Mohon tunggu...
Dionisius Riandika
Dionisius Riandika Mohon Tunggu... Guru - Seorang Educator, Hipnomotivator, Hipnoterapis, Trainer, Penulis

Lahir di Kota Ambarawa, Kabupaten Semarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Atalarik

11 November 2024   20:46 Diperbarui: 12 November 2024   11:56 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Siang ini mentari begitu terik. Angin yang menggoyangkan daun kamboja di halaman tak mengirim hawa sejuk meski hanya secarik. Di balik jendela, aku tekun menatap biru langit. Kuntum-kuntum awan kuanggap kanak-kanak yang sedang bermain di tanah lapang. Seperti kita dulu.

Atalarik, kita adalah sepasang manusia yang tak mengenal panas terik. Kita kerap berlarian di halaman berumput hijau. Saling berkejaran tak menghirau andai kulit menghitam dan menjadi burik. Kita terlalu memuja kebersamaan. Bahkan, waktu tak pernah mampu mengingatkan kita. Kita bebas mengarungi hari tanpa jeda. Kita adalah pasangan kekasih yang “gila”.

Aku tak bisa menahan senyum tiap kali mengingat masa-masa itu. Tapi, sekarang aku bahkan tak berani keluar rumah meski sekadar untuk menyapa kamboja yang sejak kecil kita pelihara. Aku takut akan terik matahari. Aku takut berlarian menghabiskan hari. Aku takut jika itu akan membawaku kembali pada ingatan bersamamu. Aku tak mau mengganggumu yang kini tenang bermain bersama kanak-kanak awan di langit biru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun