Mohon tunggu...
Dion Ginanto
Dion Ginanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru, Peneliti, Penulis, dan Pengamat Pendidikan

Dion Ginanto received his undergraduate degree in TESOL (Teaching English as a Second Language) from Jambi University. He was awarded “MAWAPRESNAS” (the best student award by the Ministry of Education and Culture) in 2006. He was also an AIYEP-er 2007/2008 (Australia Indonesia Youth Exchange Program). In 2009, he joined to the short course training of the KAPLAN TKT program in New Zealand. Currently, he is doing his master at Michigan State University (MA, K-12 Educational Administration). He has published his first book entitled: “Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif: Cara Mengobati 10 Penyakit Profesional. He works at SMA N 1 Batanghari, Jambi, as a teacher. He also teaches at Islamic State University Jambi, and IAIN Batanghari Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hardiknas: Bangkitkan Semangat Belajar dari Rumah

2 Mei 2020   12:51 Diperbarui: 2 Mei 2020   13:05 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

131 tahun silam, tepatnya pada tanggal 2 Mei lahirlah sosok bayi yang hingga kini mewarnai arah pendidikan di tanah air. Sosok itu adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat dari tanah Yogjakarta. Meski terlahir dari keluarga Ningrat, tidak lantas membuat mantan Menteri Pendidikan pertama di Indonesia itu jumawa. 

Malah sebaliknya, ia ingin menanggalkan gelar kebangsawanannya. Ia ingin mengikis gap antara kaum bangsawan dan jelata. Maka ia memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Dengan demikian ia dengan mudahnya bergaul dengan sesiapa, tanpa ada jurang pemisah kasta yang saat itu masih menjadi pembeda.

Perjuangan Ki Hajar Dewantara tentu tidak mudah. Semasa hidupnya ia sering berurusan degan Belanda, menjadi tawanan penjajah, hingga menjalani masa pengasingan. Namun semangatnya untuk memperjuangkan pendidikan di tanah air yang kala itu belum bernama Indonesia, tidak pernah pudar. Api semangat untuk membela tumpah darahnya tak pernah padam.

Tulisan-tulisan yang sangat tajam mengkritisi penjajah sebanding dengan perjuangan mengakat bambu runcing, keris, atau senjata lainnya. Taman Siswa yang ia dirikan bersama rekan sejawatnya sering memperoleh hambatan, rintangan, bahkan acaman dari pemerintah kolonial. 

Di bawah bayang-bayang hukuman, ia tetap berdiri di garda terdepan memperjaungakan pendidikan yang ia yakini sebagai faktor utama kemajuan Bangsa. Maka tak berlebihan jika kemudian Presiden Soekarno menjadikannya sebagai pahlawan pendidikan, dan mengabadikan tanggal lahirnya sebagai hari pendidikan nasional.

Lalu, sebagai anak cucu pergerakan dan ideologi Ki Hajar, kitapun harus mewarisi semangat memperjuangakan pendidikan. Pandemi Corona bukanlah menjadi alasan untuk tidak belajar. 

Justru belajar dari rumah dapat memantapkan pendidikan yang tidak diajarkan di sekolah. Syaratnya adalah orangtua harus ikut andil dan aktif dalam usaha mencerdaskan kehidupan Bangsa, seperti yang dicita-citakan Ki Hajar Dewantara.

Belajar di rumah, memaksimalkan peran orangtua

Ki Hajar Dewantara menganggap penting peran orangtua dalam pendidikan. Baginya, pendidikan pertama bagi anak adalah bersumber dari keluarga. Oleh karenanya, pandemi Corona yang melanda hampir seluruh belahan dunia bukanlah menjadi masalah, ketika orangtua dapat memaksimalkan perannya di rumah. Pendiri Taman Siswa ini berpendapat ada tiga peran orangtua sebagai pendidik di keluarga: penuntun, pengajar, dan pemberi contoh (Suprihoko, dalam Janika, 2017).

Sebagai penuntun, peran orang tua tidak boleh dikesampingkan. Pada peran inilah, karakter anak dibentuk. Oleh karenanya, sebisa mungkin orangtua harus berusaha menutupi keburukannya di hadapan anak-anaknya, serta menggantikan dengan budi pekerti luhur.

Masa Pandemi Corona sangat memberi ujian tersendiri baik orangtua dan anak. Anak merasa bosan berada di rumah terus menerus, sementara orangtua pun merasakan hal yang sama. Apalagi, tentu Corona berimbas pada perekonimian keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun