Nama                  : Dio Akbar Putra
NPM Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 23024010079
Dosen Pengampu      : Rizqi Novita Sari, S. ST., Mt.
Program Studi         : Agribisnis
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara agraris karena sebagian besar atau mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian selain itu Indonesia juga dilewati barisan pegunungan yang subur (Ayun, 2020). sebagai negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah, memiliki potensi besar di sektor agribisnis, mencakup pertanian, peternakan, perikanan, dan perhutanan. Kekayaan alamnya berupa tanah subur, iklim tropis, dan biodiversitas tinggi mendukung peningkatan perekonomian nasional dan ketahanan pangan. Namun, sektor agribisnis menghadapi tantangan seperti keterbatasan teknologi, infrastruktur yang belum memadai, dan kurangnya minat generasi muda untuk terlibat.
Ketahanan pangan adalah fondasi kesejahteraan masyarakat dan stabilitas nasional. Memperkuat sektor agribisnis sangat penting untuk memastikan ketersediaan pangan yang berkelanjutan, terutama di tengah ancaman global seperti fluktuasi harga pangan dan perubahan iklim. Keterlibatan generasi muda dalam agribisnis dapat memberikan inovasi dan efisiensi, serta menumbuhkan rasa nasionalisme melalui kontribusi pada sektor strategis ini. Dengan dedikasi yang tinggi, mahasiswa dapat menjadi garda terdepan dalam mempertahankan keutuhan bangsa dan menjamin masa depan Indonesia yang lebih baik (Puspita et al., 2022).
Generasi muda juga berperan penting dalam modernisasi agribisnis di era digital dan industri 4.0. Mereka dapat mempercepat transformasi sektor ini dengan penerapan teknologi seperti precision farming dan sistem manajemen berbasis data. Dengan akses yang lebih baik ke teknologi dan informasi, mereka dapat menciptakan inovasi dalam produksi dan pemasaran.
Keterlibatan generasi muda sejalan dengan upaya membangun kemandirian bangsa. Melalui pengembangan agribisnis yang berkelanjutan, Indonesia dapat meningkatkan ketahanan pangan, menciptakan lapangan kerja berkualitas, dan memperkuat ekonomi lokal. Oleh karena itu, penting untuk mendorong generasi muda agar melihat agribisnis sebagai sektor strategis, dengan program pendidikan dan pelatihan yang terintegrasi untuk memfasilitasi partisipasi mereka.
Â
ISI
1. Hubungan Agribisnis dan Bela Negara
Wujud bela negara ialah cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin akan kesaktian Pancasila, rela berkorban untuk bangsa dan negara, serta mempunyai kemampuan awal bela negara (Rahayu, 2019). Bela negara mencakup tidak hanya pertahanan fisik, tetapi juga kemandirian di berbagai aspek, termasuk ketahanan pangan. Ketahanan pangan adalah fondasi stabilitas negara, terutama di tengah ancaman global seperti perubahan iklim dan krisis energi. Dengan menciptakan ketahanan pangan yang kuat, Indonesia dapat menjaga stabilitas sosial dan ekonomi, yang mendukung keamanan nasional.
Agribisnis, yang mencakup seluruh rantai produksi dan distribusi hasil pertanian, memiliki peran sentral dalam menciptakan ketahanan pangan. Dalam Pelaknsanaanya agribisnis memainkan peran kunci menggerakan perekonomian (Sari, 2024) . Dengan mengembangkan sektor agribisnis, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan pangan, mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi harga pangan global, dan menjaga kemandirian nasional. Selain itu, agribisnis yang maju dapat meningkatkan kesejahteraan petani, yang merupakan pilar utama stabilitas sosial. Dengan pendapatan yang lebih baik, petani dapat mengakses pendidikan dan layanan kesehatan yang lebih baik, meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan. Semua ini mendukung visi bela negara dalam membangun bangsa yang kuat dan mandiri.
2.Peran Generasi Muda dalam Pengembangan Agribisnis
Generasi muda memiliki potensi besar dalam mendorong kemajuan agribisnis. Dengan akses yang lebih luas ke teknologi dan jaringan global, mereka dapat berkontribusi signifikan dalam transformasi sektor ini. Salah satu peran penting generasi muda adalah memperkenalkan inovasi teknologi ke dalam praktik pertanian. Teknologi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan big data dapat menciptakan sistem pertanian yang lebih efisien. Contohnya, penggunaan drone untuk pemantauan lahan atau aplikasi berbasis smartphone untuk manajemen pertanian.
Generasi muda juga menjadi pionir dalam mendirikan start-up agribisnis yang kreatif. Mereka menciptakan solusi untuk meningkatkan produktivitas petani, memperpendek rantai distribusi, dan memperluas akses pasar bagi hasil pertanian lokal. Dengan cara ini, generasi muda mampu menghubungkan petani kecil dengan pasar yang lebih luas, menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat.
Peran lainnya adalah sebagai pendidik dan penyuluh bagi petani, terutama di pedesaan. Mereka dapat membagikan pengetahuan tentang praktik pertanian modern, yang berpotensi meningkatkan hasil panen. Upaya ini membantu membangun komunitas pertanian yang lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan dan pasar. Selain itu, generasi muda dapat terlibat dalam advokasi dan kebijakan publik, mendorong kebijakan yang mendukung agribisnis, seperti insentif untuk petani muda dan program pelatihan berbasis teknologi.
3.Tantangan dan Solusi
Meskipun memiliki potensi besar, keterlibatan generasi muda dalam agribisnis menghadapi tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya minat anak muda terhadap sektor ini, yang sering dipandang kurang menarik dibandingkan bidang lain seperti teknologi. Diperlukan kampanye untuk mempromosikan agribisnis sebagai sektor yang menjanjikan dengan menampilkan kisah sukses pengusaha muda.
Tantangan lain adalah keterbatasan modal, yang menjadi hambatan bagi anak muda untuk memulai usaha agribisnis. Memulai bisnis di sektor ini membutuhkan investasi besar, sementara akses pembiayaan masih terbatas. Pemerintah dan sektor swasta perlu menyediakan program pembiayaan berbunga rendah atau hibah untuk start-up agribisnis. Inkubasi bisnis juga dapat membantu generasi muda dalam perencanaan dan manajemen usaha.
Kurangnya akses ke teknologi modern, terutama di pedesaan, menjadi kendala. Ketimpangan ini menghambat generasi muda dalam memanfaatkan potensi agribisnis secara maksimal. Solusi yang dapat dilakukan adalah menyediakan program pelatihan berbasis teknologi yang melibatkan kolaborasi antara pemerintah, universitas, dan sektor swasta. Program ini dapat mencakup pelatihan penggunaan alat modern dan manajemen data untuk mendukung keputusan pertanian yang lebih baik.
PENUTUP
Dalam menghadapi tantangan global dan domestik, pengembangan agribisnis di Indonesia menjadi sangat penting untuk mencapai ketahanan pangan dan kemandirian nasional. Sektor ini tidak hanya berperan dalam menyediakan pangan bagi masyarakat, tetapi juga mendukung stabilitas sosial dan ekonomi. Keterlibatan generasi muda dalam agribisnis menawarkan harapan baru untuk inovasi dan efisiensi, yang diperlukan dalam era digital dan industri 4.0.
Generasi muda memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan dengan memanfaatkan teknologi modern dan membangun start-up agribisnis yang kreatif. Mereka dapat meningkatkan produktivitas dan memperpendek rantai distribusi, sekaligus menghubungkan petani kecil dengan pasar yang lebih luas. Namun, tantangan seperti kurangnya minat, keterbatasan modal, dan akses teknologi harus diatasi melalui program pendidikan, pelatihan, dan kebijakan yang mendukung.
Oleh karena itu, penting untuk menciptakan ekosistem yang mendorong partisipasi generasi muda dalam agribisnis. Dengan memfasilitasi akses ke sumber daya dan informasi, serta mengedukasi mereka tentang peluang di sektor ini, kita dapat mewujudkan agribisnis yang berkelanjutan. Melalui langkah-langkah ini, Indonesia tidak hanya akan memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga membangun masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.
Â
DAFTAR PUSTAKA
Ayun, Q., Kurniawan, S., & Saputro, W. A. (2020). Perkembangan konversi lahan pertanian di bagian negara agraris. Vigor: Jurnal Ilmu Pertanian Tropika Dan Subtropika, 5(2), 38-44.
Puspita, A. N., Widodo, W., Ras, A. R., Widodo, P., & Saragih, H. J. R. (2022). Upaya Mahasiswa Dalam Mewujudkan Bela Negara Pada Sektor Keamanan Maritim. Jurnal Kewarganegaraan, 6(1), 983-991.
Rahayu, M., Farida, R., & Apriana, A. (2019). Kesadaran Bela Negara Pada Mahasiswa. EPIGRAM (e-journal), 16(2), 175-180.
Sari, F. P., Munizu, M., Rusliyadi, M., Nuryanneti, I., & Judijanto, L. (2024). Agribisnis: Strategi, Inovasi dan Keberlanjutan. PT. Green Pustaka Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H