adalah pesawat bomber milik Jepang yang dirampas oleh pasukan Indonesia dan sudah dimodifikasi sedemikian rupa. Tapi, pesawat ini belum bisa mengudara dikarenakan pompa bahan bakarnya yang rusak.

Sigit, salah satu kadet merasa pernah melihat pesawat itu di sungai dekat rumahnya. Pada malamnya, Adji, Suharnoko, dan Sigit menemui pimpinan mereka yakni Laksda Adisutjipto untuk membicarakan hal tersebut. Tetapi mereka dilarang untuk pergi menuju tempat tersebut.

Lantas, pada malam itu juga Sigit, Adji, Sutardjo, dan Dulrachman menyelinap keluar untuk mencari bangkai pesawat Pangeran Diponegoro I. Pada akhirnya, bagian pesawat yang dicari dapat ditemukan. Bagian tersebut langsung dipasang di pesawat Pangeran Diponegoro II.

Sumber: Channel Youtube Temata Studios
Sumber: Channel Youtube Temata Studios

Penyerangan terhadap Maguwo

Belanda mengetahui banyak pesawat milik Indonesia yang disembunyikan di dalam lumbung dan juga hutan. hal ini dikarenakan terdapat pengkhianat yang menjadi pasukan inti di pangkalan udara Maguwo. 

Tentunya hal ini menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi pasukan Indonesia. 15 orang tewas dalam penyerangan tersebut. Pesawat-pesawat pun juga banyak yang sudah hancur.

Kobaran api di mana-mana, korban-korban bergeletakkan, puing-puing pesawat bertebaran. Hanya ada satu kata yang bisa menggambarkan kondisi tersebut, "kehancuran".

Serangan Balik dari Maguwo untuk Indonesia

Terlukanya para pasukan Indonesia, tak membuat mereka gentar. Walaupun masih terluka, 7 kadet itu siap bertempur membalas serangan dari Belanda.

Sasaran utama mereka adalah Semarang. Hal ini dikarenakan banyak pasukan Belanda yang bermarkas di sana.

Ada 4 pesawat yang setidaknya terbang untuk membalas serangan Belanda. Guntei, Hayabusha, Tjureng I, dan Tjureng II adalah pesawat tersebut. 

Sebelum berangkat, mereka mengumandangkan lagu bagimu negeri. Suara sayup-sayup menghantarkan semangat juang mereka untuk membela negara.

Padamu negeri kami berjanji
Padamu negeri kami berbakti
Padamu negeri kami mengabdi
Bagimu negeri jiwa raga kami 

Lagu Bagimu negeri membangkitkan semangat dari para kadet untuk pergi berperang. Mereka mulai menaiki pesawat dengan bangga dan gagah. Perjuangan mereka tidak boleh berhenti. Tak lama kemudian, pesawat mereka pun lepas landas.

Mereka menjatuhkan bom 2 kali pada saat subuh. Mereka menargetkan hanggar, artileri, dan logistik dari markas Belanda yang ada di Semarang. 

Taktik ini diprakarsai oleh Komodor udara Halim Perdanakusuma. Alhasil, Belanda kewalahan dan banyak menelan kerugian.

Penyerangan melalui udara pada tanggal 29 Juli 1947 adalah operasi penyerangan udara pertama yang menjadi pernyataan bahwa Indonesia masih menunjukkan eksistensinya dan berita ini tersiar hingga dunia internasional.

Penyerangan ini juga menjadi pembangkit moral bagi para pasukan di Indonesia untuk semakin berjuang dalam membela tanah air Indonesia.

Kegigihan adalah Kunci

Kegigihan dari para kadet membuat kita tersadar akan suatu hal. Kita tidak akan bisa menggapainya apabila kita tidak memperjuangkannya dengan gigih dan tekad yang kuat. 

Film ini membuktikan bagaimana kegigihan mereka dalam mewujudkan cita-cita mereka yaitu menerbangkan pesawat untuk menyerang pasukan Belanda. 

Jatuh bangun mereka rasakan bersama-sama. Mereka nekat untuk melakukan suatu hal karena mereka percaya terhadap apa yang mereka jalani. 

Kegigihan adalah kunci untuk kita dapat meraih kesuksesan dan meraih apa yang kita cita-citakan selama ini.

Keberhasilan Film Indonesia Tentang Sejarah 

Film Kadet 1947 bisa dikatakan film yang sangat memukau. Film yang mengenai peperangan dan sejarah Indonesia sudah banyak bertebaran, seperti Merah Putih (2009), Darah Garuda (2010), Hati Merdeka (2011), Soekarno (2013), dan masih banyak lagi. Akan tetapi film yang digarap dengan kualitas yang tinggi dan lain sebagainya, Film kadet 1947 adalah jagoannya. 

Perkembangan yang paling terlihat adalah dari kemajuan teknologi. Tentunya ada kemajuan signifikan dalam teknologi film, yang mengarah pada peningkatan efek khusus, sinematografi, dan kualitas produksi secara keseluruhan. Ini dapat menghasilkan adegan-adegan aksi yang lebih mengesankan secara visual dan dipoles secara teknis. Bisa dibilang film ini menambahkan beberapa efek yang keren dan sinematografi yang patut diacungi jempol.

Lantas, Bagaimana dengan Bangsa Indonesia ke Depan?

Bangsa Indonesia sudah seharusnya mempertahankan kemerdekaan yang sudah kita raih sejak dulu. Kita jangan mau tercerai berai oleh kondisi apapun. Kita boleh saja berbeda pendapat, akan tetapi jangan jadikan itu sebuah permusuhan akan tetapi, jadikan itu sebuah acuan persatuan. 

Daftar Pustaka

 Astuti, R.A.V. (2022). Filmologi Kajian Film. Yogyakarta: UNY Press

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun