Namun, justru dengan ujian inilah, karakter orangtua dan anak dapat terbentuk. Orangtua harus tetap berfikir jernih serta yakin bahwa dengan pengorbanan mendidik anak di rumah semasa Corona akan berbuah manis pada waktunya.
Agar proses pendidikan di saat wabah Corona efektif, maka orangtua dan anak harus bersama-sama membuat kesepakatan target dan jadwal belajar di rumah (Ginanto, 2020). Meski orang tua mempunyai kendali atas anak di rumah, namun anak tidak boleh ditinggalkan dalam setiap keputusan keluarga, termasuk aturan di rumah selama Karantina.
Peran kedua menurut salah satu anggota Tiga Serangkai ini, adalah orangtua sebagai pengajar. Inilah mengapa Ki Hajar juga sangat concern pada pendidikan perempuan. Karena pada akhirnya, Ibu adalah sebagai muara pengajaran pada anak-anak mereka. Ki Hajar mempunyai pendangan bahwa guru atau pengajar terbaik anak adalah Ibu di rumah, karena Ibu memiliki ikatan emosional yang tinggi serta mengetahui karakter anak, sehingga anak lebih mudah memahami karena telah memiliki bonding dengan ibu ketimbang dengan bapak (Rahardjo, 2009).
Oleh karenanya, peran emak-emak sangat penting untuk minimal mendampingi anak ketika mereka melaksanakan pendidikan daring. Ibu dibantu dengan Ayah harus bersedia membantu apabila anak mempunyai tugas atau PR dari guru, serta mengarahkan untuk mencari sumber ketika mereka tidak mampu menjawab atau mengerjakan tugas dari guru. Teknologi yang serba canggih menjadi keuntungan bagi orangtua masa kini, tinggal bagaimana orangtua dapat mengarahkan pada sumber yang tepat bagi anak dalam mengarjakan tugas selama belajar dari rumah.
Peran orangtua yang ke-tiga adalah sebagai pemimpin pekerjaan atau pemberi contoh. Anak dapat dikatakan sebagai prototype orangtua. Karena bagi anak, ibu adalah cinta pertamanya. Serta Ayah adalah pelindung dan panutan pertama bagi mereka. Sehingga setiap gerak langkah orangtua selalu direkam dan ditiru oleh anak.
Oleh karena itu, masa work from home orang tua harus memberi contoh bagaimana seharunya bekerja atau belajar dari rumah. Orangtua tidak boleh cuek atau acuh terhadap pekerjaan anak. Sesibuk apapun ibu di dapur, serepot apapun ayah mencari nafkah, harus tetap memberikan slot waktu untuk dapat bekerja sama dan bermain dengan anak.
Selain itu, work from home juga dapat dijadikan sebagai pendidikan informal bagi anak. Ibu dapat mengajari anak untuk memasak, mencuci piring, mencuci baju, serta urusan rumah tangga lainnya. Inilah saatnya Ibu dapat mengajarkan untuk memberi tanggungjawab pada anak.
Ayah dapat juga mengajarkan anak pekerjaan-pekerjaan yang dapat menghasilkan income. Atau pekerjaan teknis seperti servis mesin motor, mencuci motor atau mobil, membuat kerajianan kayu, membuat kola mikan, dll. Momen bekerja dan belajar dari rumah dapat mengajarkan anak life skill yang tidak diajarkan di sekolah. Dengan demikian, selesai wabah Corona, anak akan mendapatkan nilai-nilai dan modal yang lebih kuat untuk terjun di gelanggang dunia nyata nantinya.
Ketika orangtua telah bersemangat dalam mendukung proses belajar mengajar di rumah, tinggal sekolah dan pemerintah dapat memaksimalkan perannya dalam peningkatan kerjasama rumah dan sekolah. Di antaranya, guru tidak perlu memberikan tugas yang terlalu banyak dan bersumber dari LKS dan LKS dan LKS.
Guru hendaknya memberikan tugas yang memadukan antara pendidikan kognitif dan non-kognitif, sehingga orangtua dapat dengan mudah mendampingi anak dan membantu tugas-tugas anak dari sekolah. Sekolah juga tidak perlu memaksakan untuk video call menggunakan zoom atau piranti lain yang mengabiskan kuota internet, guru dapat memanfaatkan platform WhatsApp (WA) yang cendurung murah dan efektif.
Intinya, belajar dari rumah tidak perlu menuntut ketuntasan kurikulum, yang lebih penting adalah masa karantina ini dapat mengajarkan pada anak untuk dapat mengasah keterampilan berfikir kritis, berakhlak mulia, dan keterampilan hidup yang dibutuhkan anak ketika terjun di masyarakat kelak. Tentu, peran orangtau sangat vital untuk mewujudkannya.