Kajian Film Dokumenter "Limbung Pangan"
Â
Â
Limbung Pangan
Film Dokumenter ini menceritakan dampak strategis dan luas dari undang undang cipta kerja dan omnibus law yang terjadi pada industry pertanian di Indonesia. Pada Program pemerintah yaitu Food Estate (Lumbung Pangan) yang digadang gadang direncanakan untuk mengatasi ancaman krisis pangan. Namun pada kenyataannya program ini justru mengabaikan kesejahteraan petani dan mengancam hutan alam Indonesia.
film dokumenter berjudul Limbung Pangan ini lebih berfokus untuk memperlihatkan lahan lahan yang luas bertujuan tidak sesuai nya rancangan pemerintah dengan realita yang ada dan berakibat pada lahan yang justru mengalami kerusakan, dan juga beberapa footage untuk memperkuat isi cerita pada film Limbung Pangan ini, dan wawancara narasumber seperti film dokumenter pada umumnya. nya informasi tentang kebijakan pemerintah yang digadang gadang sebagai program sentralisasi.
Visualisasi padaMenit 11.44 -- 13.33Â
Menit 18.51 -- 19.27Â
Komposisi
Lahan yang berpengaruh pada kebijakan pemerintah ini tentunya tak sedikit, untuk memperlihatkan hal tersebut pada film ini lebih sering menggunakan komposisi gambar Landcape atau extreme long shot dan juga sering nya menggunakan Bird Eye agar dapat memperlihatkan seluruh keadaan sekitar lahan, dimana banyak nya lahan yang rusak diakibatkan tidak benar nya dalam proses perancangan yang dibangun oleh pemerintah, dan alhasil tidak program yang di rancang pun tidak memenuhi target yang sudah disepakati.Â
Dan Ketika proses wawancara menggunakan medium shot.
menit 15.53 Full shot
menit 16.07 bird eye
Menggunakan Full shot guna memperlihatkan dengan jelas aktivitas para petani yang sedang bercocok tanam
Framing Tokoh
Seluruh wawancara yang dilakukan dengan menggunakan komposisi dinamik untuk menempatkan objek pada garis imajiner atau biasa disebut rule of third. Penempatan objek pada salah satu titik empat bertujuan untuk menciptakan ruang kosong atau arah gerak narasumber. dilakukan dalam ruangan agar membuat penonton lebih berfokus pada narasumber
Dekor dan Property
Pada film ini tentunya menggunakan alat alat khusus bercocok tanam, dan atribut para tani, karena memperlihatkan aktivitas narasumber dalam membudidayakan tanaman yang ia rawat. Dan juga memberikan informasi jika mereka memang para petani sungguhan dalam artian memiliki pengalaman bertahun tahun lamanya.
Terdapat pula mesin mesin pembajak sawah yang diberikan oleh Kementrian Pertanian guna mempercepat proses pembudidayaan padi untuk mencapai target yang sudah ditentukan oleh pemerintah, hingga membuat militer dikerahkan untuk membantu dalam pembentukan sawah, namun masih saja belum mencapai target pemerintah. Sebab lahan pertanian telah dicetak para transmigran pada tahun 1982.
Latar Tempat
Berfokuskan lahan pertanian yang ditempati oleh narasumber yang bertempatan Sumatera Utara telah bekerja sama dengan pemerintah dalam program Food Estate, akan tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah tersebut menjadi tidak sesuai dan timbul nya ketidakjelasan arah kebijakan tersebut. Dan berakibat pada beberapa lahan para tani yang rusak, dan beralih fungsi karena program tersebut tidak mencapai target.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI