Pada umumnya setiap sekolah menengah mempunyai tugas untuk meluluskan siswanya. Siswa tidak hanya harus lulus dengan nilai UN yang baik dan memuaskan, tetapi mereka juga dituntut harus memiliki karakter yang baik. Oleh karena itu, sekolah di sini bertanggungjawab mendidik siswa dengan berbagai pelajaran, dan juga bertugas dalam pembentukan karakter siswa. Kedua aspek ini dapat dicapai dengan baik melalui sekolah plus asrama.
Sekolah plus asrama adalah sekolah yang di dalamnya ada asrama. Adalah suatu keharusan di mana siswanya diwajibkan untuk tinggal menetap di dalam asrama yang berada dalam lingkungan sekolah. Sekolah bukan hanya tempat untuk mengenyam pendidikan, tetapi juga sebagai tempat tinggal sementara. Ini berarti semua kegiatan siswa berlangsung dalam satu tempat, tetapi dalam nuansa yang berbeda. Saat jam sekolah, siswa diatur secara kurikulum sekolah dan setelah jam pelajaran usai, siswa berada dalam jam-jam yang dikontrol oleh staf asrama.
Dalam format sekolah yang seperti ini, siswa akan lebih mandiri. Mengapa? Siswa yang tidak lagi tinggal bersama orangtua akan berusaha untuk mengurusi diri sendiri. Dengan keadaan tak bergantung lagi terhadap orangtua (tak bergantung lagi, bukan berarti siswa sudah harus menanggung biaya hidupnya sendiri), siswa dilatih untuk bagaimana tidak lagi manja ataupun cengeng. Hal ini akan terealisasi dengan baik, bila asrama membatasi jam kunjungan bagi yang ingin bertamu. Kebiasan menghemat juga akan tertanam bagi para siswa di sini, karena mereka harus dibiasakan dengan uang jajan yang terbatas dari orangtua. Maka itu Siswa yang tamat dari sekolah-sekolah seperti ini akan jelas kelihatan lebih dewasa dari siswa yang tamat dari “luar” (sekolah non asrama).
Hidup bersama dalam keadaan seperti ini akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berinteraksi yang harmoni dengan sesama. Baik dengan sesama, maupun dengan para staf pengajar dan staf asrama. Hal ini sangat memampukan siswa belajar tentang bagaimana hidup bersosial dengan orang lain di samping mereka. Kelak saat mereka sudah harus benar-benar hidup mandiri, mereka akan lebih memahami situasi sosial masyarakat.
Sekolah plus asrama lebih aman. Di asrama, selama sehari sudah tentu para siswa akan terus dipantau oleh para guru (saat jam sekolah) dan staf asrama (saat jam luar aktivitas sekolah). Manfaat yang bisa diambil adalah bahwa para siswa tidak akan melakukan hal-hal aneh layaknya kelakuan remaja-remaja di luar. Contohnya mereka akan terbebas dari tawuran. Jika dibandingkan dengan sekolah “luar” yang dikontrol secara terpisah, siswa dalam sekolah plus asrama akan lebih aman. Ini dikarenakan siswa “luar” tidak mendapat pengawasan yang ketat dibandingkan mereka yang tinggal di “dalam”. Siswa “luar” banyak menghabiskan waktu untuk hura-hura tidak jelas akibat masa pubertas yang sementara dilalui, sementara siswa dalam asrama terkontrol dengan baik dan ketat dalam aturan yang jelas.
Sekolah “luar” tidak memiliki kontrol yang pasti untuk kegiatan ekstrakulikulernya. Sementara sekolah “dalam” ini sangat pasti mengisi jam-jam senggangnya dengan kegiatan ektrakulikuler seperti perlombaan-perlombaan ataupun kegiatan menarik lain seperti pentas seni, lomba mading, olahraga. Semua ini bermaksud untuk menghindarkan siswanya dari akibat pubertas itu sendiri dan juga untuk menghindarkan mereka dari kejenuhan karena terus berada dalam asrama. Bukankah begitu?
Di akhir uraian singkat berani mengatakan bahwa sekolah plus asrama jauh lebih matang dari sekolah “luar”. Sekolah seperti ini lebih berhasil dalam pendidikan di Indonesia, karena mampu meluluskan para siswanya secara akademik dan mampu membentuk pribadi yang berkarakter. Sekian dan terima kasih!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H