Mohon tunggu...
Dio Rizky
Dio Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

OTT Akan Disensor? Menggali Dilema Regulasi di Dunia Hiburan

16 Agustus 2023   15:08 Diperbarui: 16 Agustus 2023   15:16 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh freestocks.org dari Pexels. 

Sebelumnya mari kita berkenalan terlebih dahulu dengan tiga huruf ajaib yang sedang ramai diperbincangkan ini, OTT. Bukan, ini bukan singkatan dari klub sepak bola yang sebelumnya Anda belum pernah mendengarnya, tetapi merupakan singkatan dari "Over-The-Top". Nah, jadi apa itu Over The Top?

Nah, inilah layanan yang biasanya kalian gunakan untuk menikmati karakter dari serial favorit anda. Singkatnya, inin adalah layanan penyiaran melalui internet yang bisa langsung kita nikmati tanpa repot-repot memasang antena sebesar kandang ayam di atap rumah kita. Mungkin Anda tidak asing dengan Netflix, Disney+, HBO Go, mereka adalah salah sekian bagian dari OTT.

Tapi, tunggu dulu, sbeelum kita melompat untuk membahas lebih jauh lagi dunia OTT, mari kita melihat permasalahan regulasi yang sedang mengitari layanan-layanan ini. Pertanyaannya adalah, 'Haruskan platform OTT dimasukkan kedalam rubrik yang sama dengan media penyiaran tradisional sekarang?' ini sama halnya dengan mengadu ikan cupang dan ikan hiu. Dua makhluk yang sangat berbeda, namun harus berbagi tempat yang sama. 

Mari kita pikirkan lagi, haruskah OTT ini menjadi bagian resmi dari klub "Platform penyiaran"?

Pro Regulasi OTT Sebagai Platform Penyiaran

Mari kita hadapi kenyataan, hidup ini sudah cukup rumit tanpa harus bingung dengan perbedaan antara OTT dan televisi kabel. Mengatur OTT sebagai platform penyiaran bisa menjadi langkah menuju konsistensi dalam dunia hiburan. Ini akan membuat persaingan lebih adil, seperti saat kita bermain kartu UNO bersama saudara-saudara kita. Jadi, biarkan kami memahami bahwa ketika Anda mengatakan "OTT" Anda berbicara tentang acara yang sama dengan apa yang Anda sebut sebagai "siaran televisi." Dengan diterapkannya regulasi ini, setidaknya kita bisa melawan kekacauan berantai yang berasal dari 'konten' yang ada pada layanan OTT tersebut.

Peraturan itu seperti pahlawan kesiangan yang datang menyelamatkan hari. Jika OTT masuk dalam lingkup regulasi platform penyiaran, konsumen akan lebih terlindungi. Hak cipta terjaga, privasi aman, dan Mama bisa lebih tenang menegtahui anak-anak menonton yang sesuai usia. Jadi, mirip dengan saat Anda mengawasi anak-anak yang bermain di taman, regulasi akan menjadi pengawas yang baik bagi tontonan kita semua.

Tetapi Tunggu! Ada Masalah! Argumen Kontra Regulasi OTT Sebagai Platform Penyiaran

Namun, ada harga untuk setiap keuntungan. Regulasi yang lebih ketat bisa berarti aturan lebih ketat. Ini seperti saat Anda harus menjaga E-Tiket di pesta makan malam formal, tidak bisa mengoceh seenaknya. Kemungkinan ada batasan pada kreativitas dan variasi dalam konten yang ditawarkan OTT, yang bisa meredam kemeriahan dan keberagaman tontonan kita.
Semua orang tahu, hidup memang mahal. Dan jika OTT dikenakan biaya operasional tambahan dengan alasan 'biaya regulasi', biaya ini mungkin akan tercermin pada harga berlangganan yang lebih tinggi. Ini bisa berarti Anda harus mengeluarkan sedikit lebih banyak uang untuk menikmati serial TV favorit Anda.
Selain itu, aturan yang ketat bisa menjadi pemberhentian kreativitas. Ini seperti memberikan tanda merah pada seniman jalanan yang ingin menciptakan karya seni yang menakjubkan di dinding kota. Jika OTT harus melalui pemeriksaan ketat, inovasi bisa terhambat, dan persaingan menjadi kurang seru. Jadi, siapa yang akan menghasilkan konten hebat berikutnya? 

Regulasi OTT di Indonesia?

Indonesia sendiri telah mempertimbangkan regulasi OTT, dengan beberapa peraturan yang telah diberlakukan. Namun, seperti banyak negara lain, Indonesia juga dihadapkan pada tantangan dalam menemukan keseimbangan antara melindungi kepentingan konsumen dan memungkinkan inovasi dan kreativitas berblangjalan. Pelajaran dari berbagai negara dapat menjadi inspirasi untuk mengembangkan pendekatan yang tepat dalam mengatur OTT di Indonesia.

Dalam perjalanan mengambil keputusan terkait regulasi OTT, penting bagi Indonesia untuk memahami dampak dari berbagai aspek regulasi. Apakah itu dampak terhadap kebebasan berekspresi, variasi konten, privasi pengguna, atau faktor ekonomi. Dengan menggali pengalaman dari negara-negara lain, Indonesia dapat mengambil pelajaran berharga dan merumuskan kebijakan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lokal.

Kesimpulan

Semua ini seperti permainan catur yang rumit - setiap langkah memiliki konsekuensinya sendiri. Tapi, kita harus tetap memahami bahwa ada kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara perlindungan konsumen dan kebebasan berekspresi.

Sebelum kita menyimpulkan perdebatan ini, saya ingin meninggalkan pesan pribadi. Dunia OTT adalah dunia yang kita nikmati setiap hari. Jadi, mari kita berpikir jernih dan merenung apakah kita ingin mengunci dunia ini dalam kotak ketat atau memberikan sedikit ruang untuk kreativitas dan inovasi yang tak terbatas.

Dengan artikel ini, semoga kita semua bisa melihat dengan lebih jelas tentang dilema regulasi OTT sebagai platform penyiaran. Jadi, mari kita teruskan diskusi ini dan berpikir lebih dalam tentang apa yang kita ingin capai dalam dunia hiburan digital yang terus berkembang pesat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun