Mohon tunggu...
Jonathan Kedley
Jonathan Kedley Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Siswa SDH

(^)o(^)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perbandingan 2 Kerajaan Maritim Islam di Indonesia

17 Oktober 2019   23:59 Diperbarui: 22 November 2019   19:02 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raja pertama Banten (sumber : http://kataem.blogspot.com/2017/07/sultan-hasanudin-banten-ayam-jantan.html)

Sejarah masuknya Islam di Indonesia

Pada masa kedatangan agama Islam, penyebaran agama Islam dilakukan oleh para pedagang Arab dibantu oleh para pedagang Persia dan India. Abad ke 7 Masehi merupakan awal kedatangan agama Islam. Pada masa ini, baru sebagian kecil penduduk yang bersedia menganutnya karena masih berada dalam kekuasaan raja-raja Hindu-Budha. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan proses penyebarannya berlangsung dalam waktu yang lama yaitu dari abad ke 7 sampai abad ke 13 Masehi. Selama masa itu, para pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia makin intensif menyebarkan Islam di daerah yang mereka kunjung terutama di daerah pusat perdagangan. Di samping itu, para pedagang Indonesia yang sudah masuk Islam dan para Mubaligh Indonesia juga ikut berperan dalam penyebaran Islam di berbagai wilayah Indonesia. Akibatnya, pengaruh Islam di Indonesia makin bertambah luas di kalangan masyarakat terutama di daerah pantai. Sampai pada akhir abad ke 12 Masehi, kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya mulai merosot. Seiring dengan kemunduran pengaruh Sriwijaya, para pedagang Islam beserta para mubalighnya kian giat melakukan peran politik. Misalnya, saat mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya.

Ada 4 teori bagaimana Islam dapat masuk ke Indonesia, yaitu teori Gujarat, teori Persia, teori Cina, dan teori Makkah. Namun, yang paling tepat untuk kedua kerajaan ini adalah teori Gujarat. Teori Gujarat menyampaikan jika proses kehadiran Islam ke Indonesia ini datang dari Gujarat pada abad ke-13, Islam dibawa serta disebarkan oleh pedagang-pedagang Gujarat yang berkunjung di kepulauan Nusantara, Mereka meniti jalan perdagangan yang telah terjadi antara India dan Nusantara. Buktinya adalah terdapat batu nisan Sultan Samudra Pasai yakni Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak ciri khas Gujarat. Karena kedua kerajaan (Banten & Mataram) adalah pusat perdagangan pada masanya, jadi orang-orang dari negara berbeda juga pasti berdagang disana, dan pusat perdagangan juga telah dibuktikan menjadi tempat yang efektif untuk menyebarkan agama.

Kerajaan Banten (1526-1813) 

Kerajaan Banten terletak di wilayah barat Pulau Jawa sampai ke Lampung di Sumatra, Kesultanan Banten menjadi urat nadi pelayaran dan perdagangan yang melalui Samudera Hindia. Raja-raja (sultan) yang pernah memerintah kerajaan/kesultanan Banten adalah:

  • Maulana Hasanuddin (1552-1570)

Raja pertama Banten (sumber : http://kataem.blogspot.com/2017/07/sultan-hasanudin-banten-ayam-jantan.html)
Raja pertama Banten (sumber : http://kataem.blogspot.com/2017/07/sultan-hasanudin-banten-ayam-jantan.html)

Raja pertama Banten adalah Maulana Hasanuddin, di bawah pemerintahannya, banten berhasil menguasai lampung ( di sumatra ) yang banyak menghasilkan rempah-rempah dan selat sunda yang merupakan jalur lalu lintas perdagangan. Selama pemerintahannya, sultan hasanuddin berhasil membuat pelabuhan banten menjadi pelabuhan yang ramai dikunjungi para pedagang dari berbagai bangsa. banten kemudian berkembang menjdi bandar perdagangan maupun pusat penyebaran agama islam. setelah sultan hasanuddin wafat pada tahun 1570 M, ia digantikan oleh putranya yaitu maulana yusuf.

  • Sultan Ageng Tirtayasa [ Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah ] (1651 - 1683)

Raja terkenal Banten (sumber : https://www.kompasiana.com/nurwigati/5519122281331149739de128/sultan-ageng-tirtayasa-pahlawan-tersohor-dari-banten)
Raja terkenal Banten (sumber : https://www.kompasiana.com/nurwigati/5519122281331149739de128/sultan-ageng-tirtayasa-pahlawan-tersohor-dari-banten)

pada masa beliau memerintah, Banten mencapai masa kejayaannya. sultan ageng tirtayasa berusaha memperluas wilayah kerajaannya ini pada tahun 1671 M, sultan ageng tirtayasa mengangkat putranya menjadi raja pembantu dengan gelar sultan abdul kahar atau sultan haji. sultan haji menjalin hubungan baik dengan belanda. melihat hal itu, sultan ageng tirtayasa kecewa dan menarik kembali jabatan raja pembantu bagi sultan haji, akan tetapi, sultan haji berusaha mempertahankan dengan meminta bantuan kepada belanda. akibatnya terjadilah perang saudara. sultan ageng tirtayasa tertangkap dan dipenjarakan di batavia hingg beliau wafat pada tahun 1691 M.

  • Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1809 -- 1813)

Semenjak tahun 1809, Wilayah Kesultanan Banten sudah banyak diotak-atik penjajah Asing dengan pembagian-pembagian wilayah yang meminimalisir kekuatan pengaruh Kesultanan Banten dan untuk memperlemah perlawanan Rakyat Banten yang seringkali terus melawan. Akhirnya Pada tahun 1832, dikarenakan adanya perlawanan dari rakyat Banten yang terus menerus kepada pemerintah Hindia Belanda, terutama dengan adanya Bajak Laut Selat Sunda. Pemerintah Belanda menganggap adanya bantuan Kesultanan Banten dalam perlawanan tersebut, sehingga pada tahun tersebut Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin dan keluarga dibuang Belanda ke Surabaya hingga wafatnya pada tahun 1899 dan dimakamkan di Pemakaman Boto Putih Surabaya di seberang pemakaman Sunan Ampel.

Banten adalah pusat perdagangan berbagai negara, berbagai sumber asing, mulai dari sumber Tiongkok yang berjudul Shung Peng Hsiang Sung hingga berita Tome Pires, menyebutkan Banten sebagai salah satu dari beberapa rute pelayaran mereka. Dalam berbagai sumber pustaka Nusantara pun, Banten dikenal dengan berbagai nama, seperti Wahanten Girang dalam naskah Carita Parahyangan serta Medanggili dalam Tambo Tulangbawang dan Primbon Bayah. 

Banten yang menjadi maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat, Persia, Turki, Cina dan sebagainya. Di kota dagang Banten segera terbentuk perkampungan-perkampungan menurut asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab mendirikan Kampung Pakojan, orang Cina mendirikan Kampung Pacinan, orang-orang Indonesia mendirikan Kampung Banda, Kampung Jawa dan sebagainya. Walaupun menjadi pusat perdagangan, Banten tidak memiliki satupun alat matirim yang unik / berbeda dari kesultanan maritim lainnya.

Sama seperti kebanyakan kerajaan, Banten juga dilemahkan karena adanya perang saudara dan perebutan kekuasaan. kemunduruan kerajaan Banten berawal dari  perebutan kekuasaan. Situasi ini dimanfaatkan oleh VOC dengan memihak kepada Sultan Haji. Akhirnya, Sultan ageng ditahan VOC dan Banten pun mulai melemah.

Kerajaan Banten mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Dimana, Banten membangun armada dengan contoh Eropa serta memberi upah kepada pekerja Eropa. Namun, Sultan Ageng Tirtayasa sangat menentang Belanda yang terbentuk dalam VOC dan berusaha keluar dari tekanan VOC yang telah memblokade kapal dagang menuju Banten. Selain itu, Banten juga melakukan monopoli Lada di Lampung yang menjadi perantara perdagangan dengan negara-negara lain sehingga Banten menjadi wilayah yang multi etnis dan perdagangannya berkembang dengan pesat.

Kerajaan Banten mengalami kemunduruan berawal dari perselisihan antara Sultan Ageng dengan putranya, Sultan Haji atas dasar perebutan kekuasaan. Situasi ini dimanfaatkan oleh VOC dengan memihak kepada Sultan Haji. Kemudian Sultan Ageng bersama dua putranya yang lain bernama Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf terpaksa mundur dan pergi ke arah pedalaman Sunda. Namun, pada 14 Maret 1683 Sultan Ageng berhasil ditangkap dan ditahan di Batavia. Dilanjutkan pada 14 Desember 1683, Syekh Yusuf juga berhasil ditawan oleh VOC dan Pangeran purbaya akhirnya menyerahkan diri. Atas kemenangannya itu, Sultan Haji memberikan balasan kepada VOC berupa penyerahan Lampung pada tahun 1682. Kemudian pada 22 Agustus 1682 terdapat surat perjanjian bahwa Hak monopoli perdagangan lada Lampung jatuh ketangan VOC. Sultan Haji meninggal pada tahun 1687. Setelah itu, VOC menguasai Banten sehingga pengangkatan Sultan Banten harus mendapat persetujuan Gubernur Jendral Hindian Belanda di Batavia. Terpilihlah Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya sebagai pengganti Sultan Haji kemudian digantikan oleh Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Aabidin. Pada tahun 1808-1810, Gubernur Hindia Jenderal Belanda menyerang Banten pada masa pemerintahan Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin. Penyerangan tersebut akibat Sultan menolak permintaan Hindia Belanda untuk memindahkan ibu kota Banten ke Anyer. Pada akhirnya, tahun 1813 Banten telah runtuh ditangan Inggris.

Selama masa kepemimpinan lebih dari 3 abad, Kerajaan Banten memiliki beberapa bukti peninggalan yang menjadi kunci sejarah kejayaannya terdahulu, seperti berikut ini:

  • Masjid Agung Banten

Masjid agung Banten, salah satu masjid yang masih memiliki pengaruh hindu buddha (sumber : https://www.idntimes.com/travel/destination/rizna-m-hidayah
Masjid agung Banten, salah satu masjid yang masih memiliki pengaruh hindu buddha (sumber : https://www.idntimes.com/travel/destination/rizna-m-hidayah

Masjid Agung Banten adalah salah satu bukti peninggalan kerajaan Banten sebagai salah satu kerajaan Islam di Indonesia. Masjid yang berada di desa Banten Lama, Kecamaran Kaseman ini masih berdiri kokoh sampai sekarang. Masjid Agung Banten dibangun pada tahun 1652, tepat pada masa pemerintahan putra pertama Sunan Gunung Jati yaitu Sultan Maulana Hasanudin. Dari dulu sampai sekarang, fungsi dari masjid agung Banten tetaplah sama, yaitu sebagai tempat masyarakat beribadah, namun sekarang masjid agung Banten juga dapat dijadikan sebagai objek wisata turis, karena Masjid Agung Banten juga merupakan salah satu dari 10 masjid tertua di Indonesia yang masih berdiri sampai sekarang. Keunikan masjid ini yaitu bentuk menaranya yang mirip mercusuar dan atapnya mirip atap pagoda khas China. Selain itu, dikiri kanannya bangunan masjid tersebut ada sebuah serambi dan komplek pemakaman sultan Banten bersama keluarganya.

Masjid ini juga menjunjung sila ketiga dari pancasila, yaitu persatuan Indonesia, karena dengan menghargai Masjid Agung Banten, kita juga menghargai budaya dari agamanya, yang berujung dengan persatuan kokoh tanpa pandang tubuh, ras, agama, dll.

  • Istana Keraton Kaibon
  • Istana ini merupakan tempat tinggal bunda ratu Aisyah. Beliau merupakan ibunda dari Sultan Saifudin.
  • Istana Keraton Surosowan

Istana ini menjadi central pemerintahan Kerajaan Banten sekaligus tempat tinggal para sultan Banten.

Kerajaan Mataram (1586-1813)

Lokasi kerajaan Mataram Islam (sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Medang)
Lokasi kerajaan Mataram Islam (sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Medang)

Kerajaan Mataram Islam merupakan sebuah Kerajaan Islam yang berdiri di Pulau Jawa pada abad ke-16. Pada masa kejayaannya, Kesultanan Mataram menguasai seluruh tanah Jawa dan kawasan sekitarnya, termasuk Madura kecuali Batavia yang dikuasai oleh VOC.Kerajaan Mataram Islam berpusat di kawasan Kota Gede, Yogyakarta saat ini. Wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram sebelum tahun 1613 mencakup wilayah Kerajaan Pajang atau Jawa Tengah.Kemudian di bawah pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645) wilayah kekuasaan Mataram diperluas hingga mencakup kawasan Jawa Barat, sebagian Jawa Timur seperti Surabaya, Lasem, Pasuruan, Tuban dan Madura. Pada mulanya, kerjaan ini merupakan hadiah pemeberian dari raja Pajang untuk Ki Ageng Pemanahan, sebab jasanya yang telah mampu mengalahkan Arya Penangsang. Raja-raja yang pernah memimpin Mataram adalah :

  • Ki Ageng Pamanahan (1556-1584)

Raja pertama Mataram Islam (sumber : https://keraton.perpusnas.go.id/node/119)
Raja pertama Mataram Islam (sumber : https://keraton.perpusnas.go.id/node/119)

Raja pertama dari Kerajaan Mataram adalah Ki Ageng Pamanahan. Beliau merupakan pendiri Desa Mataram yang menjadi cikal bakal Kerajaan Mataram di tahun 1556. Desa Mataram ini awalnya berupa hutan yang bernama Alas Mentaok kemudian dijadikan pemukiman penduduk. Di tahun 1584 Ki Ageng Pamanahan menghembuskan napas terakhirnya dan dimakamkan di kawasan Kotagede.

  • RM. Rangsang [Sultan Agung] (1613-1645)

Raja terkenal Mataram Islam (sumber : http://ilhamadjiputrap.blogspot.com/2012/10/perlawanan-sultan-agung_8.html)
Raja terkenal Mataram Islam (sumber : http://ilhamadjiputrap.blogspot.com/2012/10/perlawanan-sultan-agung_8.html)

Sepeninggal Panembahan Anyakrawati, kekuasaan diteruskan ke putra Raden Mas Jolang, yakni Raden Mas Rangsang. Beliau memerintah mulai 1613 sampai 1645. RM. Rangsang lebih dikenal sebagai Sultan Agung, raja terbesar di Kerajaan Mataram. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai kejayaannya bahkan menguasai hampir seluruh wilayah Tanah Jawa. Sultan Agung tak hanya melakukan penaklukan wilayah, tapi juga gigih melawan VOC. Beliau wafat di tahun 1645 dan dimakamkan di Imogiri. Di masa pemerintahannya, kerajaan Islam ini berkembang pesat sebagai Kerajaan Agraris bukan sebagai Kerajaan Maritim.

  • Amangkurat II (1677-1703)

Raja terakhir Mataram Islam (sumber : https://www.geni.com/people/Pakoe-Boewono-I/6000000020359886765)
Raja terakhir Mataram Islam (sumber : https://www.geni.com/people/Pakoe-Boewono-I/6000000020359886765)

Amangkurat II merupakan pendiri Kasunanan Kartasura yang menjadi kelanjutan Kesultanan Mataram. Amangkurat II memerintah mulai tahun 1677 - 1703. Raden Mas Rahmat sering disebut juga sebagai Sunan Amral (Admiral) karena menjadi raja Jawa yang pertama kali menggunakan pakaian dinas berupa pakaian Eropa.

Kesultanan Mataram Islam mempunyai sebuah kapal perang yang dinamakan Batavia, yaitu sebuah kapal perang yang besarnya menyaingi kapal perangnya Belanda. Kapal ini diciptakan oleh Sultan Agung, dan kapal ini disenjatai bahan peledak dan panah api yang bahannya didapat dari dalam negeri.

Kapal Batavia (sumber : https://jakarta.go.id/artikel/konten/2663/batavia-kapal)
Kapal Batavia (sumber : https://jakarta.go.id/artikel/konten/2663/batavia-kapal)

Kerajaan Mataram Islam berada di pedalaman tanah Jawa, sehingga kondisi perekonomian waktu itu banyak mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber utamanya. Basis utama pertanian tersebut berada di Jawa bagian tengah dengan komoditas utamanya yang berupa beras. Dan pada abad ke-17, Kerajaan Mataram mampu menjadi pengeskpor beras terbesar yang ada di Nusantara. Selain betumpu pada sektor pertanian, Kerajaan Mataram Islam juga sukses dalam sektor perdagangan dengan komoditas utama berupa palawija dan juga beras.

Berbeda dengan kerajaan islam lainnya yang memiliki corak maritim, Kerajaan Mataram Islam lebih kepada corak agraris yang memiliki ciri feodal. Pada kehidupan budaya di dalam Kerajaan Mataram Islam berkembang pesat dalam bidang seni yang berupa seni sastra ataupun seni ukir, Lukis, dan bangunan.

Kelemahan dari Kesultanan Maritim Islam adalah tidak ada pembentukan pemimpin baru, dan terjadinya perang saudara didalam kerajaan. Perangnya dinamakan Perang Paregreg, perang ini berskala besar dan benar benar berdampak negatif terhadap kekuatan kerajaan.

Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan di bawah pemerintahan Raden Mas Rangsang atau sultan Agung. Pada masa pemerintahannya, ia memindahkan lokasi keraton ke Karta (Jawa. Kerta sehingga disebut Mataram Karta). Pemerintahannya mencakup wilayah Pulau Jawa dan Madura kecuali Batavia. Pada saat itu, wilayah Batavia dikuasai oleh pihak VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie ) Belanda. Sehingga, kekuatan militer kerajaan mataram membesar karena memiliki rasa anti kolonialisme. Karena sering mengalami gesekan dalam penguasaan perdagangan dengan VOC di Batavia, Kerajaan Mataram kemudian berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon untuk melawan VOC.

Masa keruntuhan Kerajaan Mataram sebenarnya mulai terlihat sejak kegagalannya mengusir VOC dari Batavia. Tapi keruntuhan tersebut terlihat jelas ketika Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered di tahun 1647. Di masa pemerintahan Amangkurat I, Kesultanan Mataram sering mengalami pemberontakan. Pemberontakan terbesar yang dipimpin oleh Trunajaya akhirnya memaksa Amangkurat I untuk berkoalisi dengan VOC. Pengganti Amangkurat I, yakni Amangkurat II juga kurang disukai oleh kalangan istana karena begitu tunduk oleh VOC. Hal ini memicu pemberontakan yang memaksa keraton dipindahkan ke Kartasura karena keraton yang lama dianggap sudah tercemar. Setelah Amangkurat II wafat, kekuasaan diturunkan ke Amangkurat III, Amangkurat IV dan Pakubuwana II. Tak seperti pendahulunya yang tunduk pada VOC, Amangkurat III tak tunduk pada VOC. Hal ini membuat VOC geram dan menobatkan Pakubuwana I sebagai raja. Adanya dua orang raja memicu perpecahan internal di kalangan keraton. Amangkurat III kemudian melakukan pemberontakan dan ditangkap di Batavia. Kekacauan politik baru bisa diredakan pada masa Pakubuwana III yang membagi wilayah Mataram menjadi dua yakni Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

Sisa-sisa kejayaan Kerajaan Mataram Islam masih bisa kita saksikan sampai saat ini. Beberapa peninggalan tersebut diantaranya sebagai berikut :

  • Pasar Kotagede

Pasar kotagede (sumber : https://www.kompasiana.com/ariflukman/54f3b5ea7455137a2b6c7e2c/berkelana-di-pasar-tertua-jogja)
Pasar kotagede (sumber : https://www.kompasiana.com/ariflukman/54f3b5ea7455137a2b6c7e2c/berkelana-di-pasar-tertua-jogja)

Tata kota kerajaan di Jawa umumnya memposisikan keraton, pasar dan alun-alun menurut poros utara --selatan, seperti pasar Kotagede ini. Pasar tradisional tersebut sudah ada sejak zaman Panembahan Senopati sampai sekarang. Pasar Kotagede terletak di Jl. Mentaok Raya, Purbayan, Kec. Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Fungsi dari Pasar Kotagede adalah sebagai tempat jual beli barang maupun bahan, dan fungsinya pun masih sama seperti fungsinya pada zaman dulu, namun sekarang Pasar Kotagede juga dapat digunakan sebagai objek wisata, sama seperti peninggalan-peninggalan kerajaan lainnya. Dengan adanya Pasar Kotagede, ekonomi Indonesia akan meningkat, karena ini adalah objek wisata dan juga tempat jual beli. Pasar ini juga menerima semua menjadi pengunjungnya, jadi pasar ini menjunjung sila kedua dalam pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Di hari pasaran dalam kalender Jawa seperti hari legi, pasar ini ramai oleh pengunjung, pembeli maupun barang dagangan.

  • Kompleks Makam Pendiri Kerajaan Imogiri

Kompleks makam Imogiri merupakan kompleks makam para pendiri Kerajaan Mataram Islam yang dikelilingi oleh tembok yang tinggi dan kokoh. Makam ini dijaga oleh beberapa abdi dalem berbusana adat Jawa selama 24 jam penuh. Gapura makam memiliki arsitektur gaya Hindu dengan pintu kayu tebal yang dihiasi ukiran indah.

Refleksi

  1. Dengan mengenal Warisan budaya secara mendalam dan benar, maka kita juga akan mengenal nilai-nilai yang terkandung didalamnya, dan hal itu akan membuat kita mengenal Indonesia lebih dalam lagi sebagai negara persatuan.
  2. Seperti yang telah ditulis di Alkitab, Allah memerintahkan Manusia untuk menaklukkan Bumi, dan segala isinya. Maka dari sanalah terbentuk kerajaan-kerajaan dan pemimpin-pemimpin Yang berbeda-beda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun